tag:blogger.com,1999:blog-40614224590517998032024-03-13T11:08:47.868+07:00Falsafah IlmuSyarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-55885489283664188272011-02-12T20:55:00.001+07:002011-02-12T21:00:56.770+07:00CATATAN RINGKAS TENTANG TEORI, PRAKTEK DAN RISET BIDANG MANAJEMEN PENDIDIKAN<h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">1st.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>DASAR TEORITIS DAN HISTORIS</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Teori secara sederhana bukanlah spekulasi ideal, juga bukan pikiran umum kebanyakan orang (<i>common sense</i>). Karena fakta itu tidak berbicara sendiri tentang dirinya. Sebuah bingkai kerja (<i>frame works</i>) sangat diperlukan untuk memberikan makna fakta-fakta itu. Teori adalah sebuah satuan konsep, asumsi dan penyimpulan umum yang saling berhubungan dan yang secara sistematik menggambarkan dan menjelaskan <a name='more'></a>perilaku. Teori menyajikan bingkai kerja itu. Fungsi-fungsi teori organisasi dalam teori berkerja sejalan menurut ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ia menyajikan sebuah sistem penjelasan yang menghubungkan dengan informasi yang tak berhubungan dan bertolak belakang. Sebagai tambahan, teori menunjukkan pada riset empirik, membangun pengetahuan baru dan menyajikan sebuah petunjuk rasional untuk bertindak. Teori dipertajam lewat penelitian; dan bila teori berada dalam cahaya temuan-temuan riset, teori bisa dipraktekkan ke dalam aksi induvidual. Jelasnya teori ditransformasikan ke dalam praktek.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Karena itu maka kemudian ada sebuah simbiosis dari teori, riset dan praktek. Walaupun bidang kita baru, penuh dengan bias-bias pribadi dan penuh dengan kompleksitas yang terjal dalamkehidupan organisasi, semua praktek harus didasarkan pada beberapa teori. Jika teori didasarkan pada sistem-sistem yang logis, rasional, eksplisit dan kuantitatif, maka praktek akan juga disebut rasional. Jika teori tak didasarkan pada informasi, bersifat subjektif atau antirasional, maka praktek akan menampilkan sifat-sifat seperti itu pula.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Organisasi-organisasi yang kompleks di abad dua puluh memerlukan sekali studi administrasi dan pengembangan teori. Kita dapat membicarakan tiga periode perkembangan ilmu pengetahuan administrasi. <b><i>Pertama</i></b>, <b><i>pemikiran organisasi klasik</i></b>, dimulai dengan adanya analisis ilmiyah Taylor tentang kerja. Analisis ini difokuskan pada struktur organisasi formal. Studi-studi manajemen ilmiyah dikonsentrasikan pada pekerjaan melahirkan efisiensi, khususnya variabel-variabel psikologis, dan berikutnya dihubungan dengan komponen-komponen manajemen itu sendiri. Fayol membuat daftar komponen-komponen itu: merencanakan, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi dan mengawasi. Gulick memperkuat komponen-komponen itu dalam akronimnya POSDCoRB.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Studi-studi The Hawthome menempatkan organisasi informal di tengah-tengah sebuah filsafat baru tentang manajemen, yaitu <b><i>pendekatan hubungan kemanusiaan</i></b> (<b><i>human realations approach</i></b>). Ketika manajemen ilmiyah telah dikritik karena memperlakukan pekerja secara mekanik, hubungan kemanusiaan (human relation) selalu mengemukakan pemecahan masalah yang tak sederhana.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Ketiga dan termasuk fase kontemporer, pendekatan <b><i>Pendekatan ilmu perilaku</i></b> (<b><i>the behavioral science approach)</i></b> . Pendekatan ini menyeimbangkan pengakuan terhadap dua jenis organisasi formal dan informal. Perspektif ketiga ini, dalam sebuah usaha menggabungkan pendekatan terdahulu, menggunakan metode ilmu sosial dan perilaku modern (<b><i>modern behavioral and social science methods</i></b>) dalam menganalisisnya.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Pendekatan ilmu perilaku dalam analisis keorganisasian mengutamakan sebuah pendekatan teoritis dengan tiga perspektif sistem kompetensi: sistem rasional, sistem natural dan sistem terbuka. Pada awal pemikiran ini dicetuskan, Masing-masing memiliki pendukung dan masing-masing memiliki penolaknya. Pendukung perspektif sistem rasional memfokuskan perhatian pada pentingnya tujuan dan struktur formal dalam menentukan perilaku keorganisasian, sementara itu analisis sistem natural mengajukan argumentasi, bahwa organisasi-organisasi itu seperti layaknya kelompok-kelompok sosial, semuanya secara pokok ditentukan oleh tujuan dasar kelangsungan hidup (<b><i>basic goal of survival</i></b>). Dengan kata lain, pandangan sistem rasional menekankan pada pentingnya <b><i>struktur pada individu</i></b>, sementara pandangan sistem-sistem natural menekankan pada pentingnya <b><i>individu pada struktur </i></b>Pandangan sistem-sistem terbuka menegaskan bahwa organisasi-organisasi itu tidak hanya dipengaruhi tetapi juga tergantung pada lingkungannya. Lagi pula, organisasi itu dihadapkan oleh desakan-desakan natural dan rasional yang menganggap perubahan sebagai perubahan-perubahan lingkungan ; karena itu maka bentuk organisasi itu adalah sebuah fungsi kondisi-kondisi lingkungan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Pendkatan ilmu perilaku pada tahun 1950 dan 1960-an telah mengantarkan sebuah gerakan menuju lahirnya teori dan riset bidang administrasi pendidikan. Tetapi kerusuhan politik dan sosial tahun 1990-an mengilhami penekanan pembaharuan kembali untuk lahirnya aksi dan hasil-haasil yang cepat. Tangtangan tahun 1990-an menjadi jelas. Teori ilmu perilaku harus lebih tajam, lebih berdaya guna dan lebih berorientasi pada siatuasi. Teori keorganisasian harus menjelaskan elemen-elemen rasional dan natural dari perilaku sebagaimana desakan-desakan lingkungan menjelaskan keduanya dalam keterkaitannya dengan kehidupan keorganisasian. Jadi, teori sistem-sistem terbuka adalah bingkai kerja teoritis yang umum dari naskah ini. Perspektif kita tidak hanya terbuka tetapi juga pragmatis. Kami telah berasumsi bahwa peran riset dan teori keorganisasian adalah membantu kita memahami dan menjelaskan aturan dan tata tertib bidang perilaku keorganisasian. Bingkai kerja dan teori dibicarakan dalam seluruh sisa-sisa naskah ini, untuk menawari para administrator sebuah satuan kegunaan garis-garis petunjuk konseptual untuk membantu mereka dalam usaha mereka memahami dan berhubungan dengan kerumitan kehidupan keorganisasian. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Catatan</span></i></b><span style="font-size: 12pt;">:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pembicaraan baru dan penuh pendapat mengenai kegunaan teori keorganisasian bagi riset dan praktek, lihat Bacharach (1989), Van de Ven (1989), Weick (1989), dan Whetten (1989)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Perkembangan pemikiran keorganisasian telah dibicarakan oleh sejumlah sarjana. Pandangan-pandangan yang komprehensif dan sangat baik tentang hal tersebut dikemukakan antara lain: Burrell dan Morgan (1980), Hage (1980), Pfefer (1982), Gross dan Etzioni (1985) dan Morgan (1986)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Gareth Morgan (1986) menyajikan sebuah alternatif dan cara baru memandang organisasi. Dia menggunakan metafor-metafor untuk mengembangkan <i>image</i> tentang organisasi yang berbeda dari perspektif sistem-sistem sosial yang digunakan dalam bab ini. Morgan menggambarkan organisasi seperti mesin, organisme, otak, budaya, sistem-sistem politik, penjara fisik, dan instrumen pengusaan. Masing-masing metafor atau image menyajikan kebenaran menarik dan penting mengenai organisasi-organisasi.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">2nd.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">SEKOLAH SEBAGAI SEBUAH SISTEM SOSIAL</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sistem-sistem sosial terdiri dari elemen-elemen yang saling berinteraksi, bergerak , dan bertujuan secara sengaja. Diatur oleh upan balik, seperti sistem-sistem yang secara terus-menerus berusaha membangun keseimbangan. Sebuah model sistem-sistem sosial telah dikembangkan oleh Getzels dan Guba. Kami telah mengambarkan hasil kerja mereka sebagaimana kami menjelaskan hasil kerja para teoritisi lain tentang keorganisasian kontemporer. Penggambaran ini bermaksud untuk memperluas dan mempertajam formulasinya dan untuk mengaplikasikannya pada sekolah sebagai sebuah organisasi formal. Menurut model sistem-sistem sosial sekolah, perilaku keorganisasian ditentukan oleh sekurangnya-kurangnya tiga elemen kunci: harapan-harapan birokratis, norma-norma informal kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi individual. Selanjutnya, seluruh elemen dan interaksi dalam sistem itu dipaksa oleh tuntutan-tuntutan penting dari lingkungannya seperti organisasi itu memecahkan problem-problem penting tentang penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan yang belum jelas. Sebagai tambahan, mekanisme umpan balik internal dan eksternal menguatkan perilaku keorganisasian yang cocok. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sumber-sumber konseptual dan aplikasi model itu memberi ilustrasi kegunaan pandangan itu dalam penelitian dan praktek administrasi. Misalnya, konsep-konsep keefektifan, efesiensi, kepuasan kerja dan moral berasal dari sumber-sumber itu. Sebagai tambahan, sumber-sumber utama konflik internal muncul dari model itu sebagaimana juga formulasi konseptual dari empat tipe kepemimpinan . Proses sosialisasi birokratis guru dan administrator menampilkan pengaruh struktur birokratis terhadap personalia, dan pengaruh itu signifikan. Akhirnya, kami memberi ilustrasi bagaimana model itu dikawinkan dengan sebuah pembuatan keputusan yang rasional, bidang-bidang proses, sebuah satuan alat-alat praktek dan kekuasaan untuk menilai konflik dalam sistem itu, bagaimana membangun ke-sama sebangun-an di antara elemen-elemen itu, dan bagaimana mengembangkan kinerja keorganisasian.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR">Model sistem-sistem sosial juga menyajikan bingkai kerja. Catatan bahwa model itu mensintesakan pandangan-pandangan dari sistem-sistem rasional, natural dan terbuka telah dibicarakan di sub bahasan pertama di atas (A). Sedangkan sub bahasan C hingga L mengembangkan secara sistematis elemen-lemen yang sesuai, teori, riset dan proses-proses dianjurkan oleh tinjauan yang luas ini. Sub bahasan M menyajikan sebuah tinjauan ulang, sintesis dan pembicaraan tentang dilema-dilema keorganisasian lanjutan. </div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="text-indent: 0cm;"><b><i>Catatan</i></b>:</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 10pt;">Model ini secara pokok adalah sebuah sintesis dari hasil kerja Abbott(1965), Getzels dan Guba (1957), Leavitt, Dill dan Eyring (1973), Lipham (1988), Scott (1981, 1987), Nadler dan Tushman (1983, 1989).</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 10pt;">Para</span><span style="font-size: 10pt;"> sarjana telah mengajukan model-model yang lebih rumit dengan elemen-elemen tambahan. Misalnya, lihat Getzels, Lipham, dan Campbell (1968), Leavitt (1965), Nadler dan Tushman (1989). Kenyataannya, dalam hasil kerja kami yang baru-baru ini (Hoy dan Miskel, 1987), kami mengajukan sebuah model yang lebih menyeluruh di mana kami mengusulkan tujuan keorganisasian sebagai elemen internal lain dari teori-teori sistem-sistem sosial. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 10pt;"> Banyak formulasi teoritik telah mengusulkan sebuah asumsi serupa itu. Misalnya, lihat Etzioni (1961), Getzels dan Guba (1957), Nadler dan Tushman (1989)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 10pt;">Isi bagian ini lebih banyak menggambarkan analisis keorganisasian dari Nadler dan Tushman (1983)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="text-indent: 0cm;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">3rd.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>LINGKUNGAN LUAR SEKOLAH</span></h1><h1 dir="LTR" style="text-indent: 0cm;"> </h1><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-size: small;">Munculnya teori sistem-sistem terbuka</span><span style="font-size: small;"> selama dua sampai tiga dekade menyoroti pentingnya lingkungan luar pada proses dan struktur internal sekolah. Walaupun tidak memiliki sebuah definisi yang tegas, lingkungan bisa dipahami lewat kebanyakan segi-seginya</span><span style="font-size: small;"> yang menyolok mata. Dalam hal ini perbedaan kegunaan antara <i>faktor-faktor yang umum </i>yang merupakan kecenderungan-kecenderungan umum bahwa secara potensial bisa mempengaruhi</span><span style="font-size: small;"> kegiatan-kegiatan operasional sekolah, dan <i>faktor-faktor khusus</i> yang merupakan elemen-elemen atau syarat-syarat</span><span style="font-size: small;"> yang memiliki pengaruh cepat dan langsung terhadap sekolah. Lagi pula, tiga ciri-ciri khas</span><span style="font-size: small;"> umum –<i>ketidakpastian, struktur dan kesenjangan</i>- seluruhnya berguna dalam menganalisis lingkungan sekolah. </span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-size: small;">Dua pandangan mengenai lingkungan telah dikembangkan dengan cara menggunakan tiga faktor umum. Pandangan informasi (<i>information perspective</i>) menegaskan bahwa lingkungan adalah sebuah informasi yang dipakai oleh para pemegang kebijakan keorganisasian. Sebuah ajaran penting dari pendekatan ini adalah bahwa persepsinya mengenai</span><span style="font-size: small;"> adanya hubungan antara lingkungan sekolah dan</span><span style="font-size: small;"> aksi-aksi yang diambil oleh para pembuat keputusan. Penelitian mendukung hipotesis-hipotesis fundamental bahwa ketidakpastian lingkungan yangdirasakan</span><span style="font-size: small;"> berpengaruh terhadap tingkat fleksibilitas dan konfigurasi birokratis organisasi. Secara kontras,</span><span style="font-size: small;"> <i>pendekatan ketergantungan sumber (resource dependency approach</i>) berasumsi bahwa organisasi tidak bisa membangun secara internal sumber-sumber yang dibutuhkan</span><span style="font-size: small;"> dan sumber-sumber itu pasti datang dari lingkungannya. Pandangan ini menyuguhkan akibat dari hal tersebut adalah adanya tingkat kesenjangan terhadap</span><span style="font-size: small;"> lingkungan untuk menegakkan stabilitas dan pertumbuhan. Jadi, organisasi-organisasi sekolah harus merubah sikap terhadap elemen-elemen lingkungan yang mensuplay kebutuhan sumber-sumber kebutuhan dan untuk kepentingan itu dapat menggunakan produk-produk dan pelayanan sekolah. Dua pandangan itu bisa diikutsertakan dalam dua cara. Ketidak pastian informasi dan ketergantungan sumber berpengaruh meningkatkan pengaruh dari yang lain; dan keduanya menyandarkan pada persepsi-persepsi pembuat keputusan. Persepsi-persepsi dari pemegang keputusan itu sudah tentu adalah persepsi-persepsi yang berbasis lingkungan.</span></h2><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"> <span style="font-size: 12pt;">Ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan sumber mengancam otonomi dan keefektifan organisasi. Para administrator selalu mencoba untuk meminimalkan pengaruh-pengaruhnya terhadap pelaksanaan-pelaksanaan operasional intern sekolah. Respon mereka bisa diklasifikasikan sebagai strategi-strategi penanganan internal atau penanganan antar organisasi. <b><i>Strategi penanganan internal</i></b> meliputi: penyanggaan bagian penting yang bersifat teknis, perencanaan, peramalan, pengaturan operasi-operasi internal yang didasarkan pada teori kemungkinan (<b><i>contingency theory</i></b>) dan penjangkauan batas-batas keorganisasian. Strategi penanganganan antar-organisasi meliputi pembangunan hubungan dengan undang-undang luar yang penting, dan pembentukan elemen-elemen lingkungan lewat aksi-aksi politis. Dengan menggunakan dua strategi penanganan itu, administrator sekolah dapat mengurangi tingkat ketergantungan organisasi sekolah mereka pada ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan lingkungan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Catatan:</span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Dua pandangan lain tentang lingkungan keorganisasian, penduduk, ekologi penduduk dan pelembagaani, tidak dipertimbangkan dalam naskah ini. Sumber-sumber yang menyajikan pendekatan ekologi itu meliputi: Carroll (1984, 1988), Freeman (1982), Hannan dan Freeman (1977, 1984, 1988)); dan Bill McKelvey (1982). Sebuah kritik kuat tentang teori ekologi penduduk diberikan oleh Young (1988). Sebuah variasi lain tetapi masih dalam bingkai kerja ini telah dikembangkan oleh Astley (1985) dan Carroll (1984) dan telah diberi model oleh Beard dan Dess (1988). Model yang dibuat disebut “the community ecology perspective” (pandangan lingkungan masyarakat). Sumber-sumber yang menyajikan pandangan pelembagaan meliputi: DiMaggio dan Powell (1983); Mayer dan Rowan (1982; Tolbert (1985) dan Zucher (1983, 1987).</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Penyokong utama sumber teori ketergantungan mungkin telah dilakukan Jeffey Pfeffer. Referensi yang mengandung hasil kerja meliputi: Jeffrey Pfeffer (1982, 192-207; 1981, 99-115) Jeffrey Pfeffer dan Gerald Salancik (1978); Jeffey Pfeffer dan Huseyin Leblebici (1973); Howard W. Aldrich dan Jeffey Pfeffer (1976). Pembicaraan akhir-akhir ini tentang teori ketergantungan sumber berasal dari sumber-sumber tersebut.<span style="font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">4th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>KEKUASAAN DAN WEWENANG</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Kekuasaan adalah elemen dasar kehidupan organisasi. Ia bisa legitimate (sah) dan diterima secara suka rela oleh bawahan, atau bisa berupa paksaan, tidak legitimate dan dilawan oleh bawahan. Analisis kita dimulai dengan pelaksanaan kekuasaan dan otoritas (wewenang) yang legitimate. Weber dengan mendasarkan pada sumber legitimati mengindentifikasi tiga tipe otoritas: tipe kharisma, tipe tradisi dan tipe hukum. Peabody memperluas gagasan itu dengan cara membedakan otoritas yang berdasarkan pada <b>otoritas formal</b> (yang berupa legitimasi dan posisi), dari otoritas yang berdasarkan <b>otoritas fungsional</b> ( yang berupa keterampilan pribadi dan keterampilan <i>human relation</i>). Terakhir Balau dan Scoot menyederhanakan fondasi kekuasaan legitimate dalam organisasi dengan cara membagi otoritas menjadi dua: formal dan informal.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Berikutnya, sebuah analisis umum tentang kekuasaan yang dilakukan dengan cara menggunakan dasar-dasar kekuasaan interpersonal dari French dan Raven, yaitu penghargaan (<b><i>reward</i></b>), paksaan (<b><i>coersion</i></b>), pengesahan (<b><i>legitimacy</i></b>), referensi, dan keahlian (<b><i>expertise</i></b>). Selanjutnya bingkai kerja Rench dan Raven itu diperluas ke level keorganisasian. Mintzberg menyajikan sebuah pandangan alternatif mengenai kekuasaan. Ia menggambarkan empat sistem kekuasaan: otoritas, ideologi, keahlian dan politik. Pandangan yang paling komprehensif tentang kekuasaan, bagaimanapun adalah analisis Etzioni mengenai kesetiaan (<b><i>comliance</i></b>). Konsep kestiaan tidak saja merupakan dasar tipologi hubungan-hubungan kekuasaan, tetapi juga merupakan sebuah <i>teori deret-tengah organisasi</i> (<b><i>a middle-range theory of organization</i></b>). Sekolah secara keseluruhan adalah tipe organisasi normatif, walaupun pada saat yang sama harus menggunakan paksaan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Masing-masing formulasi otoritas dan kekuasaan ini masih mengandung sebuah perbedaan pandangan tentang pelaksanaan kontrol keorganisasian, dalam hal ini hanya Mintzberg yang menggali sistem politik. Politik adalah fakta kehidupan keorganisasian, yang telah pasti menggelar taktik, permainan dan konflik. Taktik-taktik politik adalah dasar dari sebuah sistem permainan-permainan politik yang dimainkan untuk menentang otoritas, untuk mengkonter penentangan, untuk membangun dasar-dasar kekuasaan, untuk menaklukkan lawan, dan untuk mengganti organisasi. Sistem politik itu secara khas hidup berdampingan dengan sistem-sistem pengaruh yang lebih legitimate dengan tanpa menguasai sistem-sistem pengaruh yang lebih legitimate itu. Tetapi kekuasaan dan politik membangkitkan konflik. Jadi analisis kita meliputi sebuah model manajemen konflik.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">5th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>STRUKTUR KEORGANISASIAN DI SEKOLAH</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Elemen kelembagaan sistem sosial sekolah dibatasi oleh struktur keorganisasiannya. Sebenarnya semua organisasi memiliki ciri-ciri khas birokrasi yang berbeda-beda ( berupa divisi buruh dan keahlian, divisi yang tidak menyangkut urusan perorangan , hirarki otoritas, aturan dan tatatertib, dan orientasi kareer). Ciri-ciri khas birokrasi yang berbeda-beda itu digambarkan oleh Maks Weber dalam teori birokrasinya. Model Weber itu telah dikritik karena model tersebut menumpahkan perhatian yang tidak memadai untuk memperbaiki akibat-akibat tak fungsional dari masing-masing komponen, mengabaikan signifikansi organisasi informal, dan tak mengindahkan konflik antara disiplin dan keahlian. Meskipun demikian, Pandangan Weberian memberikan sebuah basis konseptual yang kuat untuk menguji struktur-struktur sekolah. Tetapi bagaimanapun, di sana ada bingkai kerja analitik lain, dan kami mengembangkan pandangan struktuk organik dan struktur mekanik dari Burns dan Stalker untuk membedakan secara kontras organisasi-organisasi birokratik dan non birokratik.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Kebanyakan sekolah memilki beberapa pandangan tentang birokrasi. Pendekatan-pendekatan penelitian Aston dan The Hall tentang birokrasi diperluas untuk mengukur tingkat birokrasi sekolah yang berkenaan dengan komponen-komponen penting model Weber. Pendekatan Hall digunakan untuk mengembangkan empat tipe struktur organisasi sekolah ( tipe Weber, tipe otoriter, tipe profesional, dan tipe semrawut ). Semua tipe itu sangat berbeda dan nampaknya memiliki akibat-akibat yang berbeda pula terhadap guru dan siswa. Tipologi ini kemudian digunakan untuk menggambarkan garis besar sebuah teori pengembangan struktur di sekolah. Walaupun pendekatan-pendekatan Hall dan Aston berbeda dalam fokus dan strategi sekolah, mereka menyajikan model-model yang melengkapi analisis-analisis tentang sekolah</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Analisis lain tentang struktur organisasi disajikan oleh Mintzberg. Secara sederhana ia menggambarkan struktur sebagai cara organisasi membagi pekerja ke dalam tugas-tugas dan cara organisasi mencapai koordinasi antar pekerja. Analisis dan bingkai kerja Mintzberg itu bila dipraktekkan di sekolah menghasilkan enam konfigurasi struktur sekolah yang konvensional sama seperti halnya model politik sekolah. Tentu saja, bingaki kerja itu disajikan atas dasar penggabungan banyak literatur tentang struktur sekolah.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Teori terakhir yang kami uji adalah “<b><i>loose–coupling theory</i></b>” (teori penggabungan yang longgar). Teori ini menawarkan sebuah tambahan kegunaan pada teori-teori struktural dan birokratis. Ia melukiskan sekolah sebagai kombinasi yang khas antara birokrasi dan kelonggaran struktur, di mana struktur kelembagaan dipisah dari aktivitas-aktivitas pembelajaran. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Catatan: </span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Mintzberg akhir-akhir ini (19889) menambah dua pada lima konfigurasi yang asli: organisasi politik dan organisasi missi. Kadangkala ideologi atau politik menjadi begitu meresap yang menolak konfigurasi-konfigurasi standar, dan mencipta konfigurasinya sendiri. Jika ideologi (budaya) organisasi menjadi begitu kuat yang seluruh strukturnya dibangun di sekitarnya, Mintzberg menamakan konfigurasi itu sebuah organisasi missi. Jika politik menjadi begitu kuat dan menguasai organisasi itu, konfigurasi itu disebut sebuah organisasi politik. Tetapi secara khusus politik (sub bahasan C) dan ideologi (sub bahasan H) merupakan komponen-komponen dari bentuk-bentuk yang standar; komponen-komponen itu memainkan peran yang berlebihan dalam lima kofigurasi-konfigurasi konvensional itu. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Mintzberg (1979) juga mengidentifikasi dorongan terhadap kesemrawutan oleh manajer garis tengah, dan dorongan terhadap kerja sama oleh staf pendukung, semuanya sedikit dipertegas dalam sekolah dan didapat secara menonjol di struktur bagian dan struktur kepanitiaan khusus.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Fungsi-fungsi kelembagaan, manajerial dan teknis dalam sekolah dibicarakan secara detail oleh Parson (1967)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk sebuah pembicaraan yang berwawasan luas mengenai zona-zona kontrol yang tersendiri terhadap kepala sekolah dan guru, lihat Lortie (1969).</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">6th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>PROFESIONAL DI ORGANISASI SEKOLAH</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Bentuk yang profesional dalam kehidupan kerja dan bentuk yang birokratis dalam administrasi adalah dua bentuk keorganisasian yang umum dalam organisasi formal yang modern. Orientasi-orientasi profesional dan birokrasi seringkali terlibat dalam konflik. Pertentangan antara keduanya terjadi karena kebutuhan terhadap keahlian selalu bertentangan dengan kebutuhan terhadap disiplin.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Kadangkala dalam masalah memecahkan konflik itu, perubahan struktural seperti mengembangkan organisasi profesional dan menyediakan dua garis otoritas untuk pengembangan, dapat dibuat. Pada saat yang lain, para individu sendiri harus melakukan peredaan konflik antara komitmen keorganisasian dan komitmen keprofesionalan. Ada individu yang mengambil sebuah <b><i>orientasi kosmopolitan</i></b>, yaitu orientasi yang membawa komitmen pada peran keprofesionalannya, sementara yang lain memilih <b><i>sebuah orientasi lokal</i></b> dengan memberikan loyalitas utama pada organisasi itu. Dua orientasi itu secara bersamaan pada hakikatnya adalah baik</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Sebagai guru-guru yang telah menjadi sedikit lebih profesional, bertentangan dengan administrasi birokratis pada dasarnya adalah sesuatu jelas akan terjadi. Untuk menegakkan kader-kader guru dan administrator yang profesional, stabil dan kuat, organisasi sekolah harus mengembangkan kesempatan kareer dan membantu para pendidik, misalnya mengangkat mereka pada jabatan kepemimpinan yang baru.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">7th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>MOTIVASI KERJA DI SEKOLAH</span></h1><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Motivasi terdiri dari beberapa kekuatan yang kompleks yang memulai dan menegakkan aktivitas-aktivitas suka rela yang dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi. Teori-teori bermunculan dan berusaha menjelaskan motivasi kerja. Yang pertama dari teori-teori itu adalah <b>teori hirarki kebutuhan</b> dari Maslow. Ia mengajukan postulat berupa lima tingkat hirarki kebutuhan: kebutuhan <b><i>psikologis</i></b>, <b><i>keamanan</i></b>, <b><i>hak milik</i></b>, <b><i>penghargaan </i></b>dan <b><i>aktualisasi diri</i></b>. Selanjutnya ia menjelaskan, bahwa kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi yang diaktifkan sebagai kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah adalah kepuasan. Teori kedua berasal dari Herzberg. Ia hanya memperkenalkan dua faktor dalam motivasi kerja: <b><i>motivators</i></b> dan <b><i>hygiene</i></b>. Dua faktor ini mengandung satuan-satuan komponen yang terpisah. Satu satuan <i>motivators</i> membantu memberikan kepuasan kerja dan satu satuan yang <i>hygiene</i> untuk ketidak-puasan kerja. Komponen-komponen <i>motivators</i> memuaskan kebutuhan-kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi, sementara komponen-komponen <i>hygiene</i> memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis, keamanan dan hak milik yang semuanya merupakan kebutuhan tingkat yang lebih rendah.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Sebagai tambahan pada dua teori kebutuhan motivasi kerja, disajikan dua teori yang lebih kompleks:</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><b><i>Expectancy Theory</i></b> (Teori Pengharapan). Teori ini mengajukan hipotesis bahwa motivasi adalah sebuah fungsi pengharapan, valensi dan alat bantu. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><b><i>Goal Theory</i></b> (Teori Tujuan). Teori ini mengajukan postulat bahwa usaha seorang individu tergantung pada kesulitan dan ketegasan tujuan yang telah ditetapkan. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Beberapa implikasi untuk kepentingan praktek bisa digambarkan lewat teori motivasi. Model karakteristik pekerjaan dan manajemen yang memiliki sasaran-sasaran menyajikan dua pendekatan praktis yang dikembangkan untuk menemukan tantangan sikap baru terhadap kerja dan perubahan bentuk-bentuk motivasi. Dua pendekatan itu memiliki kekuatan dan kelemahan. Keduanya harus dianalisa secara hati-hatisebelum digunakan dalam lingkungan pendidikan.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><b><i>Catatan:</i></b></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;">Kekuatan motivasi dihitung dengan menggunakan formula FM = E</span><span lang="EL" style="font-size: 10pt;">Σ</span><span style="font-size: 10pt;"> (I. V). Didasarkan pada ukuran yang disajikan dalam Tabel 7.5, untuk menghitung E, nilai-nilai jawaban terhadap item “penghargaan” dijumlahkan. Untuk menghitung jumlah total hasil I dan V, bagaimanapun hasil silang harus dijumlahkan, yaitu, nilai jawaban masing-masing item “alat bantu” harus dikalikan dengan nilai jawaban item valensi yang sejajar dan kemudian seluruhnya dijumlahkan. Contoh dalam Tabel 7.5 penjumlahan hasil-hasil silang dari I dan V bagi item yang ada di dalamnya dilakukan sebagai berikut (a x g) + (b X h ). Untuk menghitung kekuatan motivasi bagian yang di dalam , nilai E silahkan dikalikan dengan nilai sebelumnya dari jumlah total hasil-hasil silang I dan V. </span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">8th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>KARAKTER KELOMPOK KERJA</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Tiga pandangan yang saling berhubungan dan saling melengkapi yang dipakai untuk menganalisa karakter tempat kerja, yaitu: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">organisasi informal, </span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">budaya keorganisasian </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">dan<b><i> </i></b></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">iklim keorganisasian</span></i></b><span style="font-size: 12pt;">. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Ketiganya melampaui aspek-aspek formal dan individual dari kehidupan keorganisasian. Setiap konsep berhubungan dengan sisi-sisi organisasi yang bersifat natural, spontanitas dan kemanusiaan. Sisi-sisi itu merupakan usaha-usaha yang dibuat untuk menemukan makna-makna bersama dan aturan tak tertulis bersama yang mempengaruhi perilaku.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Organisasi informal adalah sebuah sistem darurat dari hubungan-hubungan pribadi yang terbentuk secara spontan di semua organisasi formal selama semua anggota berinteraksi dengan yang lain; kelompok kerja mengembangkan norma-normanya yang tak resmi, dan mengembangkan struktur-struktur nilai dan praktek. Berbeda dengan organisasi formal yang direncanakan secara sadar dan sangat hati-hati, organisasi informal adalah pemerintahan dan penstrukturan yang terbentuk dan berkembang secara alamiyah di tempat kerja. Sesuatu yang tak dapat dihindari, para guru dalam sekolah adalah menegakkan status informal mereka dan jaringan kerja kekuasaan, sistem-sistem komunikasi informal, dan pengaturan kerja yang tak resmi. Lebih dari itu, praktek administrasi yang sukses berakar di dalam sistem informal sebagaimana juga terjadi dalam sistem formal. Menolak sistem informal itu sama artinya dengan menolak aspek-aspek non-rasional dari perilaku keorganisasian. Kenyataannya, menolak salah satu sistem adalah pandangan sempit dan kontraproduktif.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Budaya keorganisasian adalah satuan orientasi bersama yang memegang kesatuan bersama-sama dan memberikan sebuah identitas yang khas. Walaupun iklim cenderung menfokuskan pada persepsi bersama, budaya dibatasi dalam istilah asumsi-asumsi, nilai dan norma bersama. Tiga tingkat budaya: asumsi, nilai dan norma bersama itu digali sebagai cara-cara alternatif untuk menggambarkan dan menganalisa budaya sekolah. Popularitas budaya itu dewasa ini tumbuh luar biasa dalam literatur bisnis , dan mengusulkan sebuah pendapat bahwa organisasi-organisasi yang efektif memiliki budaya perusahaan yang kuat.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Iklim keorganisasian adalah sebuah konsep yang luas yang menunjuk persepsi kebersamaan anggota mengenai sifat atau karakter tempat kerja; ia merupakan sebuah satuan karakteristik internal yang membedakan satu sekolah dari lainnya dan mempengaruhi perilaku orang-orang di sekolah. Ada tiga konseptualisasi penting mengenai iklim yang dipertimbangkan. Iklim interaksi antar guru dapat digambarkan <i>di sepanjang sebuah rangkaian terbuka hingga tertutup</i> (<b><i>along an open –to-closed continum</i></b>), dan bisa diukur dengan dua angket yang menjabarkan tentang iklim keorganisasian: OCDQ-RE dan Kesehatan Sekolah, yaitu luas gerak sekolah hingga menemukan kebutuhan-kebutuhan ekpressif dan instrumental, sementara itu dilakukan secara simultan penanggulangan kekuatan-kekuatan pengacauan dari luar seperti menunjukkan energi-energinya pada missinya. Kesehatan sekolah bisa dipetakan dengan menggunakan inventaris kesehatan organisasi (,<b><i>organizational healt inventory </i></b>atau OHI). Sementara itu penjabaran yang lain memandang iklim sekolah berkenaan dengan sebuah rangkaian pengawasan terhadap murid , dari yang bersifat kemanusiaan (humanistik) hingga yang bersifat penahanan, dan bisa diukur dengan <i>bentuk ideologi pengawasan murid</i> (<b><i>the pupil control ideology form</i></b> atau <b>PCI</b>).</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sub bab ini juga membahas tiga strategi di mana para praktisi bisa memanfaatkan perubahan dunia tempat-kerja sekolah:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Strategi klinis</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> berkaitan dengan dunia hubungan antar bagian-bagian kelompok sekolah; </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">strategi pemusatan pertumbuhan</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> menekankan pada dunia pengembangan individual dalam sekolah; </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">strategi pengubahan norma </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">menitik-beratkan pada strategi mengganti norma-norma organisasi.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">9th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>KEPEMIMPINAN</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Kepemimpinan adalah sebuah topik penting dalam literatur administrasi pendidikan. Definisi-definisi kepemimpinan berubah secara luas, seperti mengambil pendekatan-pendekatan yang akan dipilih untuk penelitian. Khususnya, riset yang dipusatkan pada usaha mengidentifikasi sifat bahwa pemimpin itu <i>pertunjukan yang umum</i>, tetapi penekanan semacam itu telah diganti dengan perhatian pada pentingnya sifat-sifat situasi untuk menjelaskan perilaku para pemimpin. Dewasa ini:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Sifat pemimpin </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span style="font-size: 12pt;">dan macam-macam situasi</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">dikenal sebagai sesuatu yang penting untuk menjelaskan kepemimpinan.</span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"> Literatur dewasa ini yang didasarkan pada observasi-observasi struktural mengenai perilaku pemimpin menunjuk kan bahwa para administrator dan manajer di sekolah dan bisnis menetapkan bentuk-bentuk pertunjukan biasa. Untuk menginte grasikan temuan-temuan di lingkungan-lingkungan sekolah, lima kesimpulan telah digambarkan untuk menjabarkan aturan-aturan mengenai perilaku administrator. Secara umum, Administrator bekerja keras, terutama dalam sekolah, dalam gaya kerja yang sepotong-sepotong, dengan cara bicara dan bekerja mengenai macam-macam tugas.</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR"> Studi-studi untuk menentukan dimensi-dimensi dasar perilaku kepemimpinan pada umumnya mengidentifikasi dua kategoris yang berbeda:</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Kategori yang memperhatikan pada kerja</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span style="font-size: 12pt;">Kategori yang memperhatikan hubungan-hubungan perseorangan dan antar-perseorangan</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Studi-studi kepemimpinan administrator sekolah mengemukakan bahwa yang paling efektif adalah yang skornya tinggi dalam soal-soal:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 54pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Initiating structure </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">(kemampuan mengorganisasi kerja)</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 54pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Consederation</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (kemampuan berhubungan dengan bawahan)</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Studi-studi kepemimpinan yang dilakukan di <i>Michigan</i><i> Survey Research Center</i> (Pusat Survey dan Penelitian Michigan) dan <i>Laboratory of Social Relation</i> (Laboratorium Hubungan Sosial) di Harvard dengan menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda mengemukakan hasil-hasil yang cocok sekali dengan apa yang dihasilkan di Ohio State.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"> Untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang apa yang membuat para pemimpin itu efektif, tiga model kemungkinan, yang menguji hubungan antara karateristik-karakteristik pribadi dengan variabel-variabel situasi, harus dinilai:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">House’s Path-goal Theory</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> ( Teori Jalan Menuju Tujuan dari House dan kawan) memfokuskan pada perilaku pemimpin. Ia juga melihat pada faktor-faktor keadaan yang mempengaruhi keefektifan pemimpin, tetapi ia mendefiniskan keefektifan tidak dalam kaitannya dengan prestasi kerja, tetapi dalam kaitannya dengan keadaan psikologis bawahan </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Fiedler’s Contingency Model</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (Model Kemungkinan dari Fiedler). Model Kemungkinan Keefektifan Kepemimpinan ini mengeksplorasi hubungan antara gaya kepemimpinan dan pengawasan situasional yang ditetapkan dengan kekuasaan jabatan, struktur tugas, dan hubungan-hubungan antara pemimpin dengan anggota. Studi-studi riset di sekolah-sekolah pemerintah menyajikan bukti untuk mendukung teori Fiedler; keefektifan sekolah-sekolah dasar telah ditemukan untuk menjadi alternatif model kepemimpinan kepala sekolah dan stuasi yang menyenangkan. Fiedler dewasa ini telah memperluas Model Kemungkinannya dan memformulasi Model Sumber Kognitif </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Cognitive Resource Theory</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (Teori Sumber Kognitif), sebagai sebuah model baru, ia berusaha untuk menghubungkan idea-idea tentang directive behavior (perilaku memerintah), stres dan motivasi untuk menjalankan tugas dan sumber-sumber kepemimpinan, dengan idea-idea pengawasan situasional lewat statemen yang terdiri dari dua asumsi dan tujuh hipotesis. Untuk kelanjutan penelitian mengenai kepemimpinan pendidikan, pendekatan-pendekatan teori kemungkinan ini perlu ditambah dengan pertimbangan memasukkan sejumlah variabel lain yang diusulkan oleh Wayne dkk dalam buku “<i>Educational Administration</i>” bab 9.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" dir="LTR">Sebagai tambahan terhadap model-model formal kepemim pinan, penelitian tentang konsep itu telah maju dengan meng hasilkan jalan keluar dari program-program pengembangan mana jemen. <i>Teori Situasional Hersey dan Blanchard</i> dan peta LBDQ menawarkan pandangan-pandangan yang cocok dengan peneliti an-penelitian Ohio State, walaupun masih perlu dicobakan ke dalam lingkungan sekolah.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Akhirnya, kepemimpinan itu bersifat kultural dan simbolik sebagaimana juga bersifat instrumental dan perilaku. Pemimpin-pemimpin yang sukses memasukkan nilai pada organisasi, dengan cara demikian ia telah menciptakan makna dan tujuan kelembagaan yang melebihi keperluan-keperluan kerja yang bersifat teknis. Pemimpin situasional itu bertanggungjawab terhadap penyampaian missi organisasi, membentuk budaya organisasinya, dan menjaga serta menegakkan integritasnya. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">10th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>MEMBUAT KEPUTUSAN</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sebuah pemahaman tentang membuat keputusan adalah penting bagi kesuksesan administrasi. Ada empat strategi dasar dalam membuat keputusan yang manajerial yang telah diidentifikasi dan dijabarkan. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b><b><i><span style="font-size: 12pt;">Model klasik: Optimizing strategy (Strategi Pengoptimalan):</span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Strategi Pengoptimalan dari model klasik ini ditemukan tidak untuk digunakan oleh para administrator, karena ia mengasumsikan informasi yang benar, rasionalitas dan kapasitas manusia yang tidak didapat di dunia administrasi yang nyata. Walaupun membuat keputusan rasional secara lengkap itu mustahil, tetapi para administrator memerlukan sebuah proses sistematik untuk memelihara pilihan pemecahan yang memuaskan. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b><b><i><span style="font-size: 12pt;">Model administratif: Satisficing Stategi (Strategi Pemuasan):</span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Karena membuat keputusan rasional secara lengkap itu mustahil, tetapi para administrator memerlukan sebuah proses sistematik untuk memelihara pilihan pemecahan yang memuaskan, maka dengan demikian Strategi Pemuasan adalah penting dalam membuat keputusan dalam bentuk administratif. Membuat keputusan di sini adalah sebuah lingkaran kegiatan yang meliputi pengenalan dan pendefinisian masalah, analisis kesulitan, membuat kriteria sebuah pemecahan ulang yang tepat, pengembangan sebuah rencana aksi dan membuat perencanaan. Karena dunianya yang melingkar itu, lingkaran kerja membuat keputusan itu mungkin saja masuk ke dalam tangga-tangga yang berbeda dan tangga-tangga datang berulang-ulang dalam proses administrasi. Pengenalan dan pendefinisian masalah adalah sebuah fase penting dalam lingkaran itu. Cara seorang admnistrator mengonsep sebuah masalah memiliki pengaruh yang hebat terhadap pemecahan kejadian. Analisis terhadap kesulitan-kesulitan di dalam situasi yang ada menempatkan masalah itu dipikirkan menurut konteks sebuah organisasi tertentu dan memberikan jawaban-jawaban terhadap apa, di mana, mengapa, kapan, dan bagaimana. Dalam membuat kriteria keakuratan pemecahan kesulitan-kesulitan , para pembuat keputusan membandingkan antara “keharusan” dan “ kemauan” mereka. Langkah sentral dari proses itu adalah mengembangkan sebuah rencana aksi yang menyangkut alternatif khusus yang diperlukan, meramal akibat-akibat dari semua kemungkinan, mempertimbangkan dan memilih alterna tif-alternatif aksi. Langkah akhir dari lingkaran kerja adalah membuat rencana aksi, meliputi pemrograman, pengkomunikasian, pengawasan dan penilaian.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"> Strategi pemuasan sangat cocok untuk menghubungkan banyak problem dalam administrasi pendidikan. Bagaimana pun, ketika satuan alternatif itu tidak bisa didefinisikan dan konsekwensi-konsekwensi dari setiap alternatif tidak bisa diramalkan, dalam kaitannya dengan penghargaan yang harus diberikan sesuai levelnya, maka dengan demikian strategi pe nambahan gaji nampaknya lebih tepat. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b><b><i><span style="font-size: 12pt;">Model penambahan gaji: Stategy of Successive Limited Camparison (Strategi Pembandingan Kesuksesan Terbatas):</span></i></b></div><h5 dir="LTR" style="margin-right: 21.3pt; text-indent: 14.15pt;">Strategi penambahan gaji adalah sebuah proses yang meng gunakan metode pembandingan-pembandingan kesuksesan terbatas.; hanya sebuah satuan alternatif-alternatif yang terbatas, sesuai dengan situasi yang ada, yang dipertim bangkan dengan cara memperbandingkan hasil-hasil kesuk sesan mereka hingga kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam sebuah rangkaian kerja. Ini berarti mengasumsikan bahwa perubahan-perubahan kecil tidak mungkin menghasil kan akibat-akibat yang luas bagi organisasi itu.</h5><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"> <span style="font-size: 12pt;">Paham penambahan gaji, bagaimanapun bisa jadi sangat konservatif dan bunuh diri. Keputusan-keputusan penambahan gaji yang dibuat tanpa aturan-aturan yang jelas yang bersifat fundamental bisa menggiring kerja tanpa arah. Jadi Peninjauan Campuran mempersatukan yang terbaik yang ada pada dua model: administratif dan penambahan gaji.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b><b><i><span style="font-size: 12pt;">Model Peninjauan Campuran: Adaptive Strategy (Startegi Penyesuaian) </span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 14.7pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Peninjauan Campuran mempersatukan yang terbaik yang ada pada dua model: administratif dan penambahan gaji, seperti yang telah disebutkan di atas. Sebuah strategi pemuasan digunakan dengan mengkombinasikannya dengan model penambahan gaji dalam membuat keputusan. Startegi kombinatif itu diterapkan lewat kebijaksanaan yang luas. Peninjauan penuh ditempatkan kembali oleh peninjuan khusus, dan keputusan-keputusan sementara dibuat dengan cara penambahan gaji yang dilakukan melalui proses yang diarahkan oleh sebuah pengertian yang jernih tentang tujuan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"> Model <b><i>Garbage-can </i></b>tentang membuat keputusan keorganisasian dipakai untuk memahami bentuk keputusan dalam menghadapi situasi-situasi anarki yang terorganisir. Dalam model ini, keputusan tidak dimulai dari sebuah problem dan berakhir dengan sebuah pemecahan, tetapi organisasi-organisasi cukup dipandang sebagai satuan-satuan pilihan untuk mencari problem-problem, dan para administrator dipandang sebagai pilihan untuk kerja. Masalah, pemecahan, partisipan dan memilih kesempatan bergerak sebagai kejadian-kejadian bebas (<i>independent events</i>). Jika semua itu kacau maka beberapa problem terpecahkan, tetapi dalam proses keputusan yang amburadul (<i>chaos</i>) itu banyak problem tidak terpecahkan, dan tetap tertahan. Model tersebut menjelaskan bagaimana pemecahan-pemecahan bisa mungkin diusulkan pada masalah-masalah yang tidak ada, mengapa pilihan-pilihan yang tidak relevan dibuat, mengapa masalah-masalah tertahan, dan mengapa hanya sedikit sekali persoalan yang terpecahkan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Tanpa memperhatikan strategi, membuat keputusan akan selalu mengakibatkan stres. Kondisi-kondisi yang ada dalam stres memiliki effek-effek yang tak menguntungkan pada kualitas pembuatan keputusan yang kita bicarakan. Ada lima mekanisme penanggulangan yang banyak disukai oleh para pembuat keputusan untuk digunakan dalam situasi-situasi yang stres, seluruhnya dianalisis dalam bab ini (maksudnya, bab 10 dari buku Educational Admnistration).</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa melibatkan bawahan dalam membuat keputusan itu tidak selalu mengun tungkan bagi administrator. Ada dua model yang diusulkan untuk membantu para administartor dalam menetapkan, dalam keadaan yang bagaimana para bawahan bisa dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Menggunakan tes relevansi dan keahlian sebagai sebuah panduan untuk pelibatan bawahan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Menggunakan dua satuan peraturan tentang kualitas dan penerimaan keputusan untuk menetapkan bentuk dan jumlah partisipasi bawahan dalam pembuatan keputusam dalam situasi-situasi yang khusus. Dan terakhir syarat-syarat yang dapat membantu pikiran kelompok hendaknya dianalisis, dan usulan-usulan hendaknya direncanakan untuk melindungi mereka.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Catatan:</span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Riset akhir-akhir ini menyatakan bahwa banyak administrator mengabaikan metode-metode normatif, hal tersebut ditulis oleh para sarjana pembuatan keputusan yang efektif dan kelangsungan dalam taktik keputusan yang meragukan. Lihat Nutt (1984) </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Asumsi-asumsi dasar pada bagian berikut berasal dari Edward Litchfield (1956)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Apa yang telah diistilahkan dengan “pembuatan kebijakan” (policy making) di sektor negeri selalu dibicarakan di dalam judul “formulasi strategis” di sektor swasta. Misalnya, lihat Henry Mintzberg (1978) dan Johannes panning dan kawan-kawan (1985)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Bagaimanapun masalahnya menjadi lebih komplek, jika hal itu juga melibatkan integritas para siswa minoritas ke dalam sekolah-sekolah terpencil.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Etzioni (1967) melaporkan bahwa 50 artikel dan disertasi Ph.D telah menulis tentang “Peninjauan Campuran” ketika masih berbentuk artikel asli. Untuk sintesisnya, lihat Etzioni (1986).</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Bagian ini menggambarkan banyak sekali karya Janis (1985) dan karya Janis dan Mann (1977).</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk sebuah peninjauan secara kritis dan menyeluruh mengenai partisipasi dalam pembuatan keputusan, lihat Hoy dan Sousa (1984)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Mengenai empat pertanyaan terakhir, Bridges menyajikan (1967) bersamaan dengan pembahasan tentang basis pengembangan pembuatan keputusan bersama di dalam dunia per-kepala sekolah-an. Analisis kita mengenai pembuatan keputusan bersama didasarkan pada hasil karya Bridges yang merupakan orang pertama yang menulis tentang hal tersebut. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Konsep tentang zona penerimaan adalah sama dengan apa yang ditawarkan oleh Barnard dengan istilah “Zone of indiference” (Zona pengabaian). Kami lebih menyukai label Ferbert Simon yang melindungi dari pengertian-pengertian negatif yang bisa diasosiasikan dengan “pengabaian” (indiference). </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Riset yang sedikit sistematik telah dikerjakan dalam kaitannya dengan usaha mencocokkan persiapan-persiapan kelembagaan dengan situasi, dan karena itu usaha-usaha pencocokan yang diusulkan untuk memaksimalkan keefektifan menjadi sesuatu yang sangat spekulatif</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;">11.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk sebuah analisis kritis terhadap model itu, lihat Field (1979)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">11th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>KOMUNIKASI</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR">Komunikasi begitu meresap di sekolah. Ia merupakan sebuah proses integratif yang fundamental dalam administrasi pendidikan. Komunikasi bermaksud untuk berbagi-bagi pesan, idea atau sikap yang melahirkan pemahaman antara pengirim dan penerima. Dari studi tentang proses-proses komunikasi yang nampak jelas, ada empat kesimpulan utama. <i>Pertama</i>, komunikasi berguna untuk inisiator dan penerima. <i>Kedua</i>, komunikasi adalah sebuah fenomena psikologis-sosial. Yang demikian dijelaskan oleh teori informasi. Menurut teori ini Individu-individu merubah pikiran atau fakta bersama dengan orang-orang lain ketika sedang berinteraksi dalam situasi sosial; Maksud-maksud dari pesan ditentukan oleh orang-orang yang menafsirnya. <i>Ketiga</i>, mengalir lewat saluran-saluran formal dan informal, dengan menggunakan media verbal atau non-verbal. <i>Keempat</i>, untuk menjamin tingkatan pemahaman yang tinggi, menggunakan mekanisme umpan balik sangat penting. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"> <span style="font-size: 12pt;">Walaupun kesempurnaan adalah sesuatu yang mustahil, beberapa teknik cocok digunakan untuk mengukur dan untuk mengembangkan proses komunikasi pada level individu dan level organisasi. Riset dewasa ini di bidang area komunikasi akan membantu dalam memahami dan mengembangkan proses. Seperti Porter dan Robert (1976, 1585) telah mencatat, “<i>Komunikasi menyajikan sebuah bidang area yang telah dikembangkan dalam teori dan diteliti dalam penelitian. Ia menawarkan peluang-peluang terbaik sebagai sumbangan-sumbangan masa depan pada pertumbuhan pengetahuan tentang perilaku dalam organisasi</i>”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;"><span style="font-size: small;">12th.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>KEEFEKTIFAN ORGANISASI</span><span style="font-size: small;"> SEKOLAH</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Keefektifan organisasi memainkan peran yang begitu sentral dalam teori dan praktek pendidikan. Karena itu sebuah pemahaman yang lebih baik tentang konsep itu adalah penting bagi bidang ini. Ada dua pendekatan umum yang mendominasi penelitian: <b><i>a goal perspective</i></b> (perspektif tujuan) dan <b><i>system resource model</i></b> (model sumber sistem). Bagaimanapun, perbedaan antara keduanya, lebih banyak menampakkan pada kata-kata, bukan pada substansi, karena itu pendekatan itu bisa digabung menjadi satu bentuk, yaitu <b><i>integrated goal system resources model</i></b> (model gabungan sumber sistem tujuan) untuk menganalisa kefektifan keorganisasian di sekolah. Penggabungan itu bisa dibuat dengan menggunakan empat fungsi sistem sosial yang diperke nalkan oleh Parson sebagai <b><i>multiple operative goals for organi zations</i></b> (tujuan-tujuan operatif yang bersifat ganda) yaitu: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Adaptation</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (penyesuaian), indikatornya: kemampuan beradap tasi, innovasi, pertumbuhan dan pengembangan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Goal achievement</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (pencapaian tujuan), indikatornya: pencapai an, kualitas, tambahan sumber dan efesiensi.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Integration</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (penggabungan), indikatornya: kepuasan, iklim, komunikasi dan konflik.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 53.45pt 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Latency</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> (hal yang tersembunyi), indikatornya: layalitas, moti vasi, identitas dan daya tarik hidup yang terfokus.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR">Keempat fungsi sistem sosial itu memberi petunjuk pemilihan indikator-indikator keefektifan. Indikator-indikator itu adalah beberapa <i>constituencies</i> sekolah di seluruh masa panjang dan masa pendek. Bagi sebuah sekolah keefektifan jelas bukanlah satu hal. Ia komplek dan merupakan fenomena multidimensi yang dibatasi dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan dan sumber-sumber sistem. Sialnya, kebanyakan riset tentang keefektifan sekolah membahasnya satu per satu, padahal keefektifan bukanlah satu hal melainkan multi dimensi, dan kebanyakan riset tidak didasarkan pada petunjuk sebuah model teori.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"> Para admnistrator yang berusaha mengembangkan keefektifan sekolah harus melibatkan perubahan keorganisasian yang terencana. Sudah tentu, perubahan itu bisa dikonsepsikan di bawah payung pengembangan organisasi. Dengan menggunakan aneka ragam strategi, fokus perencanaan itu akan berjalan di atas faktor-faktor teknis, struktural dan perubahan individual yang berlangsung secara simultan.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="margin-left: 0cm;">13th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span> KESIMPULAN</h1><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Kedudukan seluruh isi buku yang kami pertahankan ini mewujudkan apa yang Peter F. Drucker (1968, 38-41) sebut dengan realitas. Pengetahuan telah menjadi sumber sentral. Keahlian ilmu pengetahuan yang sistematik- yaitu pendidikan formal yang terorganisasi- harus ditambah dengan pengalaman sebagai dasar bagi usaha meningkatkan kapasitas produktif dan usaha mengem bangkan kinerja. Makin berkembang, kinerja (performance) akan makin tergantung pada kemampuan menggunakan konsep, pemi kiran, dan teori sebagaimana keterampilan-keterampilan diperoleh dari pengalaman. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;">Dilema-dilema yang ditemukan memerlukan perubahan-perubahan mendasar dari administrator. Mereka perlu pelatihan , pengetahuan dan kebijakan-kebijakan baru. Mereka juga perlu meninggalkan praktek-praktek masyarakat hari ini yang telah mendarah-daging dalam diri mereka. Praktek administrasi bisa menjadi salah satu dilema yang ambruk atau pencapaian yang meningkat. Kami mempertahankan bahwa jalan yang baru itu harus melewati teori dan riset bidang organisasi pendidikan. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: center;"><b>DAFTAR ISI</b></div><div align="center" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;">1st.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>DASAR TEORITIS DAN HISTORIS ......................................1</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;">2nd.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>SEKOLAH SEBAGAI SEBUAH SISTEM SOSIAL............... 4</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;">3rd.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>LINGKUNGAN LUAR SEKOLAH..........................................6</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;">4th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>KEKUASAAN DAN WEWENANG.........................................8</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;">5th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>STRUKTUR KEORGANISASIAN DI SEKOLAH .................9</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">6th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>PROFESIONAL DI ORGANISASI SEKOLAH ....................11</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">7th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MOTIVASI KERJA DI SEKOLAH........................................13</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">8th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>KARAKTER KELOMPOK KERJA........................................14</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">9th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span> KEPEMIMPINAN .................................................................. 16</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">10th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span> MEMBUAT KEPUTUSAN.....................................................19</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">11th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>KOMUNIKASI........................................................................23</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">12th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span> KEEFEKTIFAN ORGANISASI SEKOLAH.........................24</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: right; text-indent: -18pt;">13th.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>KESIMPULAN........................................................................25</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-align: center;"><b>DAFTAR PUSTAKA</b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Abbott, Max., “Hierarchical Impediments to Innovation in Educa tional Organizations.” <i>In Change Perspectives in Educational Administration</i>, Edited by Max Abbott, 40-53. Aubum, AL: Aubum University, 1965a.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 51px; z-index: 1;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="51" /></span> , “Intervening Variables in Organizational Behavior.” <i>Educational Admnistration Quarterly 1</i> (1965b): 1-14.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 51px; z-index: 2;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="51" /></span> , and Francisco Caracheo. “Power, Authority, and Bureaucracy.” <i>In Handbook of Research on Educational Admnistration, </i>edited by Norman J. Boyan ,239-257. New York: Longman, 1988.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Astley W. Graham. “ The Two Ecologies: Population and Community Perspec tives on Organizational Evolution<i>.” Administrative Science Quarterly</i> 30 (1985): 224-241 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Bacharach, “Organizational Theories: Some Criteria for Evaluation.” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review </i>14 (1989).</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Beard, Donald W., dan Gregory G. Dess, “Modeling Organizational Species ‘In terdependence in an Ecological Community.” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review </i>13 (1988): 362-373 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">McKelvey, Bill. Organizational Systematics: Taxonomy, Evolutions, Classi fication. Berkeley: University of California Press, 1982.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Bridges ,Edwin M. “A Model for Shared Decision Making in the School Prin cipalship.” <i>Educational Administration Quarterly</i> 3 (1967):49-61.</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;">Burrell,Gibson,and Gareth Morgan, <i>.Sociological Paradigms and Organizational Analysis</i>, p. l. London: Heinemann, 1980. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Carroll, Glenn R., “Organizational Ecology.” Annual Review of Sociology 10 (1984) ): 71-93 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 51px; z-index: 3;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" width="51" /></span> (ed.) <i>Ecological Models of Organizations</i>, Cambridge, MA: Ballinger, 1988 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Carroll, Stephen, dan Henry Tosy, “Goal Characteristics and Personality Factors in a Management by Objective Program” <i>Administrative Science Quarterly</i> 15 (1970): 295-305.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">DiMaggio, Paul, dan Walter Powell, “The Iron Cage Revisited: International Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields.”<i> American Sociological Review </i>48 (1983): 147-160.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Etzioni, Amitai, “Two Approaches to Organizational Analysis: A Critique and Suggestion.” <i>Admnistrative Science Quarterly </i>5 (1960): 257-278. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 51px; z-index: 4;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif" width="51" /></span> , “ Mixed Scanning Revisited.” Public Admnistration Review 46 (1986) 8-14</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Field, George R. H. “Critique of the Vroom-Yetton Contingency Model of Leadership Behavior.” <i>The Academy of Management Riview</i> 4 (1979): 249.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Freeman, “Organizational Life Cycle and Natural Selection Processes.” <i>Rsearch in Organizational Behavior</i> 4 (1982): 1-32</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Getzels, M. Lipham, dan Roadl F.Campbell, <i>Educational Admnistration as a Social Process: Theory, Rsearch, and Practice</i>, New York: Harper & Row. 1968.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Getzels, Jacob W., dan Egon G. Guba , “Social Behavior and Admnistrative Process.” <i>School Review</i> 65 (1957): 423-441. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Gross, Edward, dan Amitai Etzioni, <i>Organizations in Society</i>, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1985 </div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Hage, Jerald, <i>Techniques and Problems of Theory Construction in Sociology</i>, New York: Wiley (1980), </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Hannan, Michel T., dan John Freeman, “Obstacles to Comparative Studies.” In <i>New Perspectives on Organizational Effectivness</i>, Editor Paul S. Good man dan Johannes M. Pennings, 106-131, San Fransisco; Josey Bass, 1977a</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 5;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 178px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 6;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" width="55" /></span><span style="font-size: 10pt;"> dan , “The Ppopulation Ecology of Organizations.”<i> American Journal of Sociology</i> 82 (1977b): 929-964.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 7;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 178px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 8;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" width="55" /></span><span style="font-size: 10pt;"> dan , “Structural Innertia and Organizatonal Chang<i>.” American Sociological Review</i> 49 (1984): 140-164</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Aldrich, Howard E. dan Jeffey Pfeffer, “Environments Of Organizations,” An nual Review of Sociology 2 (1976): 70-105 </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Hoy dan Cecil Miskel, <i>Educaional Administration: Theory, Research, and Practice</i>, New York: Random House, 1987.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Hoy dan David Sousa, “Deligatio: The Neglected Aspect of Participation in Decision Making,” <i>Alberta Journal of Educational Research</i> 30 (1984): 320-331</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Janis, “Sources of Error in Strategic Decision Making,” dalam <i>Oraganizational Strategy and Change</i>, Editor Johannes M. Pennings dan Kawan-kawan, 157-197, San Francisco: Jossey-Bass, 1985 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Janis, Irving L., dan Leon Mann, Decision Making: A Psychological Analysis of Conflic, Choice and Commitment, New York,: Free Press, 1977 </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Leavitt, Harrold J., “Applied Organizational Change in Industry: Structural, Technological, and Humanistic Approach.” Dalam <i>Handbook of Organi zations</i>, Editor: James G. March, 1144-1170, Chicago: Rand McNally, 1965.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Leavitt, William R. Dill dan Henry B. Eyring, <i>The Organizational World</i>, New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1973. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Litchfield Edward H. “Notes on a General Theory of Administration.” <i>Administrative Science Quarterly</i> I (1956): 3-29</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Lipham, James A. “Leadership and Administration,” dalam <i>Behavioral Science and Educational Admnistration, Sixty-Third Yearbook of Natonal Society for Study of Education</i>, Editor Daniel Griffiths, 119-`4`, Chicago : University of Chicago Press, 1964. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Lortie, Dan C., “The Balance of Control and Autonomy in Elementary School Teaching,” dalam <i>The Semiprpfesionis and Their Organization</i>, Editor A. Etzioni, 1-53, New York: Free Press, 1969.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Meyer, John W., dan Brian Rowan, “Institutionalized Organizations: Formal Structure as Myth and Ceremony,” <i>American Journal of Sociology </i>83 (1977) :440-463 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 98px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 55px; z-index: 12;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 178px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 55px; z-index: 13;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" width="55" /></span> dan , “The Structure of Educational Organizations,” dalam <i>Environments and Organizations</i>, Editor Marshall W. Mayer et.al.., 78-109, San Francisco: Jossey-Bass, 1978</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Mintzberg , <i>Mintzberg on Management</i>, New York: The Free Press, 1989 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 11px; position: absolute; width: 55px; z-index: 11;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image006.gif" width="55" /></span> , <i>The Structuring of Organizations</i>, Englewood Clift, NJ: Prentice-Hall 1979 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 10;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span> dan Henry, <i>The Nature of Managerial Work</i>, New York: Harper & Row, 1973.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 55px; z-index: 9;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span> “Patterns in Strategy Formulation.” <i>Management Science</i> 24 (1978): 934-948.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Morgan, Gareth, <i>Images of Organizations</i>, Beverly Hills, CA: Sage, 1986.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Nadler dan Michael L.Tushman, “ A General Diagnostic Model for Organizational Behavior Applying a Congruence Perspective,” dalam <i>Perspective on Behavior in Organizations</i>, Cet. ke-2, Editor Richard Hacman, Edward E. Lawler III, dan Lyman W. Porter, 112-124, New York: McGraw-Hill, 1983.</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;">Nutt, Paul C., “Tipes of Organizatonal Decision Processes,” <i>Administrative Science Quarterly</i> 29 (1984): 414-450 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Parson, Talcott, <i>Sociological Theory and Modern Society</i>, New York: Free Press, 1967</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Pfeffer, Jeffrey, “Size and Its Composition of Corporate Boards of Directors: The Organization and Its Environment,” <i>Administive Science Quarterly</i> 17 (1972): 218-228</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 55px; z-index: 14;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="55" /></span> , “Beyond Management and the Worker: The Institutional Function of Management,” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review</i> 1 (1976): 36-46</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 55px; z-index: 15;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="55" /></span> , <i>Power in Organizations</i>, Boston: Pitman, 1981.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 55px; z-index: 16;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="55" /></span> , <i>Organization and Organization Theory</i>, Boston, Pitman, 1982 </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 55px; z-index: 17;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="55" /></span> dan Gerald Salancik, <i>The External Control of Organization: A Resource Dependence Prespective</i>, New York: Harper & Row, 1978.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Pfeffer, Jeffey dan Huseyin Leblebici , The Effect of Competition on Some Dimensions of Organizational Structure, “ Social Force 52 (1973): 268-279.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Scott, W. Richard, <i>Organization: Rational, Natural, and Open System</i>, Cet. Pertama, Editor Englewood Clifts, NJ: Prentice-Hall, 1981</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 48px; z-index: 18;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="48" /></span> , <i>Organization: Rational, Natural, and Open System</i>, Cet. kedua, Editor Englewood Clifts, NJ: Prentice-Hall, 1987</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Tolbert, Pamela S. “Instutional Envirenments and Resource Dependence: Source of Administrative Staructure in Institutions of Higher Education,” <i>Administrative Science Quarterly</i> 30 (1985): 1-13.</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Van de Ven, Andrew H., “Nothing is Quite So Practical as a Good Theory,” <i>Academy of Managemen Review</i> 14 (1989).</span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Weick, Karl E., “Theory Construction as Disciplined Imagination,” <i>Academu of Management Review</i> 14 (1989)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Whetten, David A., “What Constitute a Theoritical Contribution,” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review</i> 14 (1989).</span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 10pt;">Young, Ruth C., “Is Population Ecology a Useful Paradigm for the Study of Organization?” <i>American Jounal of Socilogy</i>, 84 (1988): 1-24</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;">Zucher , Linne., “Organizations as Institutions, “ <i>Research in teh Sociology of Organizations</i> 2 (1983): 1-47</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 48px; z-index: 19;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="48" /></span> , “Instituonal Theories of Organization,” <i>Annual Riview of Sociology</i> 13 (1987): 443-464. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">CATATAN RINGKAS TENTANG</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">TEORI, PRAKTEK DAN RISET BIDANG</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 36pt;">MANAJEMEN</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 36pt;">PENDIDIKAN</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 11pt;">Diterjemahkan dari</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 11pt;">“Summary” dan “Notes” dalam</span></b></div><h6 dir="LTR" style="text-indent: 0cm;">“Educational Admnistration”</h6><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 11pt;">Karya Wayne K.Hoy dan Cecil G. Miskel</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 14pt;">Oleh:</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 14pt;">Syarqawi Dhofir</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="right" class="MsoHeading7" dir="LTR" style="text-align: right; text-indent: 0cm;"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="12" width="94"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td style="text-align: right;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="435" /></td> </tr>
</tbody></table> </div><br />
<div align="right" class="MsoHeading7" dir="LTR" style="text-align: right; text-indent: 0cm;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 90px; margin-top: 467px; position: absolute; width: 439px; z-index: 20;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="439" /></span>Universitas Negeri Subaya</div><div align="right" class="MsoHeading8" dir="LTR" style="text-align: right; text-indent: 0cm;">Program Pasca Sarjana</div><div align="right" class="MsoHeading9" dir="LTR" style="text-align: right; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 16pt;">Program Studi Manajemen Pendidikan</span></div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin-right: 1cm; text-align: right;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-family: "AGA Arabesque"; font-size: 80pt;">P</span></b><b><span style="font-size: 80pt;"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">KATA PENGANTAR</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Naskah yang berupa buku kecil ini bisa selesai berkat pertolongan Allah semata. Karenanya penerjemah sangat bersyukur sekali kepada-Nya, dengan rasa syukur yang tak terhingga. Sudah tentu dalam penyelesaian tersebut tidak akan pernah lepas dari bantuan Bapak Dr. Lorens yang senantiasa dengan metodenya yang tak langsung memberikan motivasi yang besar untuk menggali isi-isi literatur berbahasa Inggris. Motivasi yang demikian penting sekali, karena bagi bangsa ini penggalian ilmu lewat bahasa Inggris masih terasa elit hingga sekarang. Karena itu penerjemah sampaikan terima kasih banyak. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Naskah ini dimaksudkan selain sebagai pemenuhan tugas kuliah, tetapi penterjemah juga ingin berbagi-bagi informasi dan pengetahuan bersama rekan-rekan sekuliah yang mungkin karena kesibukannya tidak sempat membaca literatur wajib yang didiskusikan. Selain karena bahasanya Inggris, juga karena bukunya yang cukup tebal dan serius. Maka untuk meringankan beban, agar seluruh isi buku “Educational Administrative: Theory, Research and Practice”, karya Wayne K. Hoy dan Cecil Miskel, penerjemah mencoba menerjemahkan bagian “Summary” (Ringkasan) dan “Note” (Catatan) yang terdapat hampir pada setiap bab. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Memang tidak mungkin menguasai secara detail isi buku tersebut hanya dengan membaca naskah tipis ini. Tapi paling tidak bisa menguasai pokok-pokok persoalan dan garis besar-garis besar yang dibahas. Sudah tentu, termasuk pula sistematika pembahasan dan kerangka acuannya. Pengetahuan yang demikian sangat penting bagi kita yang hidup ditumpukan informasi.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Daftar pustaka yang ada di halaman-halaman terakhir naskah ini sebenarnya bukanlah daftar pustaka yang dipakai rujukan oleh buku asli, tetapi sekedar rujukan yang terdapat dalam “Notes” (Catatan). Ini penting untuk mengenal sumber pokok secara lebih lengkap. Apalagi dalam catatan memang tidak disebut, tapi cukup ditulis seperti layaknya membuat catatan kaki di sela-sela kalimat. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" dir="LTR">Tak ada harapan lain dari penulis kecuali manfaat naskah ini bisa menjadi amal jariyah yang bisa menjadi membekali penerjemah kelak dalam meniti hari akhirat. Ya, itu saja. Semuga Allah mengabulkan, amien </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 108pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Al-Amien Prenduan, 14 Nopember 2001</span></i></b></div><div align="right" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: right; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">Penerjemah</span></b></div><div align="right" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: right; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Syarqawi Dhofir</span></i></b></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 1cm; text-align: center; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h1 align="center" dir="LTR" style="text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 16pt;">MEMBUAT KEPUTUSAN</span></h1><div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: center;"><b><span dir="LTR" style="font-size: 12pt;">DI DUNIA PENDIDIKAN</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 16pt;"></span></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;">Oleh: Syarqawi Dhofir </div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;">(Disarikan dari Education Administration: Theory, Research and Practice, Karya Wayne K. Hoy dkk.)</div><div class="MsoNormal" dir="RTL"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR" style="margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt 35.4pt; text-indent: 0cm;"><i>Tugas memutuskan meliputi isi bagian dalam dari organisasi yang beradministrasi.......Sebuah teori yang umum tentang administrasi harus mengandung prinsip-prinsip organisasi yang dapat menjamin adanya pembuatan keputusan yang benar, seperti halnya ia juga harus mengandung prinsip-prinsip yang menjamin adanya aksi yang efektif</i>. </div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR" style="margin: 0cm 143.45pt 0.0001pt 35.4pt; text-indent: 0.55pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR" style="margin: 0cm 144pt 0.0001pt 35.4pt; text-indent: 36pt;">Herbert A. Simon: Administrative Behavior) </div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent3" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Memahami tentang bagaimana membuat keputusan adalah penting bagi kesuksesan administrasi pendidikan. Ada empat strategi dasar yang layak mendapat perhatian dalam membuat keputusan manajerial yang bisa kita identifikasi dan jabarkan. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">1.Model klasik: Optimizing strategy (Strategi Pengoptimalan): </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">Teori membuat keputusan klasik berasumsi bahwa keputusan-keputusan itu harus lengkap dan rasional dengan cara menggunakan sebuah teori strategi pengoptimalan. Strategi ini dijalankan dengan cara mencari alternatif yang terbaik dan paling mungkin untuk memaksimakan pencapaian tujuan dan sasaran. Menurut model klasik ini proses membuat keputusan merupakan sebuah seri langkah-langkah yang berangkaian: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Mengidentifikasi problem, </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;"> Merumuskan sasaran dan tujuan , </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Three.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Mengumpulkan semua alternatif yang mungkin</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Four.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Mempertimbangkan rangkaian setiap alternatif.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Five.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;"> Mengevaluasi semua alternatif dalam kaitannya dengan tujuan dan sasaran. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Six.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Memilih salah satu alternatif yang terbaik yang bisa memaksimalkan pencapaian tujuan dan sasran.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Seven.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Menerapkan dan menilai keputusan yang diambil. </span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR">Strategi Pengoptimalan dari model klasik ini ditemukan tidak untuk digunakan oleh para administrator, karena ia mengasumsikan informasi yang benar, rasionalitas dan kapasitas manusia yang tidak didapat di dunia administrasi yang nyata. Walaupun membuat keputusan rasional secara lengkap itu mustahil, tetapi para administrator memerlukan sebuah proses sistematik untuk memelihara pilihan pemecahan yang memuaskan. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><b><i>2.Model administratif: Satisficing Stategi (Strategi Pemuasan): M</i></b>embuat keputusan rasional secara lengkap seperti model klasik di atas menurut model administratif adalah sesuatu mustahil. Tetapi para administrator memerlukan sebuah proses sistematik untuk memelihara pilihan pemecahan yang memuaskan. Atas dasar itu maka “strategi pemuasan” penting dalam membuat keputusan administratif. Membuat keputusan di sini adalah sebuah lingkaran kegiatan yang meliputi:</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><b><i>One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i></b>Mengenali dan mendefiniskan issu dan masalah,</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><b><i>Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i></b>Menganalisis kesulitan menurut situasi yang ada</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><b><i>Three.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i></b>Membangun kriteria sebuah pemecahan ulang yang tepat, </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><b><i>Four.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i></b>Mengembangkan sebuah rencana atau strategi aksi yang meliputi menspesifikasi alternatif yang mungkin, memprediksi serangkaian kemungkinan untuk setiap alternatif, mempertimbangkan dan memilih sebuah aksi alternatif. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;"><b><i>Five.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i></b>Merumuskan rencana aksi.</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR">Karena asumsinya tentang dunia adminitrasi melingkar itu, maka lingkaran kerja membuat keputusan itu mungkin saja masuk ke dalam tangga-tangga yang berbeda dan tangga-tangga datang berulang-ulang dalam proses administrasi. Pengenalan dan pendefinisian masalah adalah sebuah fase penting dalam lingkaran itu. Cara seorang admnistrator mengonsep sebuah masalah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pemecahan kejadian. Analisis terhadap kesulitan-kesulitan di dalam situasi yang ada menempatkan masalah itu dipikirkan menurut konteks sebuah organisasi tertentu dan memberikan jawaban-jawaban terhadap apa, di mana, mengapa, kapan, dan bagaimana. Dalam membuat kriteria keakuratan pemecahan kesulitan-kesulitan , para pembuat keputusan membandingkan antara “keharusan” dan “ kemauan” mereka. </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;">Langkah sentral dari proses itu adalah mengembangkan sebuah rencana aksi yang menyangkut alternatif khusus yang diperlukan, meramal akibat-akibat dari semua kemungkinan, mempertimbangkan dan memilih alternatif-alternatif aksi. Langkah akhir dari lingkaran kerja adalah membuat rencana aksi, meliputi:</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemrograman, </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pengomunikasian, </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">Three.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pengawasan </div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR" style="margin: 0cm 46.35pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">Four.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Penilaian.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Strategi pemuasan sangat cocok untuk menghubungkan banyak problem dalam administrasi pendidikan. Bagaimana pun, ketika satuan alternatif itu tidak bisa didefinisikan dan konsekwensi-konsekwensi dari setiap alternatif tidak bisa diramalkan, dalam kaitannya dengan penghargaan yang harus diberikan sesuai levelnya, maka dengan demikian strategi pe nambahan gaji nampaknya lebih tepat. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">3.Model penambahan gaji: Strategy of Successive Limited Camparison (Strategi Pembandingan Kesuksesan Terbatas): </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">Strategi penambahan gaji adalah sebuah proses yang meng gunakan metode pembandingan-pembandingan kesuksesan terbatas.; hanya sebuah satuan alternatif-alternatif yang terbatas, sesuai dengan situasi yang ada, yang dipertimbangkan. Cara mempertimbangkan yang diambil adalah memperbandingkan hasil-hasil kesuksesan mereka. Kesuksesan itu dibaca dalam seberapa besar pencapaian yang diperoleh memberikan kontribusi dalam sebuah rangkaian kerja. Ini berarti, teori ini berasumsikan bahwa perubahan-perubahan kecil tidak mungkin menghasil kan akibat-akibat yang luas bagi organisasi itu.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Secara singkat, “model penambahan gaji” yang menggunakan “Strategy of Successive Limited Camparison (Strategi Pemban dingan Kesuksesan Terbatas), agar lebih nampak perbedaannya dapat digambarkan secara kontras sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Mengatur dan mengumpulkan alternatif selalu dilakukan secara silmultan, karena analisis tentang cara yang terakhir selalu dianggap kurang tepat.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Keputusan-keputusan yang baik adalah keputusan-keputusan di mana para pembuat keputusan bisa menyetujui bagaimanapun sasarannya. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Three.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Sejumlah alternatif dan hasil-hasil yang banyak dikurangi secara drastis, hanya dengan cara mempertimbangkan alternatif-alternatif yang bersesuaian dengan keadaan urusan saat itu.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Four.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Analisis juga dibatasi hanya pada perbedaan-perbedaan antara “situasi yang ada” dengan “alternatif-alternatif yang direncanakan”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 46.35pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Five.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Metode ini menjauhkan diri dari pemberian penambahan gaji terhadap kesuksesan yang tidak memberi kontrisbusi konkrit yang praktis terhadap rangkaian kerja. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Paham penambahan gaji, bagaimanapun bisa jadi sangat konservatif dan bunuh diri. Keputusan-keputusan penambahan gaji yang dibuat tanpa aturan-aturan yang jelas yang bersifat fundamental bisa menggiring kerja tanpa arah. Karena itu maka lahir “model peninjauan campuran” sebuah model yang mempersatukan yang terbaik dari dua model administratif klasik dan penambahan gaji.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">3. Model Peninjauan Campuran: Adaptive Strategy (Startegi Penyesuaian): </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">Peninjauan Campuran mempersatukan yang terbaik yang ada pada dua model: administratif dan penambahan gaji, seperti yang telah disebutkan di atas. Sebuah strategi pemuasan digunakan dengan mengkombinasikannya dengan model penambahan gaji dalam membuat keputusan. Startegi kombinatif itu diterapkan lewat kebijaksanaan yang luas. Peninjauan penuh ditempatkan kembali oleh peninjuan khusus, dan keputusan-keputusan sementara dibuat dengan cara penambahan gaji yang dilakukan melalui proses yang diarahkan oleh sebuah pengertian yang jernih tentang tujuan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"> Model <b><i>Garbage-can </i></b>tentang membuat keputusan keorganisasian, dipakai untuk memahami bentuk keputusan dalam menghadapi situasi-situasi anarki yang terorganisir. Dalam model ini, keputusan tidak dimulai dari sebuah problem dan berakhir dengan sebuah pemecahan, tetapi organisasi-organisasi cukup dipandang sebagai satuan-satuan pilihan untuk mencari problem-problem, dan para administrator dipandang sebagai pilihan untuk kerja. Masalah, pemecahan, partisipan dan memilih kesempatan bergerak sebagai kejadian-kejadian bebas (<i>independent events</i>). Jika semua itu kacau maka beberapa problem terpecahkan, tetapi dalam proses keputusan yang amburadul (<i>chaos</i>) itu banyak problem tidak terpecahkan, dan tetap tertahan. Model tersebut menjelaskan bagaimana pemecahan-pemecahan bisa mungkin diusulkan pada masalah-masalah yang tidak ada, mengapa pilihan-pilihan yang tidak relevan dibuat, mengapa masalah-masalah tertahan, dan mengapa hanya sedikit sekali persoalan yang terpecahkan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Tanpa memperhatikan strategi, membuat keputusan akan selalu mengakibatkan stres. Kondisi-kondisi yang ada dalam stres memiliki effek-effek yang tak menguntungkan pada kualitas pembuatan keputusan yang kita bicarakan. Ada lima mekanisme penanggulangan yang banyak disukai oleh para pembuat keputusan untuk digunakan dalam situasi-situasi yang stres, </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa melibatkan bawahan dalam membuat keputusan itu tidak selalu mengun tungkan bagi administrator. Untuk membantu para administartor dalam menetapkan “dalam keadaan yang bagaimana para bawahan bisa dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan” maka penulis sajikan dua model sebagai usulan: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Menggunakan tes relevansi dan keahlian sebagai sebuah panduan untuk pelibatan bawahan.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-right: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-size: 12pt;">Menggunakan dua satuan peraturan: peraturan tentang kualitas bawahan dan peraturan penerimaan keputusan untuk menetapkan bentuk dan jumlah partisipasi bawahan dalam pembuatan keputusam dalam situasi-situasi yang khusus. Dan terakhir, syarat-syarat yang dapat membantu pikiran kelompok hendaknya dianalisis, dan usulan-usulan hendaknya direncanakan untuk melindungi mereka.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Catatan:</span></i></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Riset akhir-akhir ini menyatakan bahwa banyak administrator mengabaikan metode-metode normatif, hal tersebut ditulis oleh para sarjana pembuatan keputusan yang efektif dan kelangsungan dalam taktik keputusan yang meragukan. Lihat Nutt (1984) </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Asumsi-asumsi dasar pada bagian berikut berasal dari Edward Litchfield (1956)</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Apa yang telah diistilahkan dengan “pembuatan kebijakan” (policy making) di sektor negeri selalu dibicarakan di dalam judul “formulasi strategis” di sektor swasta. Misalnya, lihat Henry Mintzberg (1978) dan Johannes panning dan kawan-kawan (1985)</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Bagaimanapun masalahnya menjadi lebih komplek, jika hal itu juga melibatkan integritas para siswa minoritas ke dalam sekolah-sekolah terpencil.</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Etzioni (1967) melaporkan bahwa 50 artikel dan disertasi Ph.D telah menulis tentang “Peninjauan Campuran” ketika masih berbentuk artikel asli. Untuk sintesisnya, lihat Etzioni (1986).</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Bagian ini menggambarkan banyak sekali karya Janis (1985) dan karya Janis dan Mann (1977).</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk sebuah peninjauan secara kritis dan menyeluruh mengenai partisipasi dalam pembuatan keputusan, lihat Hoy dan Sousa (1984)</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Mengenai empat pertanyaan terakhir, Bridges menyajikan (1967) bersamaan dengan pembahasan tentang basis pengembangan pembuatan keputusan bersama di dalam dunia per-kepala sekolah-an. Analisis kita mengenai pembuatan keputusan bersama didasarkan pada hasil karya Bridges yang merupakan orang pertama yang menulis tentang hal tersebut. </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Konsep tentang zona penerimaan adalah sama dengan apa yang ditawarkan oleh Barnard dengan istilah “Zone of indiference” (Zona pengabaian). Kami lebih menyukai label Ferbert Simon yang melindungi dari pengertian-pengertian negatif yang bisa diasosiasikan dengan “pengabaian” (indiference). </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Riset yang sedikit sistematik telah dikerjakan dalam kaitannya dengan usaha mencocokkan persiapan-persiapan kelembagaan dengan situasi, dan karena itu usaha-usaha pencocokan yang diusulkan untuk memaksimalkan keefektifan menjadi sesuatu yang sangat spekulatif</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-indent: -18pt;">11.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk sebuah analisis kritis terhadap model itu, lihat Field (1979)</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-82117135531222259012011-02-06T17:28:00.002+07:002011-02-06T17:37:28.516+07:00KEKUASAAN, OTORITAS, MANAJAMEN KONFLIKOleh: Sarqawi Dhofir<br />
PENGANTAR<br />
<center><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Para realis politik memandang dunia itu seperti ini : “sebuah arena kekuatan politik yang utama digerakkan oleh kepentingan sendiri yang dirasakan seketika. Sementara itu moralitas adalah rasionalitas retorik bagi tindakan bijak dan kepentingan sendiri.” Ini bukan dunia syetan tapi syetan itu sendiri, di mana orang-orang berbicara tentang prinsip-prinsip moral tetapi bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kekuasaan (power)</div><div class="MsoBlockText" style="margin: 0cm 1cm 0.0001pt;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1cm 0.0001pt; text-align: right;"><i>SAUL ALINSKY</i></div><div align="right" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1cm 0.0001pt; text-align: right;"><i>Rules for Radical<a name='more'></a></i></div><div align="right" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1cm 0.0001pt; text-align: right;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; text-indent: 0cm;">Semua organisasi sosial mengawasi anggotanya, bahkan masalah pengawasan itu menjadi lebih penting lagi terutama dalam organisasi formal. Organisasi-organisasi formal berencana dan mengatur dengan sengaja untuk mencapai tujuan, akan tetapi, bersamaan dengan itu ia selalu tidak mempercayai anggota-anggotanya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka tanpa dorongan-dorongan tambahan. Karena itu organisasi menetapkan dan menstruktur secara formal hadiah dan sanksi untuk mendukung harapan-harapan, aturan-aturan dan perintah-perintah organisasi. Struktur pengawasan ini mengharapkan lahirnya perilaku yang sesuai dengan norma-norma organisasi dengan cara menciptakan perilaku tertentu yang lebih menarik (Gross dan Etzioni, 1985, 109)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Inti pengawasan keorganisasian adalah kekuasaan <i>(power</i>). Menurut pengertian klasik kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang anda maui, atau seperti yang didefinisikan oleh Weber (1947, 152)<i>”Kemungkinan di mana seorang aktor yang berada dalam sebuah jabatan tertentu dalam sebuah hubungan sosial bisa memenangkan apa yang ia kehendaki walaupun dengan cara melawan.”</i> Kekuasaan dalam pengertian yang kita maksudkan dalam tulisan ini adalah kekuasaan sebagai sebuah istilah yang umum dan menyeluruh. Ia meliputi pengawasan dengan cara pemaksaan yang kejam dan pengawasan dengan tanpa paksa tetapi dengan cara persuasif dan rangsangan (sugestif), tidak terbatas dalam pengertian kemampuan memaksa seperti dalam defnisi Weber di atas. Wewenang (<i>authority</i>) lebih sempit skopnya, dibanding kekuasaan. Ia adalah <i>“kemungkinan komando-komando khusus tertentu (atau semua komando) dari sumber yang berwenang bisa ditaati oleh kelompok orang yang diperintah.”</i> Weber secara tergesa-gesa menunjukkan bahwa wewenang tidak mencakup setiap model penggunaan wewenang atau pengaruh terhadap orang-orang lain. Ia berpendapat bahwa sebuah tingkatan ketaatan sukarela tertentu hanya dihubungkan dengan komando-komando resmi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>WEWENANG (OTORITAS)</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hubungan antar otoritas adalah sebuah bagian integral dari kehidupan sekolah. Basis sebagian besar hubungan guru-murid, guru-karyawan, atau atasan-bawahan adalah otoritas. Sayang sekali, begitu banyaknya otoritas perorangan disamakan dengan otoritarianisme. Padahal tidak demikian. Otoritas sebagai sebuah konsep seharusnya didefinisikan lebih jernih.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Berbeda dengan keyakinan-keyakinan umum, pelaksanaan otoritas khususnya dalam sebuah sekolah tidak mengandung pemaksaan. Herbert A. Simon (1957, 126-127) menulis bahwa otoritas dibedakan dari pengaruh (<i>influence</i>) dan kekuasaan pada bawahannya, yaitu sebagai “pegangan-pegangan dalam penundaan bagian-bagian kritisnya untuk memilih di antara berbagai alternatif. Otoritas menggunakan kriteria formal dalam penerimaan sebuah perintah atau tanda-tanda perintah sebagai basis pilihannya.” Jadi, ada dua kriteria otoritas dalam sekolah yang sangat penting dalam hubungan-hubungan atas-bawah: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kemauan suka rela untuk melegimatisasi perintah, dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Penyekorsingan kriterianya untuk membuat keputusan dan penerimaan perintah organisasi. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Peter Blau dan W. Richard Scott (1962, 28-29) mengajukan argumentasi, bahwa kriteria ketiga harus ditambahkan untuk membedakan otoritas dengan bentuk-bentuk lain dari kontrol sosial. Mereka berdua menegaskan bahwa “Sebuah orientasi penilaian yang muncul harus bisa membatasi pelaksaaan kontrol sosial yang memberi pengesahan dan perlu diketahui bahwa orientasi demikian itu hanya harus ada dan berlaku dalam konteks kelompok.” Otoritas yang dimaksud adalah otoritas yang dilegitimasi oleh sebuah nilai yang menjadi pegangan kebanyakan anggota dalam kelompok itu. Blau dan Scott menyimpulkan bahwa sebuah karakteristik dasar dari hubungan otoritas adalah kemauan suka rela bawahan untuk mendukung kriteria mereka sendiri dalam membuat keputusan dan untuk menaati petunjuk-petunjuk atasan. Kemauan suka rela itu diakibatkan oleh pemaksaan-pemaksaan sosial yang dipaksakan oleh norma-norma kelompok sosial (guru dan murid), bukan dipaksakan oleh kekuasaan yang dipakai oleh atasan (administator). Sesungguhnya pemaksaan sosial itu tidak secara khusus lahir dari kekuasaan yang memaksa atau tipe-tipe pengaruh sosial lainnya. Dengan demikian maka hubungan antar otoritas dalam sekolah memiliki tiga karakteristik utama:</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kemauan suka rela bawahan untuk taat. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Dukungan bawahan, dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sebuah hubungan kekuasaan yang disahkan oleh norma yang berlaku dalam kelompok.</span></div><div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span style="font-size: 14pt;">Tipe-tipe Otoritas</span></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas muncul jika sebuah keyakinan-keyakinan umum (baca: norma) di sebuah sekolah telah mengesahkan penggunaan kekuasaan sebagai seuatu “yang benar dan tepat” dilihat dari segi jenis legitimasi yang diklaim secara khusus oleh masing-masing tipe. Weber (1947, 325-328) membedakan tiga tipe otoritas: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tipe Otoritas Kharismatik, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tipe Otoritas Tradisional dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tipe Otoritas Legal.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Otoritas kharismatik</b> tergantung pada kesetiaan pada hal-hal yang luar biasa yang dimiliki secara pribadi oleh seorang pemimpin yang dinyatakan dengan kesalehan tanggung jawab pribadi atau sifat-sifat keteladanan. Otoritas kharismatik cendrung bersifat tidak rasional, afektif, atau emosional dan sangat bergantung pada sifat-sifat pribadi dan watak pemimpin. Otoritas pemimpin kharismatik secara pokok muncul dari akibat daya tarik pribadi yang melimpah luar biasa. Secara khas sebuah orientasi nilai umum timbul dalam kelompok untuk memproduk komitmen normatif yang intens terhadap orang itu dan penghubungannya dengan orang itu. Jadi, para murid boleh jadi menaati aturan-aturan kelas hanya karena keajaiban pribadi sang guru. <b> </b></div><div class="MsoBodyText"><b>…..</b></div><div class="MsoBodyText"><b>Otoritas Tradisional </b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas tradisional dihormati di sebuah masyarakat yang memiliki kepercayaan yang mapan terhadap kesucian status orang yang menjalankan otoritas pada masa lampau. Kepatuhan diberikan kepada posisi otoritas yang dianggap suci secara tradisional, dan kepada orang yang menempati posisi yang mewarisi otoritas yang tidak dapat dipungkiri oleh umum. Dalam sebuah sekolah, misalnya, para siswa dan guru mungkin saja menerima otoritas posisi yang demikian karena orang tua mereka dan nenek moyang mereka melakukan hal yang sama sebelumnya.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Otoritas Legal</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas legal didasarkan pada hokum yang mengangkatnya dan bisa diganti otoritas tersebut oleh prosedur yang sah secara formal. Kepatuhan tidak diberikan kepada setiap orang atau setiap posisi melainkan diberikan kepada hukum yang menetapkan siapa dan kepada hal apa saja rakyat memberikan kepatuhan. Otoritas legal dengan demikian hanya berlaku dalam skop otoritas yang diberikan oleh hokum dalam kantor. Dalam sebuah sekolah, kepatuhan diberikan kepada prinsip-prinsip impersonal yang menjalankan pelaksanaan organisasi. Sarjana lain dan para teoritisi organisasi telah memperluas konsep-konsep dasar tentang otoritas. Robert Peabody (1962, 463-482) membedakan <b><i>dasar-dasar otoritas formal </i></b><i>–</i> legitimasi dan posisi – dari dasar-dasar otoritas fungsional yang berupa kecakapan dan ketrampilan humas atau hubungan perorangan; sementara itu Blau dan Scott (1962) secara sederhana menggambarkan hubungan otoritas yang formal atau yang informal, tergantung pada sumber legitimasi kekuasaan.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas formal diberikan oleh organisasi dan ditetapkan secara legal oleh keadaan, tata tertib dan peraturan. Dalam kaitannya dengan organisasi, para karyawan menerima hubungan otoritas karena mereka setuju, dalam batas-batas tertentu, untuk menerima petunjuk-petunjuk dari para pengawas mereka. Organisasi itu memiliki hak untuk memerintah dan para karyawan memiliki kewajiban untuk taat (March dan Simon, 1958, 90). Dengan demkian, dasar otoritas formal terkait dengan persetujuan yang ditetapkan secara legal antara organisasi dan para karyawan.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Otoritas Fungsional</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas fungsional memiliki aneka sumber, meliputi otoritas kompetensi dan otoritas perorangan. Walaupun Weber menyajikan otoritas kompetensi sebagai bagian dari pola rasional legal dari birokrasi, kompetensi selalu tidak dibatasi oleh posisi. Kompetensi teknik dapat memberikan sumber itu untuk melegimatisasi pengawasan dan petunjuk-petunjuk dalam sebuah organisasi formal; bagaimanapun juga posisi khusus yang disandangnya. Fakta ini merupakan sebuah dilema dan bertentangan dengan para profesional (ini adalah sebuah bahasan yang bisa kita rujuk pada Seri 6).</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas informal adalah sebuah sumber lain dari sebuah kontrol yang sah yang berasal dari perilaku seseorang dan sifat-sifat individu. Walaupun posisinya informal, beberapa anggota organisasinya mengembangkan norma kesetiaan dan dukungan dari para koleganya. Norma-norma informal menunjang dan melegitimasi kekuasaan mereka dan memberikan otoritas informal. </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span style="font-size: 14pt;">Otoritas dan Perilaku Administratif di Sekolah</span></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Otoritas adalah sebuah roman dasar kehidupan sekolah. Karena ia memberikan dasar pengawasan<b> </b>yang sah bagi para administrator, guru dan siswa. Sumber utama pengawasan adalah otoritas formal yang diberikan oleh kantor atau jabatan dan bukan oleh sebagian orang yang menjalankan peran kepegawaian (Merton 1957, 195). Ketika para administrator, guru dan siswa berhubungan dengan sebuah organisasi sekolah, mereka menerima hubungan otoritas formal itu. Mereka setuju dalam batas-batas tertentu untuk mengikuti petunjuk-petunjuk mengenai persoalan-persoalan resmi sekolah. Pendek kata, para anggota sekolah masuk dalam persetujuan-persetujuan kontrak dimana mereka menjual janji untuk mengikuti perintah secara jujur sebagai bawahan yang loyal kepada atasan. Para administrator yang memerintah bawahan yang loyal, nampak memiliki keberuntungan untuk memperluas dasar otoritas mereka. Karena itu penting bagi kita merujuk kembali pada definisi, ukuran dan kegunaan sebuah konsep.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><i>Loyalitas Bawahan kepada Atasan</i></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Blau dan scott (1962) dalam pandangan analisis sosiologis mereka mengenai organisasi formal, pertama kali memperke nalkan loyalitas sebagai sebuah aspek penting hubungan hirarkis dalam organisasi-organisasi formal. Mengenai kepentingannya itu, mereka mengajukan hipotesis bahwa produktivitas pekerja berhubungan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan loyalitas. Barangkali mereka menyatakan demikian karena para pengawas yang memiliki dukungan loyalitas dari bawahan mereka lebih sukses dalam memperoleh kemauan untuk mematuhi petunjuk-petunjuk mereka dalam kerja kelompok mereka. Sayangnya kepentingan tersebut dalam konsep itu, Blau dan Scott tidak mendefinisikannya secara rinci. Mereka secara sederhana mencatat bahwa para pengawas (supervisor) yang memerintah dengan mendapat loyalitas akan “disukai”, “diterima” dan “dihormati”.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">V.V. Murray dan Allen F. Corenblum (1966) menegaskan bahwa sekurang-kurangnya ada dua definisi lain yang cukup beralasan mengenai istilah tersebut yang bisa digunakan : </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Definisi kognitif dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Definisi behavioral. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Definisi kognitif menekankan pada tidak adanya keraguan bahwa untuk mempercayai orang yang menjadi supervisor mereka sebagai seorang pemimpin. Definisi behavioral menekankan pada kemauan bawahan untuk mengikuti supervisor itu ke arah baru, yang dianggapnya sebagai kriteria untuk menentukan loyalitas bawahan.</div><div class="MsoBodyText">Dalam banyak penelitian sekolah, konsep loyalitas bawahan pada atasan kelas menengah telah dipertajam secara konseptual dan telah ditentukan batasannya secara operasional (Hoy dan Williams, 1971; Hoy dan Rees, 1974). Penelitian menunjukkan, walaupun loyalitas bawahan kepada seorang atasan mungkin bisa difahami menurut istilah-istilah kognitif, afektif dan behavioral, tetapi segi-segi itu secara bersama-sama sangatlah berbeda. Walaupun demikian semua segi itu secara bersama-sama memberikan sebuah indeks yang baik mengenai loyalitas bawahan terhadap atasan kelas menengah.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><i>Model Administratif dan Loyalitas</i></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Prilaku utama otoriter dan loyalitas guru barangkali berbeda, ini adalah sebuah prediksi yang dikaitkan dengan analisis teoritik Blau dan Scott (1962, 144). Satu strategi untuk memperluas skop otoritas formal ke seluruh bawahan adalah sama dengan dominasi. Administrator yang otoriter itu berusaha untuk meningkatkan pengawasan dengan cara mengadakan sanksi formal atau mengancam dengan akan menggunakan sanksi-sanksi itu; bagaimanapun, penggunaan cara itu dalam waktu lama cendrung akan meruntuhkan otoritas. Para bawahan, terutama sekali para profesional, membenci surat-surat peringatan yang diberikan secara konstan karena ketergantungan mereka pada atasan itu, terutama sekali dalam sebuah budaya yang egaliter. Strategi dominasi dan supervisi tertutup yang diberlakukan, tidak disukai untuk membangun secara mudah loyalitas dan dukungan dari professional.<b> </b>Blau (1955, 66-77) dengan rapi telah meringkas “Dilema otoritas birokrasi” sebagai berkut : “Itu tergantung pada kekuatan sanksi tetapi ia dilemahkan oleh pemberian sanksi yang terlalu sering dalam pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan.” Kenyataannya, para supervisor yang tidak otoriter nampaknya<b> </b>menyukai menggunakan strategi yang berlawanan dengan itu. Mereka menggunakan satu strategi kepemimpinan dalam bentuk pelayanan dan pemberian bantuan yang dapat memenuhi kebutuhan bawahan. Menggunakan otoritas formal dengan menyediakan hadiah-hadiah dan pelayanan-pelayanan spesial dapat menciptakan kewajiban-kewajiban sosial dan membangun kemauan baik di tengah-tengah bawahan. Hasilnya dapat mempertinggi kemajuan loyalitas informal.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Untuk sejumlah alasan, dasar pemikiran untuk memprediksi sebuah hubungan negatif antara administrator otoriter dan loyalitas guru sebagai sebuah pemaksaan, khususnya dalam sekolah adalah: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama, watak supervisi di sekolah terfokus pada usaha membantu –bukan memerintah- para guru agar mengem bangkan cara mengajar mereka. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kedua, karena guru bekerja di ruang tertutup, mereka tidak mudah diamati. Lebih-lebih, para guru seringkali mengklaim diri mereka sebagai yang memiliki otonomi professional, dan supervisi tertutup nampaknya akan dilihat sebagai pelanggaran terhadap otonomi professio nal itu. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Akhirnya para guru menggantungkan kepentingan besarnya pada otoritas yang didasarkan pada kompetensi professional, lebih banyak dari kelompok-kelompok professional yang serupa seperti yang terdapat pada para pekerja sosial (Peabody, 1962). Karena itu tidak mengejutkan bila penelitian itu secara konstan mendemonstrasikan bahwa supervisor yang otoriter tidak sukses dalam melahirkan loyalitas guru (Isaacon, 1983; Mullins, 1983). Akhirnya, kontrol seorang yang otoriter yang dilakukan pada para guru tidak dapat melahirkan otoritas informal.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Ketidak-berpihakan emosional dan kebebasan hirarkis adalah dua karakter penting lain yang harus ada dalam hubungan-hubungan utama guru. Ketidak-berpihakan emosional adalah kemampuan administrator mendemons trasikan otonominya sebagai atasan yang berinteraksi dengan para guru. Para kepala sekolah berdiri di tengah-tengah di satu sisi dengan administrator yang lebih tinggi dan di sisi lain dengan posisi pengajaran yang professional. Keefektifan mereka tergantung pada dukungan yang mereka terima dari keduanya, mereka seakan-akan menjadi obyek yang ditekan oleh konflik yang datang dari dua kelompok itu. Konsekwensinya, ketidak-berpihakan emosional dari bawahan dan kebebasan hirarkis dari atasan adalah penting dalam membangun dukungan sosial dari guru kepada kepala sekolah. Tentu saja, penelitian telah menampilkan tingkat keakuratan keduanya, terutama sekali ketidak-berpihakan emosioanal dalam mewujudkan loyalitas guru kepada kepala sekolah (Isaacon, 1983; Mullins, 1983).</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Nampaknya, pengaruh hirarkis adalah sifat lain dari administrator yang ingin menerima otoritas untuk memimpin kelompok-kelompok guru yang bersifat informal. Para administrator yang mampu dan ingin menekan pengaruh mereka kepada para pendukung mereka atas nama guru sangat dihormati dan dihargai oleh para guru, dan memperoleh banyak kepercayaan, dukungan dan loyalitas dari para guru mereka (Isaacon, 1983; Mullins, 1983).</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Akhirnya, keotentikan (baca: keikhlasan=ptj) kepala sekolah dalam berhubungan dengan para guru adalah factor gawat dalam proses administratif. Ia bisa memberdayakan para kepala sekolah dalam membangun loyalitas guru dan otoritas informal. Keotentikan pemimpin adalah sebuah konsep yang licin. Rakyat secara fasih bicara tentang kesejatian, kenyataan dan keaslian perilaku, padahal masih merupakan suatu hal lain yang perlu didefinisikan secara jernih untuk dapat mengukur keotentikan. Berdasarkan pada hasil kerja James Henderson dan Wayne Hoy (1983) dan Hoy dan Henderson (1983), bagaimanapun tiga aspek utama keotentikan pemimpin, yaitu:</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Akuntabilitas, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Manipulasi dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Penonjolan peran diri secara lebih utama </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">telah didefinisikan dan diukur. Jadi keotentikan kepala sekolah didefinisikan sebagai: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tingkatan dimana para guru menggambarkan para kepala sekolah sebagai orang yang menerima tanggungjawab (responsibilitas) atas pekerjaan-pekerjaan mereka; </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sebagai sesuatu yang tidak dimanipulasi, dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sebagai panampilan penonjolan peran diri secara lebih utama. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kebalikannya, para kepala sekolah yang tidak otentik dipandang: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sebagai orang-orang yang mengelak dari tanggungjawab, buta pada orang-orang lain dan dunia sekitarnya agar tidak meraih sukses, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Memanipulasi guru dan bersembunyi di belakang jabatan formal mereka. Seperti yang diharapkan, penelitian pendahuluan telah mendukung hipotesis bahwa keotentikan pemimpin yang dikenal banyak orang berhubungan kuat dengan kepercayaan pada perintah dan loyalitas guru.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Implikasi-implikasi dari penelitian-penelitian empirik nam pak jernih. Jika para administrator ingin berhasil dalam membangun loyalitas informal, maka mereka perlu berada di jalan dimana loyalitas guru terpelihara. Dalam anggapan yang demikian, perilaku seseorang yang otoriter ditaqdirkan untuk gagal. Sebagai gantinya, para administrator perlu menampilkan sifat independen mereka dari atasan dan menampilkan pengaruh mereka pada atasan. Lebih dari itu, walaupun berada dalam situasi sulit, perilaku mereka perlu tenang, kalem dan berpertimbangan. Barangkali yang terpenting, perilaku mereka harus menjadi otentik; mereka perlu menampilkan sebuah kemauan untuk <i>sharing</i> dalam ketidaktahuan, tidak memanipulasi guru, dan tidak terkekang oleh tuntutan-tuntutan peran birokratik (Blau dan Scott, 1962, 143).</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span style="font-size: 14pt;">SUMBER KEKUASAAN</span></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Walaupun otoritas mengimplikasikan kesahan, tetapi tidak semua kekuasaan adalah sah. Kekusaan bisa dipakai oleh individu, kelompok, atau organisasi. Misalnya, sebuah departemen atau kelompok punya kekuasaan yang mengesankan, punya kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, mungkin dalam soal personalia atau penetapan anggaran belanja. Demikian juga, seorang individu bisa memiliki kekuasaan, dimana ia menunjukkan keberhasilan menjadikan orang lain melaksa nakan perintah-perintah atau anjuran-anjurannya. Para pemimpin memiliki kekuasaan; mereka menjadikan orang lain melaksanakan petunjuk-petunjuk mereka. Sebagaimana yang kita lihat, apakah seorang pemimpin atau bukan, sebagian besar administrator memiliki kekuasaan sederhana karena –sebagai wakil dari organisasi- mereka memiliki kekuasaan organisasi. Tetapi administrator bisa memperoleh kekuasaan dari pribadinya sebagaimana ia bisa memperoleh nya dari sumber-sumber organisasi. Mereka itulah yang memiliki kekuasaan mempengaruhi perilaku orang lain.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Satu dari usaha-usaha pertama sekali untuk menganalisis kekuasaan adalah berasal dari hasil kerja rintisan John R.P. French dan Bertram H. Raven (1968, 259-270). Fokus perhatian mereka pada dasar-dasar kekuasaan interpersonal. Hal ini membuat mereka berhasil mengidentifikasi lima jenis kekuasaan: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pemberian penghargaan, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Paksaan, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Legitimasi, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Referensi, dan </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Keahlian. </span></div><div class="MsoBodyText">Tipologi kekuasaan interpersonal itu telah diperluas ke tingkat organisasi.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Kekuasaan Lewat Penghargaan (Reward Power)</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kekuasaan lewat penghargaan (<i>reward power</i>) adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi bawahan dengan cara menghargai perilaku mereka yang menyenang kan. Kekuatan kekuasaan jenis ini tergantung pada keatrak tifan pemberian penghargaan dan luas kepastian di mana seseorang dapat mengontrol penghargaan tersebut. Misalnya, kepala sekolah yang mengontrol alokasi kenaikan gaji atau orang yang bisa membebaskan guru dari kerja-kerja rutin pekerjaan rumah, memiliki <i>reward power</i> yang memiliki kekuasaan atas nama semua guru di sekolah itu. Para guru mungkin melaksanakan permintaan-permintaan kepala sekolah karena mereka berharap diberi penghargaan atas kesetiaannya. Ini penting, bagaimanapun, penghargaan-penghargaan itu berkaitan dengan kesetiaan, dan usaha-usaha berpengaruh semacam itu penting dan etis. Philip Cusikck (1981, 132-133) menggambarkan salah satu usaha kepala sekolah untuk menggunakan <i>reward power</i> dengan cara mengatur jadwal, tugas-tugas tambahan dan sumber-sumber yang tak terbagi. Kepala sekolah hanya mengontrol hal-hal di mana guru ingin agar tugas-tugas mereka bisa ditambah. Kepala sekolah itu bisa memberi hadiah pada salah seorang ketua bagian berupa masa bebas, kelas favorit, dua kali masa makan siang, sebuah pembagian honor, atau dukungan pada aktivitas barunya.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Kekuasaan Lewat Pemaksaan (Coercive Power)</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kekuasaan lewat pemaksaan (coercive power) adalah sebuah kemampuan administrator mempengaruhi bawahan dengan cara menghukum mereka karena tindakan-tindakan mereka yang tak menyenangkan. Kekuatan <i>coercive power</i> tergantung pada kerasnya hukuman dan tergantung pada kemungkinan hukuman tidak dapat dihindari. Hukuman bisa bermacam-macam bentuknya, seperti: </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Teguran resmi, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tugas kerja yang tak menyenangkan, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Supervisi tertutup, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pemaksaan secara keras dalam pelaksanaan peraturan dan tata tertib, </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Penolakan tambahan-tambahan gaji, atau </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pemberhentian. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Pemberian hukuman bukan tanpa pengaruh negatif. Cercaan resmi pada guru secara berulang-ulang dapat menjadikan guru itu meninggalkan sekolah pagi-pagi. Hasilnya boleh jadi banyaknya absen, membingungkan dalam pemberian bantuan tambahan kepada murid, kecuali melalui kontak khusus, dan ada kecendrungan guru pada umumnya untuk menghindari semua hal termasuk aspek-aspek penting yang ada dalam pekerjaan mereka. Menariknya, hubungan yang sama itu bisa dipandang sebagai sebuah <i>reward power </i>dalam situasi tertentu, tetapi <i>coersive power</i> dalam situasi yang lain. Misalnya, jika seorang guru menaati seorang kepala sekolah karena takut pada hukuman, ini disebut <i>coersive power</i>; tetapi jika guru lain menaati untuk mengantisipasi adanya sebuah penghargaan di masa akan datang, maka yang demikian disebut <i>reward power</i>.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Kekuasaan Lewat Legitimasi (Legitimate Power)</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kekuasaan lewat legitimasi (<i>legitimate power</i>) adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang secara sederhana disebabkan oleh adanya jabatan formal. Bawahan mengetahui bahwa administrator memiliki hak untuk menyebarkan petunjuk-petunjuk dan mereka punya sebuah kewajiban untuk melaksanakan. Setiap administrator diberdayakan oleh organisasi untuk membuat keputusan-keputusan dalam sebuah area khusus yang berada di bawah tanggung jawabnya. Area tanggung jawab itu membatasi aktivitas di seluruh wilayah dimana administrator memiliki <i>legitimate power.</i> Kemudian sebuah perintah digerakkan dari area tanggung jawab administrator ke orang yang lemah <i>legitimate power</i>nya. Jika perintah dari seorang administrator telah diterima tanpa masalah, mereka akan menurunkannya ke dalam wilayah bawahan yang tak berbeda. Demikianlah sebuah perintah di dalam sebuah area. Pada saat itu juga perintah telah mengantisipasi pekerja yang telah mengadakan kontrak dengan organisasi dan perintah itu dilihat oleh pekerja sebagai sebuah kewajiban yang sah (<i>a legitimate obligation</i>). Misalnya, para guru berharap untuk menghitung dan memasukkan dalam angka tepat waktu untuk setiap masa penilaian. Di luar wilayah itu, bagaimanapun <i>legitimate power</i> memudar. Satu hal perlu diketahui oleh kepala sekolah, untuk memasukkan angka-angka yang telah di hitung dengan tepat dan memasukkan ke kantor merupakan suatu hal yang sedikit berbeda dengan hal menyuruh guru untuk merubah suatu angka. Legitimasi untuk permintaan pertama adalah jelas tak ada masalah. Tetapi tidak dengan perintah kedua, walaupun mungkin ada kesetiaan untuk melakukan perintah kedua, tapi itu tetap masalah.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Kekuasaan Lewat Referensi (Referent Power)</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kekuasaan lewat referensi (<i>referent power</i>) adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku yang didasarkan pada kesukaan dan perkenalan bawahan dengan atasan. Seorang individu yang memiliki <i>referent power</i> dikagumi, dihormati dan menjalankan sebagai sebuah model yang tak tertandingi. Sumber dari <i>referent power </i>berkaitan dengan kepribadian luar biasa dan ketrampilan-ketrampilan interpersonal individu itu. Misalnya, guru-guru muda mungkin kenal intim dengan kepala sekolah dan berusaha meniru sikap pribadi kepala sekolah itu bahkan boleh jadi meniru model kepemimpinan orang yang lebih berpengalaman dan disukai benar oleh kepala sekolah. Tidak hanya individu-individu bahkan kelompok pun bisa memiliki <i>referent power. </i>Anggota resmi dari sebuah kelompok <i>referent power </i>bisa juga memperoleh sebuah sumber <i>referent power</i>. <i>Referent power, </i>secara sederhana<i> </i>tidak berkaitan dengan pemegang-pemegang kekuasaan resmi sebuah organisasi. Para guru seperti halnya para kepala sekolah bisa juga memiliki <i>referent power</i>, dalam kenyataan banyak individu yang sangat mengagumkan mengembangkan kehormatan, kepercayaan, keyakinan dan loyalitas di tengah-tengah koleganya, usaha pengembangan yang demikian itu mirip sekali dengan usaha mengembangkan <i>referent power</i>.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b>Kekuasaan Lewat Keahlian (Expert Power)</b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Kekuasaan lewat keahlian (<i>expert power</i>)<b> </b>adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang didasarkan pada ketrampilan dan keahlian khusus. Bawahan dipengaruhi karena mereka percaya bahwa informasi dan keahlian yang dimiliki oleh administrator sangat relevan, dapat membantu dan mereka sendiri sadar bahwa tak memiliki informasi itu. Seperti halnya <i>referent power, expert power</i> adalah sebuah karakteristik pribadi dan tidak tergantung pada wewenang dalam sebuah jabatan formal kekuasaan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Expert power, </i>bagaimanapun, lebih sempit skopnya dibanding <i>referent power. </i>Kegunaan pengetahuan itu membatasi batas-batas<i> expert power. </i>Para administrator baru nampaknya memiliki ketertinggalan waktu dalam kemahiran <i>expert</i> <i>power, </i>karena untuk bisa menjadi ahli yang berpengetahuan dan diterima oleh para bawahan membutuhkan waktu yang panjang. Para kepala sekolah yang baru wajib tampil dengan cara bahwa mereka tahu bagaimana menampilkan fungsi-fungsi administratif dengan terampil sebelum para guru menerima usaha-usaha untuk mengimplementasikan praktek-praktek dan prosedur-prosedur baru.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lima tipe kekuasaan ini bisa dikelompokkan secara kasar ke dalam dua kategori: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kategori organisasional dan </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><i>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></i><span dir="LTR">Kategori personal. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Reward power, coerceive power </i>dan <i>legitimate power</i> termasuk dalam ke;omok jabatan organisasi (kategori organisasional) Jabatan yang lebih tinggi, lebih potensial pula untuk bisa memberikan legitimasi, penghargaan dan pemaksaan. Berbeda sekali dengan<i> referent power</i> <i>dan expert power</i>, keduanya banyak tergantung pada pribadi yang terdapat pada sifat-sifat administrator, seperti kepribadian, kepemimpinan, gaya, pengetahuan dan keterampilan interpersonal. Secara singkat, beberapa sumber kekuasaan yang diperuntukkan mempengaruhi bawahan untuk lebih bisa menerima pengawasan organisasi, sementara lainnya lebih banyak tergantung pada karakteristik pribadi administratornya.</div><h2><b><span style="font-size: 14pt; font-style: normal;"> </span></b></h2><h2><b><span style="font-size: 14pt; font-style: normal;">KEGUNAAN KEKUASAAN SECARA ADMINISTRATIF </span></b><b><span style="font-style: normal;"></span></b></h2><h2 style="text-align: justify;"><b><span style="font-style: normal;"> </span></b></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Porsi waktu administrtor yang besar lebih banyak ddiarahkan pada </span>power-oriented behavioral, <span style="font-style: normal;">yaitu, “perilaku yang secara pokok diarahkan pada pengembangan atau penggunaan hubungan-hubungan dimana orang lain dalam banyak tingkatan menghendaki kemauannya dibedakan antara kemauan yang satu dengan kemauan yang lainnya.” (Kotter,1978, 27) Para administrator memiliki tingkatan yang berbeda-beda dan mamiliki kombinasi tipe kekuasaan yang masih tetap diperdebatkan. Lebih-lebih, jalan yang ditempuh administrator dengan menggunakan satu tipe kekuasaaan dapat menghalangai atau memfasilitasi keefektifan jenis-jenis kekuasaan lainnya.</span></h2><h2 style="text-align: justify;"> </h2><h2 style="text-align: justify;">Reward power <span style="font-style: normal;">nampaknya dapat memproduk perasaan positif dan memfasilitasi pengembangan </span>referent power, <span style="font-style: normal;">tetapi </span>coerceive power <span style="font-style: normal;">memiliki pengaruh yang bertentangan (Huber, 1981, 66-67). Lebih dari itu, bawahan bisa melihat kenyataan</span> <span style="font-style: normal;">administrator yang menampilkan keahlian seperti yang banyak dimiliki </span>legitimate power. <span style="font-style: normal;">Dalam</span> <span style="font-style: normal;">kenyataan </span>, expert power <span style="font-style: normal;">dapat menjadi bentuk kekuasaan yang paling stabil. Dalam sebuah penelitian , perubahan-perubahan struktur organisasi dalam </span>reward power <span style="font-style: normal;">menambah penggunaan </span>coercieve power <span style="font-style: normal;">lebih bisa</span> <span style="font-style: normal;">diterima dan mengurangi penerimaan penggunaan </span>reward, legitimate<span style="font-style: normal;"> dan </span>referent power <span style="font-style: normal;">oleh administrator itu, tetapi </span>expert power<span style="font-style: normal;"> tetap stabil (Green dan Podsakoff, 1981).</span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Gary Yukl (1981, 44-59) menawarkan garis pedoman bagi administrator untuk membngun dan menggunakan lima jenis kekuasaan. Akibat yang muncul dari sebab penggunaan kekuasaan adalah pertimbangan-pertimbangan penting bagi para administrator. Tabel 4.1 meringkas kemungkinan hasil dari masing-masing bentuk kekuasaan bila ada syarat-syarat:</span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Komitmen, </span></span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Kepatuhan bersahaja atau </span></span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Penolakan. </span></span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Misalnya penggunaan </span>referent power <span style="font-style: normal;"> paling besar kemungkinannya untuk menaikkan komitmen, dan lebih sedikit kemungkinan untuk mengakibatkan kepatuhan yang bersahaja; paling kecil kemungkinannya untuk menimbul kan perlawanan dan menciptakan pengasingan. Komitmen paling besar kemungkinan munculnya bila menggunakan </span>referent <span style="font-style: normal;">dan </span>expert power<span style="font-style: normal;">; dan </span>coerceive power <span style="font-style: normal;">mungkin akan memproduk perlawanan dan akhirnya pengasingan. Amitai Etzioni (1975) juga menawarkan analisis yang menyeluruh mengenai akibat-akibat penggunaan kekuasaan dalam orgamisasi.</span></h2><h2 style="text-align: justify;">Referent power <span style="font-style: normal;">tergantung pada loyalitas pribadi para administrator, dan loyalitas itu pun tumbuh relatif cukup lama.. Pengembngan loyalitas pada atasan adalah sebuah proses perubahan sosial yang dikembangkan pada saat administrator menampilkan perhatian, kepercayaan dan perasaan kepada para bawahannya. Penerimaan dan kepercayaan tertentu bisa meningkatkan kemauan baik dan pengenalan baik pada atasan, yang pada akhirnya menciptakan loyalitas dam komitmen yang kuat. </span>referent power <span style="font-style: normal;">paling bersifat perasaan, jika para administrator memilih bawahan yang paling mungkin dikenali oleh mereka, jika administrator sering menggunakn seruan pribadi, dan jika mengesampingkan contoh-contoh perilaku peran yang benar, ini hanya sekedar contoh.</span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Keahlian seringkali tidak cukup untuk bisa menjamin adanya komitmen dari para bawahan. Penggunaan </span>expert power<span style="font-style: normal;"> yang sukses menuntut syarat adanya: </span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Pengenalan para bawahan terhadap pengetahuan administrator dan </span></span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Para</span><span style="font-style: normal;"> bawahan merasakan kesuksesan pelaksanaan keahlian itu, </span></span></h2><h2 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Para</span><span style="font-style: normal;"> administrator harus menampilkan pengetahuan mereka secara meyakinkan dengan cara: </span></span></h2><div class="MsoNormal"><br />
</div><h2 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">One.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Menjaga kredibilitas, </span></span></h2><h2 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">Two.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Memelihara agar selalu tahu (</span></span>keeping informed<span style="font-style: normal;">),</span></h2><h2 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">Three.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Beraksi secara meyakinkan mengenali kepentingan-kepentingan bawahan, dan </span></span></h2><h2 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-style: normal;">Four.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-style: normal;">Menjaga ancaman terhadap harga para bawahan.</span></span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Pendek kata, para adminstrator harus meningkatkan image keahlian mereka dan kemudian menggunakan pengetahuan mereka untuk menampilkan kegunaan dari keahlian itu.</span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-style: normal;"> </span></h2><h2><b><span style="font-size: 10pt; font-style: normal;">TABEL 4.1 Kemungkinan Akibat Penggunaan Kekuasaan</span></b><b><span style="font-style: normal;"></span></b></h2><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr style="page-break-inside: avoid;"> <td rowspan="2" style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" width="91"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Tipe kekuasaan</span></div></td> <td colspan="3" style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kemungkinan respon bawahan terhadap kekuasaan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div></td> </tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Komitmen</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Kepatuhan bersahaja</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Penolakan/per lawanan</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 21.7pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 21.7pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" valign="top" width="91"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Referent</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.7pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XXX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.7pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.7pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">X</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" valign="top" width="91"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Expert power</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XXX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">X</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" valign="top" width="91"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Legitimate</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><h3><span style="font-size: 10pt;">XXX</span></h3></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">X</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" valign="top" width="91"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Reward</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XXX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">X</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 2.8pt; width: 68.3pt;" valign="top" width="91"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Coerceive</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">X</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XX</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 2.8pt; width: 70.85pt;" valign="top" width="94"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">XXX</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"> Catatan: XXX = Kemungkinan terbesar</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"> XX = Kemungkinan kecil</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"> X = Kemungkinan terkecil</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Otoritas dilaksanakan lewat <i>legitimate power</i>. Tuntutan <i>legitimate power</i> kemungkinan bisa diekspresikan dalam bentuk perintah, petunjuk atau instruksi. Hasil dari tuntutan administrator mungkin berupa kepatuhan yang bertanggung jawab, kepatuhan yang bersahaja, penolakan, atau pengasingan, tergantung pada watak dan cara dari tuntutan itu. Ada kemungkinan kecil penolakan dan pengasingan terjadi jika administrator membuat tuntutan secara bijak dan bersih, menjelaskan alasan-alasan tuntutan, peka terhadap kepentingan-kepentingan bawahan.dan secara rutin menggu nakan otoritas yang sah. (Yukl, 1981, 49-53).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penggunaan <i>Reward power </i>adalah taktik administratif yang umum untuk memperoleh kepatuhan terhadap aturan organisasi atau terhadap tuntutan pemimpin khususnya. Penghargaan bisa jadi dalam bentuk eksplisi atau implisit, tetapi bahwa penghargaan-penghargaan itu tergantung pada kepatuhan terhadap perintah-perintah admnistratif adalah penting. Kepatuhan adalah kemungkinan sumber yang terpercaya yang paling besar dari <i>reward power.</i> Tuntutan itu adalah wajar dan etis, dan kepatuhan pada tuntutan bisa bervariasi. Ada beberapa bahaya dalam penggunaan <i>reward</i> (penghargaan). <i>Reward power</i> bisa diterima oleh bawahan sebagai tipuan (manipulasi), suatu hal yang umum menjadi alasan para bawahan untuk menolak dan bermusuhan. Lebih dari itu, penggunaan <i>reward power </i>yang berulang-ulang kali dapat membatasi hubungan administratif terutama dalam masalah ekonomi; jadi, respon bawahan dikalkulasi atas dasar keuntungan-keuntungan yang jelas. Jika penghargaan yang diberikan untuk menampilkan penghargaan pribadi admnistrator agar pekerjaan bisa dikerjakan dengan baik , bagaimana pun hal itu dapat menjadi sebuah sumber peningkatan <i>referennt power.</i> Orang yang sering menerima insentif dengan cara yang bisa diterima secara bertahap akan menjadi lebih disukai oleh penerima penghargaan (French dan Raven,1968).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kebanyakan administrator yang efektif mencoba untuk menghindari penggunaan <i>coerceive power</i> khususnya karena mengikis kegunaan-kegunaan <i>referent power </i>dan menciptakan permusuhan, pengasingan dan agresi di tengah-tengah bawahan. Ketidak-hadiran, sabotase, pencurian, aksi-aksi kerja dan serangan-serangan adalah respon-respon yang umum terhadap pemaksaan yang berlebihan. Penggunaan pemaksaan kadangkala bisa dipertimbagkanuntuk dipakai bila problemnya menyangkut salah satu disiplin dan ia menjadi paling tepat bila digunakan untuk perilaku merusak yang suka menghalang-halangi organisasi, misalnya, pencurian, sabotase, tindakan kasar terhadap peraturan, penyerangan dan ketidak-patuhan secara langsung pada petunjuk-petunjuk yang sah (Yukl, 1981, 56) Agar sangat efektif, bawahan perlu tahu benar tentang aturan-aturan dan penjatuhan sanksi kekerasan. Pemaksaan memang potensial untuk menyingkirkan , karena itu disiplin harus diatur secara tepat, konsisten dan jujur. Administrator harus memelihara kredibilitas, tetap tenang, menjaga agar tidak tampil bermusuhan, dan menggunakan hukuman yang jelas dan terukur. Pengelimineran pengaruh-pengaruh <i>coerceive power</i> menjadikanya sebagai sebuah ukuran usaha akhir bagi kebanyakan administrator yang efektif.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">TIPOLOGI KEKUASAAN MINTZBERG</span></b><span style="font-size: 14pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Henry Mentzberg (1983) mengusulkan cara analisis lain mengenai kekuasan di dalam dan di sekitar organisasi. Dalam pandangannya, kekuasaan dalam organisasi berasal dari kontrol terhadap sebuah <b>sumber , keterampilan teknik, </b>atau<b> kumpulan pengetahuan. </b>Dalam banyak hal, bagaimanapaun menyajikan kekuasaan sumber keterampilan dan pengetahuan sebagai basis sangatlah tak berdaya dalam memfungsikan organisasi. Ia harus ada dalam persediaan pendek; dan harus tidak siap dipindahkan. Dengan kata lain, organisasi itu wajib memerlukan sesuatu yang hanya sedikit orang yang bisa menyediakannya. Misalnya, kepala sekolah itu menentukan jasa kenaikan gaji bagi para guru yang memiliki kekuasaan sumber. Wakil kepala sekolah yang memiliki keterampilan interpersonal untuk berhubungan secara efektif dengan orang tua, siswa dan guru yang marah pun memiliki kekuasaan, sebagaimana guru yang sendirian di sekolah memahami elemen-elemen baru yang dimasukkan dalam kurikulum.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dasar umum keempat dari kekuasaan berasal dari hak-hak <i>istimewa yang resmi (legal prerogatives). </i>Yang memberi kan kepada beberapa orang hak eksklusif untuk mencipta kan pilihan-pilihan. Dewan pengurus sekolah memiliki hak resmi untuk mengangkat dan memecat para administrator dan guru; mereka diwarisi kekuasaan tertentu lewat undang-undang negara. Administrator sekolah pada akhirnya selalu dituntut oleh undang-undang negara untuk mengevaluasi kompetensi guru yang habis masa jabatannya. Lebih lanjut, mereka diberi hak untuk menyebarkan perintah kepada para pekerja, sebuah hak yang diatur oleh hak-hak istimewa resmi lain yang menjamin kekuasaan guru dan asosiasinya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Akhirnya, kekuasaan datang kepada mereka yang memiliki akses masuk pada para pemegang kekuasaan. Ada sekretaris kepala sekolah yang memiliki sejumlah kekuasaan. Misalnya, teman-teman dari dewan kepresidenan atau pengawas atau kepala sekolah seringkali bisa merubah arah penyusunan keputusan organisasi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mintzberg juga mengusulkan satuan dari empat sistem kekuasaan internal yang merupakan sumber dasar bagi pengawasan kehidupan organisasi, yaitu<b>: </b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sistem otoritas, </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sistem ideologi, </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sistem keahlian dan </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sistem politik<i>. </i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem otoritas mendukung untuk pencapaian tujuan-tujuan formal yang ditetapkan oleh organisasi; sistem ideologi menyokong pencapaian sasaran-sasaran formal yang muncul dari organisasi yang mengembangkan identitas khasnya yang berbeda.; sistem keahlian mengawasi perilaku para profesional yang bertindak sebagai subjek sendiri dari standar pelatihan profesional mereka. Tiga sistem pengawasan secara khusus menyokong kebutuhan-kebutuhan organisasi. Itu semua adalah legitimasi. Tetapi itu semua harus mesti dengan kekuasaan yang juga memiliki kebutuhan-kebutuhan pribadi. Dalam proses usaha keras menyelesaikan kebutuhan-kebutuhan organisasi yang lebih luas, semua individu mendapatkan mereka memiliki kebijakan, dan kebijakan membuka jalan menuju kekuasaan politik. Jadi sebuah sistem kekuasaan politik muncul bukan diakibatkan oleh otoritas formal, ideologi atau keahlian yang terjamin; kenyataan menunjukkan, itu adalah kesemrawutan, kepicikan, dan ketidak-sahan yang dilakukan secara khas.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Sistem Otoritas</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem otoritas<b> </b>adalah arus formal kekuasaan melalui saluran legitimasi. Ada dua sub-sistem kontrol di sini: </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kontrol personal dan </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kontrol birokratis. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Kontrol personal</i> dijalankan dengan memberi perintah, mengatur dasar pemikiran keputusan, meninjau ulang keputusan dan mengalokasikan sumber-sumber. Secara bersama-sama empat alat kontrol personal itu memberikan kepada administrator kekuasaan yang dapat dipertimbang kan untuk mengarahkan birokratis. Di sisi lain berkaitan dengan pembenahan standar-standar impersonal yang dibuat untuk mengatur perilaku umum para guru di sepanjang area, seperti, waktu kapan mereka diharapkan telah ada di sekolah setiap hari, tugas-tugas kafetaria, sekolah dan keperluan-keperluan pekerjaan rumah (PR) </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;">Sistem Ideologi</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem ideologi<b> </b>adalah perjanjian informal antar guru mengenai sekolah dan hubungannya dengan kelompok-kelompok lain. Karakter kerja kelompok dan istilah-istilah organisasi informal, iklim dan kultur adalah istilah-istilah yang kami pakai dalam teks ini (lihat Seri 6) untuk menangkap esensi dari sistem ideologi. Norma-norma organisasi informal, jiwa kelompok dari iklim itu, nilai-nilai dasar kultur sekolah, semuanya memberikan sebuah sumber kekuasaan dan kontrol yang bertenaga.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;">Sistem Keahlian</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem keahlian adalah pengaruh-mempengaruhi antar ahli atau para profesional untuk memecahkan kemungkinan-kemungkinan genting yang dihadapi oleh organisasi itu. Dihadapkan dengan tugas yang kompleks tentang belajar dan mengajar, sekolah mengangkat para spesialis (seperti guru, konselor, ahli psikologi dan administrator) untuk mencapai tujuan-tujuan dasar mereka. Kebutuhan pada otonomi untuk menciptakan keputusan-keputusan profesio nal yang selalu konflik dengan sistem otoritas formal, barangkali sebuah konsekuensi yang tak dapat dielakkan. Tentang kerja para profesional di struktur birokratis (lihat Seri 6). Sebagai guru yang harus terus meningkatkan profesionalitasnya, maka tuntutan pada otonomi dan kekuasaan yang lebih besar nampaknya sangatlah mungkin, dan pendanaan kekuasaan semacam itu mungkn akan menjadi mahal bagi sistem otoritas formal.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;">Sistem Politik</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem politik<b> </b>adalah jaringan kerja politik organisasi, yang merupakan kekurangan legitimasi dari tiga sistem kekuasaan lainnya. Ini adalah sebuah sistem yang juga kekurangan konsensus dan dana kepengurusan dalam sistem-sistem yang lain itu. Tak ada rasa kesatuan atau dukungan bersama untuk sebuah kebaikan umum. Sistem ini bisa digambarkan sebagai satuan permainan-permainan politik dimana para pemegang kekuasan bermain. Permainan yang bisa hidup bersama-sama dengan sistem-sistem yang <i>legitimate </i>itu menjadi lawan bagi sistem-sistem itu, atau menjadi pengganti bagi sistem kontrol yang <i>legitimate</i>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Administrator sekolah tidak hanya harus mengenali sistem-sistem yang mempengaruhi itu, tetapi juga harus tahu bagaimana membuka sumbat dan menggunakan masing-masing sistem. Secara jujur sistem otoritas adalah titik awal bagi para administrator sekolah. Posisi mereka tetap berkait dengan kekuasaan, tetapi kontrol posisi yang personal dan birokratis seringkali tidak cukup untuk memotivasi para guru agar menggunakan usaha-usaha ekstra atau agar kreatif dalam pelayanan kepada sekolah dan siswa. Bahaya itu bagi administrator sekolah adalah kepercayaan esklusif terhadap sistem otoritas. Berkepercayaan semacam itu sama artinya dengan membatasi komitmen pada sekolah dan beresiko memproduksi perlawanan dan pengasingan oleh para guru.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;">Sistem Ideologi</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apa yang Mintzberg sebut dengan sistem ideologi adalah sama dengan apa yang orang-orang lain tunjuk sebagai budaya, iklim, atau organisasi informal sekolah (lihat Seri 6). Ideologi organisasional dapat memproduk rasa taggung pada missi di kalangan para anggota. Para administrator level pertama, seperti kepala sekolah, adalah aktor kunci dalam pengembangan ideologi. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah kepercayaan di kalangan guru dan siswa, bahwa ada sesuatu yang spesial mengenai sekolah mereka, dan bahwa sekolah mereka memiliki identitas yang berbeda atau budaya unik. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kita telah selesai membicarakan beberapa jalan bahwa para kepala sekolah bisa membuka sumbat yang terdapat di organisasi formal, bisa mengembangkan loyalitas dan kepercayaan dan bisa memperluas skop otoritas mereka. Otoritas informal, bagaimanapun adalah sebuah permulaan yang lain bukan sebuah akhir. Puncaknya, kepala sekolah itu harus pergi ke alam baka, ia memerintah dan membangkitkan sebuah tanggung jawab organisasi berdasarkan loyalitas pribadi, sementara para guru meberikan loyalitasnya pada sekolah. Tentu konsekwensi dari sebuah ideologi yang kuat adalah mendistribusikan kekuasaan, dan karena itu kekuasaan menjadi lebih terdistribusikan di kalangan pendidik.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Walaupun sistem-sistem otoritas dan ideologi meningkatkan koordinasi dan kepatuhan, tetapi seringkali keduanya saja tidaklah cukup. Jika pekerjaan itu sulit, para ahli atau profesional diperlukan, dan bersama mereka datang tuntutan pada otonom untuk menciptakan keputusan-keputusan berdasarkan pertimbangan profesional, bukan berdasarkan otoritas atau ideologi. Kekuasaan para administrator perlu dibagi-bagi dengan para profesional. Mengajar akan menjadi lebih profesional seperti halnya juga pekerjaan, pemberdayaan guru akan lebih mungkin menjadi realitas dari ekedar sebuah slogan, dan banyak sekolah mau merubah struktur-struktur organisasinya agar menjadi birokrasi yang profesional (lihat Bab 5)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pembicaraan kita tentang sistem kekuasaan Mintzberg membuat satu hal menjadi jernih bagi para administrator sekolah . Mereka harus siap untuk mebagi-bagi kekuasaan, mereka yang mendengarnya mungkin akan menjadi korban-korban ketidak puasan guru dan siswa, pengasingan dan permusuhan. Lebih dari itu, ketidak akuratan sistem-sistem kontrol mereka akan membuka jalan di sekolah bagi masuknya permainan kekuasaan informal dari sebuah dunia yang lebih gemerlap, yaitu kekuasaan politik, sebuah topik yang akn kami bicarakan sebentar lagi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">TIPOL OGI KEKUASAAN DARI ETZIONI </span></h4><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Amitai Etzioni (1975) telah menggunakan konsep kekuasaan dan tanggung jawab bawahan terhadap kekuasaan, yang dia sebut dengan “<i>complience”</i>(kesetiaan), sebagai dasar sebuah teori tentang organisasi. Di sini fokusnya adalah tentang kekuasaan organisasi memerintah perilaku para anggotanya. Tipologi kekuasaan Etzioni didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk menjadikan individu-individu bisa melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dia mengidentifikasi tiga-tipe kekuasaan: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Coerceive</i> (pemaksaan), </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Remunerate <b>(</b></i>pemberian upah) dan </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Normative </i>(normatif)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Coerceive power </b>(kekuasaan paksaan) tergantung pada aplikasi aktual atau pada aplikasi ancaman dengan menggunakan hukuman-hukuman fisik., penahanan, skorsi, pengusiran. Dan perlu diketahui hukuman badaniyah di sekolah merepresentasikan metode-metode paksaan yang khas. Metode ini bisa dipakai untuk memperoleh kepatuhan para siswa.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Remunerative power </b>(kekuasaan pemberiaan upah) tergantung pada menajemen sunber-sumber material dan penghargaan. Gaji, upah, bonus dan keuntungan-keuntungan sampingan adalah bentuk aplikasi <i>remunerative power</i> yang umum digunakan untuk mengontrol perilaku para buruh.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Normative power </b>(kekuasaan normatif) berasal dari alokasi dan manipulasi sanksi dan penghargaan yang simbolik. Kekuasaan ini bisa dilaksanakan dengan cara menyebarkan pengaruh penghargaan, status, atau prestise, lewat manipulasi simbol-simbol yang positif seperti honor, kenaikan jabatan dan rekomendasi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penyesuaian masing-masing tipe kekuasaan adalah tiga reaksi terhadap kekuasaan. Yang merupakan ciri khas Etzioni adalah kaitannya dengan istilah peningkatan dan petunjuk-petunjuk keterlibatan bawahan. Keterlibatan bergerak panjang berupa rangkaian kesatuan dari positif melewati netral hingga ke negatif. “Peningkatan Keterlibatan Positif” disebut “<b>komitmen”</b>. Peningkatan keterlibatan negatif” diistlahkan dengan <b>“alienasi” </b> dan “keterlibatan sedikit positif dan sedikit negatif” digunakan istilah “<b>kalkulasi ”. </b>Rangkaian kesatuan itu digambarkan dalam Gambar 4.2.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h3 align="left" style="text-align: left;"><b><span style="font-size: 10pt;">Gambar 4.2 Zona-zona keterlibatan</span></b></h3><div class="MsoNormal"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="6" width="125"><br />
</td> <td width="2"><br />
</td> <td width="113"><br />
</td> <td width="2"><br />
</td> <td width="107"><br />
</td> <td width="2"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="26"><br />
</td> <td align="left" valign="top"><img height="26" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="2" /></td> <td><br />
</td> <td align="left" valign="top"><img height="26" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="2" /></td> <td><br />
</td> <td align="left" valign="top"><img height="26" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="2" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal"><span style="height: 21px; margin-left: 128px; margin-top: 0px; position: absolute; width: 2px; z-index: 7;"><img height="21" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="2" /></span><span style="height: 26px; margin-left: 467px; margin-top: 11px; position: absolute; width: 2px; z-index: 4;"><img height="26" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="2" /></span><span style="font-size: 8pt;"> - </span><span style="font-size: 10pt;">Alinasi kalkulasi Komitmen +</span></div><div class="MsoNormal"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="3" width="34"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="318" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;"> Peningkatan Sedikit peningkatan</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Etzioni menunjukkan kepatuhan sebagai hubungan antara jenis-jenis kekuasaan yang diaplikasikan pada bawahan dan hasil keterlibatan mereka dalam organisasi. Klasifikasi kekuasaan dan keterlibatan diberlakukan pada semua individu dalam sebuah sistem sosial. Bagaimanapun, fokusnya pada partisipan level rendah, bawahan terdapat di level terendah dari hirarki organisasi. Sedangkan murid di sekolah ada di dasar struktur dan mereka termasuk partisipan level rendah.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Tipe kekuasaan diaplikasikan oleh organisasi selain pada partisipan rendah juga pada jenis keterlibatan atau respon. Mereka mengembangkan bentuk dasar tipologi kepatuhan ala Etzioni. Walaupun tiga jenis kekuasaan dan tiga jenis keterlibatan menghasilkan tipologi kesetiaan dengan sembilan kategori, tetapi hanya tiga tipe organisasi yang utama yang digambarkan (Lihat Gambar 4.3). Tiga kotak diagonal yang ditunjukkan dalam gambar, yang Etzioni sebut dengan <b>“conngruent types”</b> (tipe-tipe sama dan sebangun) didapat berulang kali (Hall, Hass, dan Johnson, 1967, Etzioni, 1975). Hubungan kesetiaan bisa disebut dengan <b>“congruent”</b> kalau watak keterlibatan partisipan dalam sebuah organisasi konsisten dengan jenis kekuasaan yang diberlakukan pada mereka. Agar lebih jelas, kekuasaan pemaksaan <i>(coercive power )</i> cenderung untuk memba ngun alienasi; karena itu bila “sesuai” berarti didapat, dan hubungan itu dianggap kongruent.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Setiap level organisasi memiliki hubungan-hubungan kesetiaan sendiri-sendiri. Bagaimanapun, bentuk kesetiaan utama dari bawahan level rendah digunakan untuk mengklasifikasikan organisasi-organisasi karena dua alasan. Kesetiaan pada level itu lebih bermasalah dibanding pada level-level lain, dan organisasi-organisasi menjadi lebih mudah dibedakan dari masing-masing yang lain pada level rendah. Walaupun tiga bentuk kesetiaan benar-benar ada dalam semua organisasi, kebanyakan organisasi lebih banyak menyndarkan pada satu bentuk dari pada bentuk-bentuk yang lain; karena itu organisasi diklasifikasikan sesuai menurut bentuk-bentuk kesetiaan utama yang mereka miliki, seperti <i>coercive, utilarian </i>atau<i> normative</i>. Kemudian pada setiap tipe, organisasi bisa diatur menurut keterkaitan nya dengan penekanan pada bentuk-bentuk yang utama (Etzioni, 1975, 23-67). </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Coercive Organizations </b>( organisasi-organisasi paksaan ) menggunakan pemaksaan atau ancaman pemaksaan sebagai alat utama untuk mengontrol aktivitas bawahan level rendah. Dan respon-respon kolektif terhadap kekuasaan adalah sebuah tingkatan tinggi dari alienasi. Dua jenis tipe <i>coercive organizations</i> yang paling menonjol di masyarakat Amerika dewasa ini adalah penjara dan rumah mental. Paksaan adalah alat-alat utama kontrol dan alienasi adalah tipe khas para penghuni rumah sakit dan para tawanan penjara.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Utilitarian Organizations</b> (organissi-organisasi utilitarian) kebanyakan menyandarkan pada pemberian upah (<i>remuneration</i>) untuk memperoleh kekuasaan dari bawahan level rendah, dan responnya adalah keterlibatan kalkulatif. “Industri-industri kerah biru” adalah tipe khas dari organisasi-organisasi utilitarian. Ada banyak organisasi yang termasuk kategori tipe ini, yang dapat diatur sesuai dengan tingkatan ke-utilitarian- yang mereka sukai. Selanjutnya, industri-industri kerah biru yang paling kuat ke-utilitarianan-nya adalah industri kerah putih, kesatuan-kesatuan bisnis, organisasi-organisasi petani, organisasi-organisasi militer masa damai, masing-masing secara berurutan lebih sedikit ke-utilitarianan-nya.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">GAMBAR 4.3 Tipe-tipe kesetiaan Ala Etzioni</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt;"> Alienasi Kalkulasi Komitmen</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 97.55pt;"><thead>
<tr style="height: 44.9pt; page-break-inside: avoid;"> <td style="border: 1pt solid windowtext; height: 44.9pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 70.9pt;" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><span style="height: 35px; left: 0px; margin-left: 95px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 112px; z-index: 8;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="35" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="112"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 8;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 11pt;">Coecive</span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="height: 44px; left: 0px; margin-left: 95px; margin-top: 56px; position: absolute; width: 112px; z-index: 9;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="44" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="112"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 9;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Remunerativ</span><span style="font-size: 11pt;">e</span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="height: 162px; left: 0px; margin-left: -224px; margin-top: 66px; position: absolute; width: 42px; z-index: 1;"><img alt="Text Box: KEKUASAAN" class="shape" height="162" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="42" /></span>Coersive</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 44.9pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.75pt;" valign="top" width="85"><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt;"><br />
</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 44.9pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.8pt;" valign="top" width="85"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><br />
</div></td> </tr>
<tr style="height: 35.6pt; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 35.6pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><br />
</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 35.6pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.75pt;" width="85"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;">Utilatarian</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 35.6pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.8pt;" valign="top" width="85"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><br />
</div></td> </tr>
<tr style="height: 34.7pt; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 34.7pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 70.9pt;" valign="top" width="95"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><span style="height: 44px; left: 0px; margin-left: 95px; margin-top: 5px; position: absolute; width: 112px; z-index: 10;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="44" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="112"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 10;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">Normative</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 34.7pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.75pt;" valign="top" width="85"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><br />
</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 34.7pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63.8pt;" width="85"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;">Normative</div></td> </tr>
</thead> </table><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Normative Organizations </b>(organisasi normatif) yang pokok menggunakan kekuasaan normatif sebagai alat kontrol terhadap para partisipan level bawah yang secara umum mereka adalah berkomitmen tinggi pada organisasi. Contoh organisasi yang bertipe ini adalah organisasi keagamaan termasuk gereja, pemerintahan, biara, rumah sakit umum, perguran tinggi dan universitas, dan kesatuan-kesatuan sosial. Organisasi keagamaan kebanyakan sangat normatif karena menggunaan kekuasaan normatif secara lebih eksklusif dan menerima ,komitmen lebih besar dari tingkatan dan deret para partisipan dibanding lainnya. Sekolah-sekolah negeri, rumah sakit jiwa dan organisasi profesional, kantor-kantor hukum dan surat kabar lebih sedikit murni normatif dibanding organisasi keagamaan. Walaupun ala-alat utama untuk membujuk kesetiaan adalah masih tetap bersifat normatif di organisasi itu, tetapi alat-alat kedua untuk memperoleh kesetiaan memainkan peran penting. Misalnya, di rumah sakir jiwa, pemaksaan adalah alat yang tepat untuk melaksanakan kontrol, dan dalam perusahaan-perusahaan profesional, pemberian upah adalah penting.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Sekolah-sekolah negeri berkarakter menggunakan kekua saan normatif dalam mengontrol para siswa. Teknik normatifnya yang khas untuk memperoleh kesetiaan para siswa meliputi: manipulasi tingkatan dan honor, sindiran tajam (sarkasme), teguran, angka buruk, nasehat guru untuk berperilaku baik, mengirim siswa ke kantor, dan modifikasi dengan menggunakan tekanan teman. Paksaan tetap menjadi kontrol dalam sekolah. Di sekolah penahanan, skorsing, dan pengusiran terus dipakai penyelesaian akhir. Lebih dari itu, watak pengskorsingan sekolah-sekolah negeri benar-benar merupakan penjaminan mengapa banyak murid tidak senang pada orang yang menentang sekolah. Inilah pokok yang mendasari pemaksaan masih dipakai di sekolah. Meskipun demikian sekolah-sekolah negeri mengutamakan pengguna an ukuran-ukuran normatif untuk memperoleh kesetiaan siswa.</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Sekolah masih dikelompokkan secara relatif menurut hubungannya dengan penekanan pada cara kontrol siswa yang normatif dan kursif. Di sekolah-sekolah di mana kursif memainkan peran lebih signifikan, para siswa kebanyakan teralienasi (Hay, 1972).</div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal;">SEBUAH PERBANDINGAN </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Analisis kita tentang wewenang (otoritas) dan kekuasaan (power) telah mencakup sejumlah pandangan konseptual (lihat Tabel 4.2). Perspektif-perspektif itu bisa membedakan pada tingkat mana kekuasaan menjadi <i>legitimate</i> atau tidak <i>legitimate</i>, dan menjadi formal atau informal. Menurut definisi, hanya tiga formulasi otoritas itulah yang mempertimbangkan kekuasaan yang <i>legitimate</i>. Kebalikannya, tiga perspektif tentang kekusaan seluruhnya berhubungan dengan dua hal secara bersama-sama: kontrol yang <i>legitimate</i> dan kontrol yang tidak <i>legitimate</i>, dan kekuasaan yang formal dan yang tidak formal, tetapi tidak ada bingkai kerja (<i>framework</i>) yang begitu menyeluruh mempertimbangkan empat kombinasi kekuasaan. Tipologi The Frence dan Raven menyajikan analisis klasik tentang <b>kekuasaan interpersonal </b>(kekuasaan antar pribadi), sementara itu Etzioni dan Mintzberg memfokuskan analisisnya pada <b>kekuasaan organisasi</b>. Etzioni menggunakan kekuasaan untuk mengembangkan sebuah teori komprehensif tentang <b>kesetiaan organisasional,</b> dan Mintzber mengembangkan empat sistem pengaruh untuk menggali konfigurasi kekuasaan di dalam dan di sekitar organisasi. Bagaimanapun, dengan demikian hanya formulasi Mintzberg yang mempertimbangkan kekuasaan yang tidak legitimate dan informal –sistem politik- dan yang merupakan permainan politik internal akan kembali dibahas berikut. </div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal;">PERMAINAN POLITIK KEORGANISASIAN</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Permainan politik adalah sebuah kenyataan dalam kehidupan keorganisasian. Walaupun semua telah berusaha untuk mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan individu ke dalam tujuan organisasi, tetapi para individu masih memiliki tujuan sendiri-sendiri untuk dipenuhi. Secara tak terelakkan mengungkapkan dalam bentuk usaha-usaha untuk memuaskan lebih banyak kebutuhan-kebutuhan sempit mereka, dan dalam bentuk proses membentuk koalisi dengan mereka yang memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama. Mintzberg (1983, 172) mengajukan alasan, bahwa permainan politik internal itu bersifat sembunyi-sembunyi dan illegal. Sebabnya adalah karena yang demikian itu didisain untuk menguntungkan individu atau kelompok yang seringkali atas biaya organisasi. Oleh karena itu maka akibat-akibat yang paling umum terjadi dari permainan politik semacam itu adalah konflik dan perpecahan. Permainan politik tidak diberi sanksi oleh otoritas formal, ideologi atau oleh keahlian resmi. Dalam kenyataan, permainan politik lahir karena kelalaian, lewat jalur kelemahan sistem-sistem penularan pengaruh yang lain, atau dengan cara membuat disain, untuk menolak atau mengeksploitasi orang-orang lain yang ada dalam pengawasan. Karenanya, dimana sistem formal itu selalu merupakan sebuah struktur yang diorganisir secara ketat, menurut pengamatan George Strauss (1964), sistem politik akan banyak melahirkan persaingan kelompok-kelompok berkuasa, masing-masing berusaha untuk mempengaruhi kebijakan organisasi demi kepentingannya sendiri, atau sekurang-kurangnya berkaitan dengan hal kepentingan sendiri dikacaubalaukan dengan kesan kepentingan organisasi. </div><div class="MsoBodyText" style="margin-top: 12pt;">Politik-politik keorganisasian selalu mengarah pada taktik-taktik politik, permainan dan konflik Aktivitas-aktivitas kekuasaan itu bisa muncul bersama-sama dengan banyak bentuk kekuasaan yang sah lainnya, menyusun diri mereka sendiri untuk beroposisi dengan kekuasaan yang sah, atau menjadi bagian-bagian tertentu untuk melemahkan sistem-sistem kontrol yang sah. Mengingat gambaran tentang aktivitas-aktivitas politik itu, maka kami kembali akan membahas tiga topik penting yang berkaitan dengan taktik-taktik politik, permainan-permainan politik dan manajemen konflik. </div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal;">Taktik-taktik Politik</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Semua anggota sebuah organisasi bisa masuk ke dalam permainan politik keorganisasian . Dalam kenyataan, nampaknya sama saja, tanpa melihat posisi maupun tingkatnya, setiap orang adalah seorang pemain dalam permainan politik. Karena itu kita kembali membahas seperangkat taktik-taktik politik yang umum dipakai oleh para pekerja di semua level (Verchio, 1988, 267-270)</div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Mengambil muka</b> adalah merupakan sebuah taktik yang digunakan untuk memperoleh kemauan baik orang lain, lewat kemurahan hati, penuh perhatian dan pemberian cindra mata. Yang demikian didasarkan pada apa yang oleh ahli sosiologi disebut “<i>norm of reciprocity</i>” (norma penghargaan timbal balik), sebuah norma yang meresap di masyarakat Amerika. Membantu seorang kolega atau atasan sehingga mereka merasa berkewajiban untuk membalas kebaikan itu atau membayar aksi-aksi positif tersebut. Para guru seringkali berusaha memperoleh kemauan dan budi baik dari para kolega dan kepala sekolah mereka dengan cara membantu tugas-tugas orang lain dengan melakukan tugas yang melampaui tugas mereka. Daniel Griffiths dan koleganya (1965) dalam penelitian tentang mobilitas guru di kota New York, menggambarkan bagaimana taktik-taktik itu telah dipakai oleh para guru untuk menjadi administrator. Sejumlah guru yang cukup besar telah berpetualang untuk mencari kerja. Mereka merasa diganggu oleh banyak guru: guru yang berkuasa di ruang makan siang, administrator kerja tahunan , koordinator sekolah khusus guru-murid, atau pelatih team gerak jalan sekolah. Tidak ada satu pun dari bagian-bagian kerja itu yang tidak meminta bayaran, tetapi para guru petualang itu menemukan, banyak guru yang mendapat simpati dan perhatian para atasannya dan seringkali memperoleh posisi-posisi sangat penting seperti wakil kepala sekolah atau posisi empuk lainnya. </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Jaringan Kerja</b> (<b><i>Networking</i></b>) adalah proses pembentukan hubungan-hubungan dengan orang-orang berpengaruh. Termasuk di antaranya orang-orang yang mungkin saja berposisi penting, atau tidak, tetapi mereka punya akses pada informasi penting. Guru yang telah membina hubungan akrab dengan penjaga atau seketaris kepala sekolah, seringkali punya akses untuk memperoleh informasi penting. Serupa dengan itu, para guru yang memiliki kontak dengan suami atau isteri dewan presiden atau orang yang memiliki hubungan tidak langsung dengan pengawas, atau orang yang mengenal kepala bagian, mereka semua juga dianggap sebagai orang-orang yang mempunyai informasi sampingan yang penting. </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Manajemen Informasi</b> adalah sebuah taktik yang digunakan oleh orang-orang yang ingin mengawasi orang lain atau oleh mereka yang ingin membangun status diri. Walaupun informasi itu merupakan informasi kritik mengenai dirinya sendiri, ia tetap diperlukan untuk digunakan sebagai teknik menyebarkan informasi yang bisa meningkatkan posisinya dalam organisasi, baik organisasi itu formal atau informal. Mengambil informasi yang memiliki pengaruh kuat dapat meningkatkan kepentingan dirinya dan dapat mematikan ambisi orang lain. Kunci menuju manajemen informasi itu, pertama adalah memperoleh informasi krusial (<i>networking</i>) dan kemudian digunakan secara sangat terampil, menciptakan semuanya diketahui oleh orang lain dengan berbagai cara yang dapat meningkatkan ketergantunngan orang lain itu dan membangun reputasi anda sebagai “orang yang benar-benar tahu” tentang apa yang terjadi. Guru-guru yang memiliki networking yang menyimpan informasi penting adalah aktor-aktor utama yang khas dalam kehidupan politik sekolah. Manajemen informasi mereka dan pemeliharaannya yang sangat cermat itu akan seringkali meningkatkan peran mereka sebagai pemain penting dalam permainan-permainan politik sekolah itu. </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b>Manajemen Kesan</b> merupakan sebuah taktik sederhana yang banyak dipakai oleh setiap orang dari waktu ke waktu untuk menciptakan kesan yang menyenangkan. Taktik ini meliputi berdandan, bertindak untuk kepentingan diri sendiri, menekankan hanya pada prestasi, menuntut pujian kapan saja mungkin, dan menciptakan kesan itu sebagai sesuatu yang penting, atau paling tidak, harus ada. Kuncinya membangun sebuah kesan sedemikian rupa agar orang lain melihat anda sebagai orang berpengetahuan banyak, pandai berkomunikasi, berpikiran bijak, peka dan ahli bermasyara kat . </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Sebagian taktik itu sah dan alami; sebagian lagi berliku-liku dan tidak sah. Ketika taktik-taktik itu didasarkan pada kebohongan, penipuan dan pemutarbalikan informasi , maka sulit dibenarkan oleh alasan-alasan moral. Robert Vecchio (1988) menjelaskan bahwa atas dasar alasan-alasan pembelaan diri, seseorang tahu pasti dengan taktik-taktik politik yang berliku-liku seperti korban kesalahan, menjaga konflik dengan cara menyebarkan rumor-rumor salah, mengeluarkan lawan dari pertemuan-pertemuan penting, dan membuat janji-janji palsu. Walaupun taktik-taktik politik merupakan fakta yang ada dalam kehidupan keorganisasian, tetapi tidak semuanya dipandang sah (Cox, 1982). Sebagai tambahan, ada juga sejumlah kesalahan umum yang merupakan kesalahan-kesalahan permainan politik yang merugikan, yaitu: melanggar serangkaian komando, tak mampu menahan marah di depan publik, selalu berkata tidak kepada atasan, dan meragukan keyakinan-keyakinan yang berharga (Vecchio, 1988, 269-270). Demikianlah taktik-taktik yang telah kita bahas itu menjadi basis politik keorganisasian </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">Permainan-permainan Politik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;">Sebuah cara untuk menggambarkan kekuasaan organisasi lebih penuh adalah membayangkannya sebagai sebuah satuan permainan politik yang dimainkan oleh para anggota organisasi. Permainan-permainan itu penuh dengan taktik-taktik yang berbelit-belit dan cerdik yang dimainkan sesuai dengan peraturan. Peraturan itu sebagian ada yang jelas dan lainnya tak jelas. Sebagian sangat gamblang dan lainnya mubham. Sebagian stabil dan lainnya selalu berubah. Tetapi peraturan itu secara keseluruhan ikut berpengaruh dalam menentukan permaianan-permainan itu. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Peraturan membangun jabatan, yang demikian merupa kan peluang-peluang yang digunakan oleh orang untuk memperoleh akses menuju posisi-posisi, akses untuk memperoleh kekuasaan dari tiap jabatan yang ada, akses untuk memperoleh saluran-saluran aksi.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertaturan bisa mengkerutkan tingkat keputusan dan tindakan yang diterima. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Sanksi peraturan menggerakkan beberapa hal–tawar-menawar, kerjasama, rayuan, penipuan, kepura-puraan dan ancaman– ketika membuat gerakan-gerakan lain yang ilegal, immoral dan tak wajar (Allison, 1971, 170-171)</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 6pt 0cm;"> Mintzberg (1983, 187-217) mengidentifikasi lima jenis permainan yang umum dimainkan oleh anggota-anggota organisasi:</div><div class="MsoBodyText" style="margin: 6pt 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Permainan-permainan untuk melawanan otoritas.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Permainan-permainan untuk mengkonter perlawanan tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Permainan-permainan untuk membangun basis-basis kekuasaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Permainan-permainan untuk mengalahkan penentang (lawan)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Permainan-permainan untuk mengubah organisasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dengan mendasarkan secara kuat pada hasil kerja Minztberg itu kita akan membahasa masing-masing berikut ini:</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal;"><i>Permainan Berupa Pemberontakan</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan berupa pemberontakan seringkali dimainkan untuk melawan otoritas formal. Permainan-permainan ini dimulai dari perlawanan terhadap sabotase yang ditujukan untuk memberontak. Ketika sebuah perintah telah dikeluarkan, biasanya kemudian secara khas muncul kebijakan untuk melaksanakan perintah itu. Selama tidak ada jaminan bahwa perintah itu akan dilaksanakan secepat mungkin, orang telah menyiapkan perintah yang bisa memanipulasi tindakan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Demi ketegasan memperoleh dukungan, orang akan berkata, “Silahkan mati jika tidak setuju dengan keputusan” kepada orang-orang yang tak mendukungnya. Graham Allison (1971, 173) menulis bahwa orang bisa “melakukan manuver untuk menunda implementasi, membatasi pelaksanaan keputusan, tetapi bukan itu tujuan yang sebenarnya, melainkan seringkali hanya digunakan sebagai cara agar keputusan itu tidak ditaati.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Para pendukung dari lapisan bawah memiliki kekuasaan yang kecil dalam organisasi itu, karena itu mereka berusaha melakukan kontrol dengan cara mengelak, mengadakan sabotase dan memanipulasi struktur formal (Mechanic, 1962). Guru-guru profesional mampu dan bisa melakukan penolakan terhadap tindakan-tindakan formal yang dilakukan oleh penguasa administrasi. Sebuah peraturan yang menuntut para guru diam 15 menit setelah sekolah berakhir setiap hari, untuk membantu para siswa melakukan pekerjaan mereka, bisa gampang dirusak oleh para guru, dengan cara diam selama 15 menit, namun diam mereka digunakan untuk mengadakan pertemuan bukan dalam kerangka semangat melakukan peraturan. Jika iklim sekolah (lihat seri 8) tidak sehat, maka tindakan yang sangat mirip dengan pemberontakan itu akan lebih menjadi gejala lahirnya problem-problem endemis dari pada sekedar isu kecil itu sendiri. Bagaimana pun para administrator, selalu menggunakan otoritas untuk memerangi penolakan terhadap otoritasnya itu. Misalnya, ketika peraturan-peraturan digagalkan atau ditolak maka jawaban administratif yang khas dilakukan adalah mengembangkan peraturan-peraturan lanjutan dan penunjang-penunjang kekuatan dengan cara melakukan supervisi tertutup dan menjatuhkan hukuman terhadap mereka yang tidak melaksanakan. Pemecahan-pemecahan yang diusahakan seringkali gagal, karena pemecahan itu tidak berhubungan dengan penyebab dari lahirnya masalah itu, padahal masalah itu sebenarnya hanyalah merupakan gejala. Jadi, jika para administrator ingin meraih sukses dalam usaha mereka mengkonter pemberontakan, mereka harus menggunakan keterampilan politik mereka yang besar bersama-sama dengan kekuasaan dan otoritas jabatan yang dimiliki untuk “membujuk, merayu dan tawar-menawar dengan para pelaksana harian untuk menemukan apa yang mereka inginkan.” (Mintzberg, 1983, 193). Terakhir, adakan tawar-menawar dan ciptakan hubungan informal dengan pelaku-pelaku kunci “. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i>Permainan Membangun-Kekuasaan</i></b>: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan Membangun-Kekuasaan digunakan oleh para pendukungnya untuk membangun landasan kekuasaan. Para atasan, rekan sekerja, atau bawahan mungkin digunakan dalam proses pembangunan itu. “Main dukung” adalah sebuah contoh di mana seorang bawahan mencantelkan dirinya pada atasan agar ia bisa memiliki loyalitas absolut sebagai pengganti dari “sebuah aksi”. Misalnya, guru muda yang ingin menjadi kepala sekolah kadang-kadang mencoba memperoleh dukungan pengaruh dari pejabat kepala sekolah atau kepala sekolahnya itu sendiri. Robert M. Kanter (1977, 181-182) menulis, bahwa para sponsor (pendukung) menyediakan tiga pelayanan penting bagi anak asuh yang dilindunginya:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mereka memperjuangkan para anak asuh mereka dan membela mereka dalam pertemuan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mereka bisa memperoleh informasi dan hubungan-hubungan formal yang bebas hambatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mereka memberikan insyarat-isyarat pada para anak asuh mereka, sejenis bias kekuasaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tentu saja, ada akibat yang harus ditanggung dalam main-dukung. Jika pendukung (sponsor) itu gagal, maka anak asuh akan ada dalam bahaya, dan ada bahaya besar jika anda melawan sponsor itu atau tidak menunjukkan rasa hormat yang layak. Dukungan adalah kemauan-kemauan kekuasaan yang mudah kena serang, namun demikian, ia masih merupakan sebuah permainan kekuasaan yang sering dimainkan pada semua level yang benar-benar terdapat dalam organisasi. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para guru, seketaris, semuanya bisa bermain, jika mereka bisa mendapatkan sebuah sponsor dan jika mereka ingin menyediakan sebuah pelayanan sebagai pengganti dari pembagian kekuasaan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Permainan membangun landasan kekuasaan </b>itu juga dimainkan di antara para kolega. Di sini ia menjadi sebuah <b>permainan pembangunan aliansi</b>. Mintzberg (1983, 195) menggambarkan proses terjadinya hal tersebut dengan cara sebagai berikut. Seorang individu mengembangkan sebuah hal dan mencari pendukung, atau sebuah kelompok individu yang berkepentingan pada sebuah issu mencari-cari seorang pemimpin informal yang tepat dan bisa diajak bergabung untuk mewakili posisi dan peran mereka. Dengan demikian inti dari sebuah kelompok berkepentingan sedang dibentuk Beberapa kelompok berkepentingan lenyap pada saat issu itu dipecahkan, tetapi kelompok-kelompok yang lain tetap berlangsung, karena para pemain memiliki sejumlah issu umum, mereka menjadi banyak faksi (kelompok). Group-group berkepentingan dan faksi-faksi selalu merasa kurang untuk memenangkan sebuah issu yang mereka miliki. Akibatnya mereka mendapat bantuan dari kelompok-kelompok berkepentingan atau faksi-faksi untuk memper luas landasan kekuatan mereka. Dengan demikian sebuah aliansi terbentuk. Group-group ditarik, diancam dan dirayu untuk bergabung pada aliansi. Kanter (1977, 185) mencatat, “Aliansi-aliansi sebaya selalu bekerja lewat pertukaran hadiah.. Untuk aliansi level yang lebih rendah, informasi diperdagangkan. Sedangkan untuk aliansi level yang lebih tinggi digunakan tawar-menawar dan jual beli di depan para pembentuk dan pada awal-awal kerja.” Aliansi itu terus tumbuh hingga tidak ada lagi pemain yang ingin diajak bergabung, atau hingga menguasainya, atau hingga ia lari ke aliansi lawan. Di sepanjang waktu issu-issu berlangsung kalah menang, ada sebuah perubahan bertahap tentang keanggotaan, tetapi walaupun demikian ada sebuah kestabilan mendasar dalam keanggotaan sebuah aliansi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Membangun-Kerajaan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan membangun-kerajaan adalah usaha seseorang, seringkali terjadi dalam manajemen menengah, untuk mempergunakan basis kekuasaannya dengan cara mengum pulkan para bawahan dan kelompok-kelompok. Pembangunan-istana untuk merebut wilayah kekuasaan. Dalam kebanyakan sistem sekolah, pembangunan-istana berlangsung sebagai sebuah permainan anggaran belanja. Kepala sekolah ingin sebuah pembagian anggaran belanja total itu tidak proporsional (tidak seimbang). Ada persaingan dan perseteruan di antara kepala sekolah, mereka bersaing merebut sumber-sumber langka. Mereka ingin lebih banyak guru, lebih banyak staf pendukung, lebih banyak komputer, lebih banyak kesempatan, dan lebih banyak dalam segala hal dari pada pesaing-pesaingnya. Tujuan permainan itu adalah sederhana, yaitu ingin memperoleh kesempatan seluas-luasnya bagi sekolah anda. Strategi-strategi yang dipakai berlangsung bersih dan jujur, yaitu, selalu meminta lebih dari yang anda perlukan, karena bisanya setiap permintaan akan selalu dikurangi. Semua alasan rasional yang pokok dalam permaianan ini adalah mendukung sebuah anggaran yang besar dan menekan mereka yang tidak melakukan demikian, dan selalu menggunakan habis semua anggaran untuk tahun itu, sekalipun banyak yang digunakan secara boros. Kenyata annya banyak administrator yang suka menggunakan siasat “hutang sedikit” untuk mendemonstrasikan bahwa alokasi dana yang diberikan kepada mereka tidak cukup. Ini adalah sebuah strategi berbahaya karena akan minimbulkan adanya penelitian yang cermat tentang pengeluaran anggaran belanja. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Keahlian</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Keahlian adalah basis lain untuk membangun kekuasaan. Permainan keahlian seringkali dimainkan oleh para profesional yang benar-benar bisa mengembangkan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan oleh organisasi itu. Mereka memainkan permainan-kekuasaan itu secara agresif dengan cara mengekpoitasi pengetahuan mereka hingga ke batas puncak. Mereka menggunakan kelangkaan dan pentingnya bakat-bakat yang dimiliki oleh mereka sebaik mungkin untuk menekan ketidak-mampuan organisasi untuk menggantikan mereka. Pada saat yang sama, mereka berusaha dengan gigih melindungi kelangka an keterampilan dan bakat-bakat mereka dengan cara meya kinkan secara rasional untuk mengecilkan hati terhadap banyak usaha lain. Adakalanya, seorang guru master akan mengembangkan sebuah reputasi di sebuah wilayah seba gai seorang guru yang benar-benar terkemuka. Seorang guru tertentu memiliki keunggulan dalam mengembangkan sebu ah basis kekuasaan tidak hanya melalui keahlian tetapi juga hal memainkan permainan aliansi dan pendukungan. Selanjutnya, kepala sekolah yang menampilkan keterampi lan-keterampilan administratif dan kepemimpinan yang langka dapat menggunakan kekuasaannya sebagai sebuah basis untuk bergabung dalam permainan aliansi dan pembangunan-kerajaan sebagaimana juga bisa mengguna kannya dalam permainan pendukungan. Tentu saja, para kepala sekolah yang berhasil dalam membangun sebuah dasar kekuasaan yang kuat akan menjadi kandidat yang kuat untuk menjadi pengawas (penilik). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Pengkultusan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Yang terakhir dari permainan pembangunan-kekuasaan adalah “pengkultusan”. Mereka yang memiliki kekuasaan legitimate (yang sah) mengkultuskan kekuasaan mereka kepada mereka yang menjadi bawahannya, dan karena itu mengeksploitasi mereka dengan cara-cara yang tidak sah. Orang-orang yang memiliki kekuasaan terbatas berusaha melakukan permainan pengkultusan. Kanter (1977, 189) menyatakan, “Ketika praktek kekuasaan seseorang dihalangi atau dirintangi, ketika orang-orang diberi kekuasaan kecil dalam area yang luas, mereka cendrung mengkonsentrasikan kebutuhan-kebutuhan kekuasaan mereka pada mereka yang memiliki otoritas kecil yang sejajar.” Guru-guru yang frustrasi karena kepala sekolah yang otoriter dan beban kekuatan kontrol birokratis yang terlalu banyak bisa melampiaskan pengawasan ke bawah, kepada para siswa, menampakkan bahwa mereka juga bisa meneggangkan kekuasaan mereka sebagai boss bagi kalangan siswa-siswa mereka. Demikian juga, kepala sekolah yang ditekan dengan kepalan tangan besi oleh penilik sekolah bisa berusaha untuk mengkultuskan kekuasaan itu kepada seluruh guru. Walaupun perilaku tertentu bisa memberikan perasaan berkuasa atas beberapa orang kepada para pemain, tetapi tidak mungkin untuk bisa membangun sebuah basis kekuasaan yang sebenarnya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Garis Struktural dan Staf</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Juga ada beberapa permainan untuk mengalahkan para pesaing. Permainan “garis struktural dan staf” adalah sebuah konfrontasi klasik antara para manajer dalam struktur kelas menengah yang memiliki otoritas formal, dengan para penasehat staf yang memiliki keahlian khusus. Di sekolah yang demikian itu seringkali terjadi antara kepala sekolah dengan koordinator kurkurikulum suatu wilayah. Koordi nator kurikulum melaporkan secara langsung kepada peni lik kemudian menindaklanjutinya kepada kepala sekolah. Dalam beberapa hal, para pemain itu adalah teman setaraf. Sasaran permainan itu adalah mengawasi perilaku di sekolah. Koordinator kurikulum itu adalah seorang ahli, sedangkan kepala sekolah adalah seorang yang memiliki otoritas formal. Permainan terjadi antara pemegang otoritas formal secara struktural melawan pemegang otoritas keahlian yang bersifat informal. Peperangan terjadi di sepanjang issu tentang perubahan. Staf tertarik dengan perubahan dan pengembangan. Koordinator kurikulum menginginkan perubahan-perubahan dalam kurikulum. Tetapi perubahan seringkali memunculkan konflik dan kericuhan. Para kepala sekolah sebagai administrator struk tural bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya organisasi. Para kepala sekolah relatif lebih menyukai stabilitas. Garis-garis perang itu tergambar dengan jelas. Penilik ingin sekali mengembangkan, tetapi seringkali tidak ada pemecahan yang sederhana sebagai sebuah kelompok dalam permainan itu untuk mengembangkan keadaan yang diharapkan dan untuk memobilisasi sekutu-sekutu politisnya. </div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Partai-partai Saingan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan partai-partai saingan terjadi jika ada dua sekutu dan hanya ada dua, saling berhadapan. Pada umumnya permainan-permaianan itu berlangsung keji, terutama pada saat semua knop sudah ditekan dan pada saat dimana hanya ada dua kemungkinan: kalah atau menang. Permainan bisa terjadi antara dua personel, antara dua unit, atau antara kekuatan-kekuatan yang menyukai stabilitas dan perubahan. Misalnya, perubahan sudah diajukan. Dalam keadaan semacam itu organisasi pecah menjadi dua faksi: pendukung pembaharuan dan pendukung hal lama. Secara normal, peperangan itu diselesaikan dan terus digerakkan oleh kelompok yang menang. Tetapi ada kalanya tak ada satu kelompokpun yang menang secara meyakinkan. Sekolah dalam keadaan semacam itu pada umumnya menyeim bangkan antara keinginan-keinginan yang mendukung keterampilan dasar pengajaran yang tradisional dengan keinginan-keinginan yang mendukung pengemba ngan emosional dan sosial yang progresif. Karena itu selama masa penyeimbangan itu kadangkala terjadi perubahan dari satu cara ke cara yang lain, pada saat itulah peperangan berlangsung kembali. Pada akhirnya sebuah permainan akhir dirancang untuk merubah organisasi itu. Permainan Calon-calon Strategis bisa saja saat itu dimainkan oleh seseorang dalam organisasi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permaianan Calon-calon Strategis </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Seperti disebutkan, bahwa permainan ini lahir dari sebuah idea perubahan organisasi, setelah persaingan melahirkan konsep penyeimbangan, namun penyeimbangan kemudian sulit dilakukan. Permainan ini bisa dimainkan oleh seseorang atau kelompok yang sedang mencari sebuah perubahan yang strategis, dengan menggunakan sistem-sistem otoritas yang sah untuk mengajukan sebuah proposal atau proyeknya. Inilah yang dimaksud dengan “Calon Strategis.” Mereka yang sukses berinisiatif melakukan sebuah perubahan penting akan menggaet sejumlah besar kekuasaan yang ada dalam organisasi itu. Pada saat banyak ketetapan-ketetapan strategis disusun dengan cara-cara yang secara fudamental tidak mematuhi aturan-aturan struktural, mereka mengundang seorang ahli yang pandai memenangkan dengan cara-cara politis, sebagai sekutu dan faksi baru yang bertugas memenangkan perkara mereka. Itulah calon atau kandidat untuk melakukan perubahan itu (Mintzberg, Raisinghani dan Theoret, 1976). <b><i>Permainan Calon-calon Strategis </i></b>mengkombinasikan elemen-elemen kebanyakan jenis permainan lain. Mintzberg (1983, 206) menggambarkan prosesnya sebagai berikut: </div><div class="MsoBodyTextIndent3" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent3" style="line-height: normal;">Calon-calon Strategis seringkali muncul dalam suasana ada keinginan membangun kekuasaan, dan calon-calon strategis itu mengajak sekutu-sekutu; para pesaing seringkali muncul dari tengah-tengah antara staf dan pemimpin struktural, atau antara partai-partai pesaing selama permainan itu berlangsung; keahlian dalam permainan itu diekploitasi dan otoritas “dikultuskan” kepada semua tanpa kecuali; dan kadangkala kekacauan terjadi karena memang sengaja dibuat dan seluruhnya bisa dikonter; soal rencana anggaran belanja modal yang seringkali digunakan sebagai alat oleh para calon strategis dengan sengaja dimuncul kan; dan dukungan (sponsorship) seringkali merupakan sebuah kunci meraih sukses dalam permainan ini. </div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Hembusan-Siul</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan Hembusan-Siul secara umum terjadi di semua organisasi. Ia dirancang dengan menggunakan “informasi dari dalam” tentang sebagian perilaku yang dipercayai oleh orang sebagai melanggar sebuah norma penting atau bahkan melanggar hukum. Sang pemain “menghembuskan siul” dengan cara menginformasikan kepada otoritas eksternal tentang kecurangan permainan. Selama pemberi informasi itu mengelak dari saluran-saluran kontrol yang sah dan orang yang diinformasikan melakukan pembalasan, pemain itu secara lihai berusaha menjaga hubungan secara rahasia. Misalnya, mungkin saja cerita itu dipublikasikan oleh surat kabar dari sumber yang tidak disebut identitasnya. Hembusan Siul seringkali kemudian menjadi sebuah kejujuran terbuka yang dramatik manakala informasi yang dihembuskan menyebabkan terjadinya perubahan dalam organisasi. Tetapi perlu diketahui, permainan ini besar resikonya. Para penghembus siul itu biasanya selalu tidak dipuji. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal;">Permainan Orang-orang Turki Muda</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Barangkali permainan yang paling intensif adalah “Permainan Orang-orang Turki Muda” (<b><i>Young Turks Game</i></b>); Taruhannya tinggi. Tujuannya bukan perubahan yang sederhana atau bukan perubahan untuk mengkonter otoritas, tetapi mirip dengan “usaha mempengaruhi sebuah perubahan yang begitu sangat fondamental, yaitu melempar penguasa yang sah ke dalam sebuah masalah” (Mintzberg, 1983, 210) Permainan Orang-orang Turki Muda menantang kekuatan organisasi yang mendasar dengan cara mencoba menggulingkan missinya dan mengganti sisi-sisi utama keahliannya, menempatkan cita-cita dasarnya, atau bahkan menggulingkan kepemimpinannya. Ini adalah tindakan pendurhakaan yang umum, dan akibat-akibat yang ditimbulkan semuanya berlangsung keras. Perubahan kurikulum salah satu kesempatan di sekolah yang sering digunakan untuk memainkan Permainan Orang-orang Turki Muda. Aliansi-aliansi dikembangkan dan bentrokan dalam bentuk sebuah perjuangan intensif terjadi dalam dua kelompok guru dan staf, para manajer menempatkan diri dalam salah partai pesaing, salah satunya mendukung atau melawan perubahan itu. Jika penguasa yang sah yang ada menyerah kepada Orang-orang Turki Muda, maka para pendukung stabilitas tak akan pernah menduduki jabatan yang sama, tentu saja organisasi itu secara harfiyah tidak akan bisa tetap sama, selama hal Orang-orang Turki Muda sungguh-sungguh mengambil alih kepemimpinan. Di sisi lain, jika Orang-orang Turki Muda kalah, mereka akan diperlemah secara terus menerus. Dan karena itu mereka seringkali meninggalkan organisasi. Permainan ini seringkali merupakan permainan tuntas, menang tuntas atau kalah total sama sekali.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sistem permainan-permainan politik dari Mintzberg ini secara singkat terdapat dalam Tabel 4.3. Sebenarnya tidak ada literatur riset yang menguji hubungan-hubungan antara permainan-permainan politik, tetapi ada sejumlah penelitian terhadap organisasi-organisasi non-pendidikan yang barang kali masuk ke dalam permainan-permainan politik yang spesifik, yang secara umum dimainkan (Kanter, 1977; Zald dan Berger, 1978). Memang ada sedikit keraguan, namun bagaimanapun banyak permainan terjadi di organisasi sekolah. Bagaimanapun sistem politik kadangkala muncul berdampingan dengan keinginan-keinginan pemegang otoritas yang sah yang tidak menguasainya. Dalam ungkapan Mintzberg (1983, 217), “Di sini sistem politik namun mencakup sejumlah permainan politik yang ringan, beberapa di antaranya banyak yang menggunakan sistem-sistem mempengaruhi yang sah, dalam proses itu ia benar-benar memperkuat sistem-sistem mempengaruhi itu, sementara yang lain memperlemahnya, tetapi biasanya hanya untuk satu maksud, dan karenanya permainan politik tetap dalam skala wajar atau skala kekuatan menengah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">TABEL 4.3 Ringkasan Permainan-permainan Politik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Permainan</b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Tujuan</b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Pemain Utama</b></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Pengacauan/Pemberontakan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Menentang pemegang otoritas </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/guru/staf</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Mengkonter Pemberontakan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Mengkonter perlawanan terhadap pemegang otoritas</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para administrator atau manajer</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Dukungan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para administrator atau manajer/guru yang naik ke atas</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun aliansi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau adminsitrator/guru</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun kerajaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Pembuatan Anggaran Belanja</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para administrator atau manajer</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Keahlian</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para administrator atau manajer/guru</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Pengkultusan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Membangun dasar kekuasaan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/guru</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Garis struktural versus staff</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Mengalahkan para pesaing</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/staf</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Partai-partai pesaing</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Mengalahkan para pesaing</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator /guru</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Calon-calon strategis</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Memproduksi perubahan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/guru</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Menghembuskan Siul</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Memproduksi perubahan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/guru/staf</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.5pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Orang-orang Turki Muda</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 100.9pt;" valign="top" width="135"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Memproduksi perubahan</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 94.2pt;" valign="top" width="126"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 8pt;">Para manajer atau administrator/guru</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal; margin-top: 0cm;">Manajemen Konflik</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bila kekuasaan dan politik-politik keorganisasian dipastikan memproduk konflik, maka kami akan mencoba menyimpulkan analisis kami tentang kekuasaan beserta manajemen konflik dalam bentuk pembahasan singkat. Para manajer atau administrator selalu dihadapkan dengan pertentangan klasik antara kebutuhan-kebutuhan individual melawan kebutuhan-kebutuhan organisasi. Akibatnya, mereka menggunakan sejumlah kesempatan yang penting untuk menengahi konflik. Kenneth Thomas (1976) menyajikan sebuah tipologi yang berguna untuk menguji lima tipe manajemen konflik. Dia memperkenalkan dua dimensi mendasar tentang perilaku, yang bisa melahirkan konflik: usaha memuaskan kepentingan satu pihak (tuntutan-tuntutan keorganisasian dari sudut kepentingan para adminsitartor) dan usaha-usaha untuk memuaskan kepentingan pihak lainnya (kebutuhan-kebutuhan individual dari sudut kepentingan para anggota). Usaha untuk memuaskan tuntutan-tuntutan keorganisasian bisa diperhatikan secara terus menerus dalam gerak garis kontinum dari yang bersifat tegas hingga tidak tegas, sementara itu usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhan idividual bisa dikonsepsikan berangkat dari yang bersifat nonkooperatif hingga ke kooperatif. Gambar 4.4 menunjukkan lima gaya manajemen konflik yang digambarkan secara umum.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Gaya Menghindar </b>(<i>avoiding type</i>) bersifat tidak tegas dan nonkooperatif. Di sini administrator menggagalkan konflik, dengan berharap mereka yang konflik akan sembuh sendiri. Semua masalah secara remeh diambangkan. Ketika masalah-masalah itu dipertimbangkan, prosedur-prosedur diulur. Prosedur yang diulur digunakan untuk melumpuhkan konflik itu dan perahasiaan digunakan sebagai alat untuk menghindari konfrontasi. Administrator itu selalu akan kembali pada aturan-aturan birokrasi untuk memecahkan konflik tersebut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Gaya Kompromi</b> (<i>compromising style</i>) adalah menyeimbangkan antara kebutuhan organisasi dan kebutuhan individual. Fokus gaya ini adalah melakukan negosiasi, mencari jalan tengah, trade-offs, dan mencari pemecahan-pemecahan yang memuaskan, atau yang bisa diterima kedua belah pihak.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Gaya Bersaing </b>(<i>competitive style</i>). Penggunaan gaya bersaing menciptakan situasi-situasi “kalah-menang”. Manajer atau administrator bersikap tegas dan nonkooperatif dalam usahanya memecahkan konflik. Dalam banyak hal gaya bersaing memproduk persaingan, dengan sasaran bagaimana tujuan dicapai dengan cara biaya dari orang lain. Kekuasaan digunakan untuk untuk mencapai kepatuhan, atau untuk menang.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Gaya akomadatif</b> (<i>accommodating style</i>) tidak tegas dan kooperatif. Manajer atau administrator itu memenuhi suluruh tuntutan bawahan. Gaya ini merupakan sebuah pendekatan manut dan selalu mengalah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Gaya Kerja Sama </b>(<i>Collaborating Style</i>) tegas dan kooperatif. Gaya ini merupakan sebuah pendekatan pemecahan masalah. Problem dan konflik dipandang sebagai tantangan. Semua perbedaan dikonfrontasikan, dan semua idea dan informasi ditawarkan secara bebas, dilakukan sharing. Ada sebuah usaha yang diselenggarakan bersama untuk mendapatkan pemecahan-pemecahan menyeluruh. Dalam gaya ini semua pihak menang. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Gambar 4.4 Gaya-gaya Manajemen Konflik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 124px; left: 0px; margin-left: 307px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 146px; z-index: 18;"><img height="124" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image013.gif" width="146" /></span><span style="height: 124px; left: 0px; margin-left: 166px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 143px; z-index: 17;"><img height="124" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image014.gif" width="143" /></span><span style="height: 260px; left: 0px; margin-left: 166px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 287px; z-index: 12;"><img height="260" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image015.gif" width="287" /></span><span style="font-size: 8pt;"> Tegas</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="8" width="135"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="30" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image016.gif" width="12" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> Gaya Bersaing Gaya Kerja Sama</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="7" width="134"><br />
</td> <td width="11"><br />
</td> <td width="91"><br />
</td> <td width="155"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="42"><br />
</td> <td align="left" rowspan="3" valign="top"><img alt="Usaha Memuaskan Kebutuhan Organisasi" height="172" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image017.gif" width="11" /></td> </tr>
<tr> <td height="102"><br />
</td> <td><br />
</td> <td bgcolor="white" height="102" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="155"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 20;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 8pt;">Gaya Kompromi</span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
<tr> <td height="28"><br />
</td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 139px; left: 0px; margin-left: 166px; margin-top: 5px; position: absolute; width: 143px; z-index: 19;"><img height="139" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image018.gif" width="143" /></span><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 25px; left: 0px; margin-left: 140px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 15;"><img height="25" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image019.gif" width="2" /></span><span style="font-size: 8pt;"> Gaya Menghindar Gaya Akomodatif</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">Tidak tegas</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: left;"><span style="height: 12px; margin-left: 402px; margin-top: 2px; position: absolute; width: 29px; z-index: 14;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image020.gif" width="29" /></span><span style="height: 2px; margin-left: 189px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 21px; z-index: 13;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image021.gif" width="21" /></span> <span style="font-size: 8pt; line-height: 150%;">Non Kooperatif <b>Usaha Memuaskan Kebutuhan Individu</b> Kooperatif</span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Thomas (1977) berpendapat, masing-masing dari lima gaya itu akan menjadi efektif, tergantung pada situasi. Dalam kenyataan, dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari sekelompok pimpinan eksekutif, ia menyocokkan lima gaya manajemen konflik itu dengan situasi yang pas, sebagai berikut:</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><i>Gaya Bersaing</i>:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika tindakan cepat dan menentukan sangat penting, seperti tindakan emergensi atau darurat.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika issu-issu kritis menuntut aksi yang tak populer, seperti pemotongan beaya.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika issu-issu itu sangat vital bagi organisasi.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Melawan orang-orang yang tidak jujur mengambil keuntungan dari orang-orang lain.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><i>Gaya Kerjasama</i>:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika dua kepentingan sama-sama sangat penting dan tidak bisa tidak hanya pemecahan pemaduan yang bisa diterima, sementara itu kompromi dipandang tidak memuaskan. .</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Ketika tujuannya untuk belajar.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk mengintegrasikan pandangan orang-orang yang memiliki cara pandang yang berbeda.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kalau konsensus dan komitmen sangat penting.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak sehat yang menghambat terjadinya hubungan-hubungan..</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><i>Gaya Kompromi</i>:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika sasaran-sasarannya penting, tetapi tidak membuang-buang usaha atau bukan yang berpotensi melahirkan kekacauan, seperti yang lahir dari tindakan memaksa. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika ada sebuah “angka sama” (kekuatan seimbang=ptj)</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk meraih penyelesaian temporer bagi problem-problem yang rumit.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk mempercepat tindakan, ketika waktu dipandang penting.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika kerjasama dan penyaingan gagal.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><i>Gaya Menghindar</i>:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika issunya bersifat sepele atau remeh.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika biayanya lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan jalan pemecahan. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk membiarkan situasi mendingin (colling down).</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika memperoleh informasi yang lebih banyak sangat diperlukan.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika orang-orang lain bisa memecahkan masalah itu secara lebih efektif.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika masalah yang muncul hanyalah sinyal bukan sebab yang sebenarnya. </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><i>Gaya Akomodatif</i>:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Jika kamu merasa melakukan sebuah kesalahan.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Jika issu-issu itu lebih penting bagi orang-orang lain.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Jika dimaksudkan untuk membangun kemauan baik terhadap hal-hal yang lebih penting.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Untuk mengurangi kerugian-kerugian, ketika kekalahan sudah dapat dipastikan.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketika keharmonisan dan stabilitas menjadi sangat penting.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Bila mengikuti bawahan dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk belajar dari kesalahan-kesalahan mereka.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText">Sejalan dengan banyaknya hal, maka tidak ada satu cara terbaik untuk memanaj konflik. Apakah manajemen konflik yang berhasil serupa dengan menyocokkan gaya secara hati-hati dengan situasi, adalah sebuah topik yang akan kita bahas kembali dalam pembicaraan kita tentang kepemimpinan (Seri 9).</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span style="font-size: 14pt;">RINGKASAN</span></b></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kekuasaan adalah elemen dasar kehidupan organisasi. Ia bisa legitimate (sah) dan diterima secara suka rela oleh bawahan, atau bisa berupa paksaan, tidak legitimate dan dilawan oleh bawahan. Analisis kita dimulai dengan pelaksanaan kekuasaan dan otoritas (wewenang) yang legitimate. Weber dengan mendasarkan pada sumber legitimasi mengindentifikasi tiga tipe otoritas: tipe kharisma, tipe tradisi dan tipe hukum. Peabody memperluas gagasan itu dengan cara membedakan otoritas yang berdasarkan pada <b>otoritas formal</b> (yang berupa legitimasi dan posisi), dari otoritas yang berdasarkan <b>otoritas fungsional</b> (yang berupa keterampilan pribadi dan keterampilan <i>human relation</i>). Terakhir Blau dan Scoot menyederhanakan fondasi kekuasaan legitimate dalam organisasi dengan cara membagi otoritas menjadi dua: formal dan informal.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Berikutnya, sebuah analisis umum tentang kekuasaan yang dilakukan dengan cara menggunakan dasar-dasar kekuasaan interpersonal dari French dan Raven, yaitu penghargaan (<b><i>reward</i></b>), paksaan (<b><i>coersion</i></b>), pengesahan (<b><i>legitimacy</i></b>), referensi, dan keahlian (<b><i>expertise</i></b>). Selanjutnya bingkai kerja Rench dan Raven itu diperluas ke level keorganisasian. Mintzberg menyajikan sebuah pandangan alternatif mengenai kekuasaan. Ia menggambarkan empat sistem kekuasaan: otoritas, ideologi, keahlian dan politik. Pandangan yang paling komprehensif tentang kekuasaan, bagaimanapun adalah analisis Etzioni mengenai kesetiaan (<b><i>compliance</i></b>). Konsep kesetiaan tidak saja merupakan dasar tipologi hubungan-hubungan kekuasaan, tetapi juga merupakan sebuah <i>teori deret-tengah organisasi</i> (<b><i>a middle-range theory of organization</i></b>). Sekolah secara keseluruhan adalah tipe organisasi normatif, walaupun pada saat yang sama harus menggunakan paksaan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Masing-masing formulasi otoritas dan kekuasaan ini masih mengandung sebuah perbedaan pandangan tentang pelaksanaan kontrol keorganisasian, dalam hal ini hanya Mintzberg yang menggali sistem politik. Politik adalah fakta kehidupan keorganisasian, yang telah pasti menggelar taktik, permainan dan konflik. Taktik-taktik politik adalah dasar dari sebuah sistem permainan-permainan politik yang dimainkan untuk menentang otoritas, untuk mengkonter penentangan, untuk membangun dasar-dasar kekuasaan, untuk menaklukkan lawan, dan untuk mengganti organisasi. Sistem politik itu secara khas hidup berdampingan dengan sistem-sistem pengaruh yang lebih legitimate dengan tanpa menguasai sistem-sistem pengaruh yang lebih legitimate itu. Tetapi kekuasaan dan politik membangkitkan konflik. Jadi analisis kita meliputi sebuah model manajemen konflik.</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"> </div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoTitle"><span style="font-size: 14pt; font-weight: normal;">DAFTAR RUJUKAN</span></div><div class="MsoTitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Ary, Donald, 1985, <i>Introduction Research in Education</i>, New York, Holf Renehart and Winston.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Atkinson, John, W., and Raymor, O. Joel, 1968, <i>International Ecyclopedia of the Social Sciences</i>, New York, Macmillan Company and the Free Press.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Blau, Peter M dan W. Richard Scott, 1962,<i> Formal Organizations: A Comaparative Approach</i>, San Franscisco, Chandler.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Blau, Peter M., 1955, <i>The Dynamics Bureacracy</i>, Chicago, University of Chicago Press.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Chaplin, James, P. 1989, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Jakarta, Rajawali. </div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Cochran, William, G., 1974, <i>Sampling Technique</i>, New Delhi, Eastern Private Limited.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Combs, A.W., 1962, Perceiving, Behaving, Becoming, Washington D.C., A Departement of The National Education. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Cusich, Philip A., 1981 “A Study of Networks among Professional Staffs in Secondary Schools,” <i>Educational administration Quarterly</i>, 17, 114-138.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Davis, Keth dan John Philip R. Newman , 1996, <i>Perilaku Dalam Organisasi</i>, Terjemahan Agus Dharma, Jakarta, Erlangga. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Newman, R. Philip, 1993, <i>Psychology</i>, Homewood, Illinois, The Dorsey Press. .</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Etzioni, Amitai, 1975, “Two Approaches to Organizational Analysis: A Critique and Suggestion.” <i>Admnistrative Science Quarterly </i>5 : 257-278. </div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Filley, Alan, Robert House dan Steven Kerr, 1976, Managerial Process and Organizational Behavior, Glenview, IL. Scott, Foresman.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">French, John, R. P. dan Bertram H. Raven, 1968, “Bases of Social Power,” <i>in Group Dynamics: Research and Theory</i>, Darwin Cartwright dan Alvin Zander (ed), 259-270, New York, Harper & Row. </div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Grenne, Charles N.dan Philip M. Podsakoff, 1981, “Effects of Withdrawal of a Performance Contingent Reward of Supervisory Influence and Power<i>, Academy of Management Journal 24</i>, 527-542.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Gross, Edward dan Amitai Etzioni, 1985, <i>Organization in Society</i>, Englewood Cliffs, NJ: Pretice-Hall.</div><div class="MsoSubtitle" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Hall, J. E. Hass dan Norman Johnson, 1967, “An Examination of The Blau-Scott and Etzioni Typologies”, <i>Administrative Science Quarterly</i> 12, 118-138.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Hersey, Paul dan Kenneth Blanchard, 1978, <i>Management of Organizational Behavior Utilizing Human Resources</i>, ed. 4<sup>th</sup> ed. , New Delhi, Prentice-Hall of India Private Limitted.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Hersey, Paul dan Kenneth Blanchard, 1977, <i>Management of Organizational Behavior Utilizing Human Resources</i>, 3<sup>rd </sup>ed., New Delhi, Prentice-Hall of India Private Limitted</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Hoy, Wayne K., dan Cecil G. Miskel, 1991, <i>Educaional Administration: Theory, Research, and Practice</i>, New York: Random House.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Hoy, Wayne dan James E. Henderson, 1983, “Principle Authenticity, School Climate and Pupil-Control Orientation, “ <i>Alberta Journal of Educational Research 2</i>, 123-130</div><h4 style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span style="font-weight: normal;">Hoy, Wayne dan Richard Rees, 1974, “Subordinate Loyalty to Immediate Superior: A Neglected Concept in the Study of Educational Administration”, <i>Sociology of Education 47</i>, 268-286. </span></h4><h4 style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span style="font-weight: normal;">Hoy, Wayne dan Leonard B. William, 1971, “Loyalty to Immediate Superior at Alternate Levels in Public Schools, <i>Educational Administration Quarterly</i> 7, 1-11. </span></h4><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Hubber, V. L.,1981, The Source, “Uses and Consevation of Managerial Power”, <i>Personnel</i> 51, 66-67. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Isaacon, Gerald, 1983, <i>Leadership Behavior and Loyalty</i>, Ed. D. diss, Rutgers University. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Kotter, John P. 1978.<i>Organizational Dynamic</i>, Reading, MA: Addison-Wesley.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Lucio, William H., dan John D. McNell, 1979, <i> Supervision in Thought and Action</i>, New York, McGraw Hill Company</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">March dan Herbert Simon, 1958, <i>Organizations</i>, New York: Wiley, </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">McCleland, David C., 1953, <i>The Achievement Motive</i>, New York, Apleton Century Crofts Inc. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">McCleland, David C.,1961, <i>The Achieving Society</i>, New Jersey, Princeton D. Van Nostrand Co.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">McCleland, 1966, ‘<i>Toward a Theory of Motive Acquisition</i>”, American Psychologist 20, 321-333. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Mentberg, 1983, <i>Power In and Around Organization</i>, Englewood Clifs, NJ, Printice Hall. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Merton, Robert, 1957, <i>Social Theory and Social Structure</i>, New York: Free Press, </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;">Mouly, George F., 1977, <i>Psychology of Effective Teaching</i>, New York, Harper and Rew Publisher.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Mullins, Toni, 1983, “<i>Relationships among Teachers’ Perception of the Principle’s Style: Teacher’s Loyalty to the Principal and Teacher’s Zone of Acceptance</i>”, Ed. D. Diss., Rutgers University.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Murray, V.V. dan Allen F. Corenblum, 1966, “Loyalty to Immediate Superior at Alternative Levels in Bureaucracy”, <i>American Journal of Sociology </i>62, 77-85.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Peabody, Robert L., 1962, “Perception of Organizational Authority: A Comparative Analysis,” <i>Administrative Science Quarterly</i> 6: 563-482.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Sartain, A.Q., 1981, <i>Psychology: Understanding Human Behavior</i>, McGraw-Hill Book Company Inc.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Simon, Herbert A. , 1957, <i>Administrative Behavior</i>, 2<sup>nd </sup>ed., 126-127, New York, Macmillan. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Van, Dalen, Deobold, B., 1976, <i>Understanding Educational Research</i>, New York, McGraw Hill Book Company.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Weber, Max, 1947, The Theory of Social and Economic Organization, Talcott Parsons (ed), A.M. Henderson dan Talcott Parsons (penterjemah), New York: Free Press.<span style="font-size: 10pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span style="font-size: 11pt;">Yukl, Gary A1981., Leadership in Organization, Englewood Cliff, NJ: Prentice-Hall,.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;">Zalkind, Sheldon, 1983, S., dan Timoty W. Castello, Educational Administration and the Behavioral Science: A. System Perspective, Boston, Alyn and Bacon.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">DAFTAR ISI</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">PENGANTAR…………………………………………………..……02</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">WEWENANG (OTORITAS)</span><span style="font-size: 10pt;"> ……………………………..……...….03</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 49.65pt; text-align: left; text-indent: -49.65pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Tipe-tipe Otoritas ………………………………………….05</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm -12.8pt 0.0001pt 78pt; text-indent: -78pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Otoritas Tradisional ……………………………… 06</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm -12.8pt 0.0001pt 78pt; text-indent: -78pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Oritas Legal………………………………………...06</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm -17pt 0.0001pt 77.95pt; text-indent: -77.95pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Otoritas Fungsional…………………………………07</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 49.65pt; text-indent: -49.65pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Otoritas dan Perilaku Administratif di Sekolah………..…. 08</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 49.65pt; text-indent: -49.65pt;"><i><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i><span dir="LTR"><i><span style="font-size: 10pt;">Loyalitas Bawahan kepada Atasan………………………..… 09</span></i></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 49.65pt; text-indent: -49.65pt;"><i><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i><span dir="LTR"><i><span style="font-size: 10pt;">Model Administratif dan Loyalitas………………………….. 10</span></i></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt;">SUMBER KEKUASAAN………………………………………… .. 14</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan Lewat Penghargaan (Reward Power)……. . … 16</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm -12.8pt 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan Lewat Pemaksaan (Coercive Power)…. . …… 16</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm -5.7pt 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan Lewat Legitimasi (Legitimate Power)…………18</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan Lewat Referensi (Referent Power)…………… 19</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 35.45pt; text-indent: -35.45pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan Lewat Keahlian (Expert Power)……………… 19</span></span></div><h2 style="margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt; font-style: normal;">KEGUNAAN KEKUASAAN SECARA ADMINIS……….………</span></h2><h2 style="margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt; font-style: normal;"> TRATIF………………………………………….. ………….. 21</span></h2><div class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">TIPOLOGI KEKUASAAN MINTZBERG …………………………26</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm -26.95pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Sistem Otoritas……………………………………………. 28</span></span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Sistem Ideologi……………………………………..…….. 29</span></span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin: 0cm -5.7pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Sistem Keahlian……………………………………………29</span></span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Sistem Politik………………………………………………30</span></span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Sistem Ideologi……………………………………………. 31</span></span></div><h4 style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">TIPOL OGI KEKUASAAN DARI ETZIONI ……………………… 33</span></h4><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Coerceive power………………………………………….. 33</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Remunerative power……………………………………… 33</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Normative power…………………………………………..33</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Coercive Organization …………………………………….36</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Utilitarian Organizations ………………………………….36</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Normative Organization……………………………………37</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">SEBUAH PERBANDINGAN ……………………………………….38</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 2.85pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">PERMAINAN POLITIK KEORGANISASIAN……………………. 39</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><b><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Taktik-taktik Politik………………………………………. 41</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Mengambil muka …………………………………. 41</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Jaringan Kerja (<i>Networking</i>)………………………. 42</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Manajemen Informasi …………………………….. 42</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Manajemen Kesan ……………………….……….. 43 </span></span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">PERMAINAN-PERMAINAN POLITIK…………………………… 44</span></div><div class="MsoHeading8" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><i><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></i><span dir="LTR"><i><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Berupa Pemberontakan…………………………. </span></i></span><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">45</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i><span style="font-size: 10pt;">Permainan Membangun-Kekuasaan</span></i></span><span style="font-size: 10pt;">: ……………………. 47</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Permainan Membangun Landasan Kekuasaan…………… 48</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Permainan membangun Aliansi……………………………48</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Membangun-Kerajaan………………………….. 49</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Keahlian…………………………………………… </span></span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-weight: normal;">51</span><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Pengkultusan……………………………………… </span></span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-weight: normal;">52</span><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Garis Struktural dan Staf……………………….. 52</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Partai-partai Saingan…………………………… 53</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permaianan Calon-calon Strategis ………………………… 54</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Hembusan-Siul…………………………………… 55</span></span></div><div class="MsoHeading9" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 39.6pt; text-indent: -39.6pt;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">Permainan Orang-orang Turki Muda………………………. 56</span></span></div><div class="MsoHeading7" style="line-height: normal; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 0cm;"><span style="font-size: 10pt; font-weight: normal;">MANAJEMEN KONFLIK………………………………………….. 58 </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Gaya Menghindar (<i>Avoiding Style</i>)……………………….. 59</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Gaya Kompromi (<i>Compromising Style</i>)………………….. 60</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Gaya Bersaing (<i>Competitive Style</i>)………………………… 60</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Gaya akomadatif (<i>Accommodating Style</i>) ………………… 60</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-size: 10pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>à<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Gaya Kerja Sama (<i>Collaborating Style</i>)……………………. 60</span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt;">RINGKASAN…………………………………………………………. 63</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-right: 2.85pt;"><span style="font-size: 10pt;">DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………… 66</span></div></center>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-71025397318729163222011-02-06T17:01:00.000+07:002011-02-06T17:01:10.063+07:00MENGEVALUASI KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN<div style="text-align: center;">Diterjemahkah </div><div style="text-align: center;">Oleh Syarqawi Dhofir</div><div style="text-align: center;">Naufal Ramzi</div><div style="text-align: center;">Abusiri Sholehuddin<br />
<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1063"/> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout v:ext="edit"> <o:idmap v:ext="edit" data="1"/> </o:shapelayout></xml><![endif]--> </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 14pt;">PENGANTAR</span></b></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Bagaimana kita mengukur sebuah sekolah itu efektif, hingga kini bangsa kita<span> </span>belum memiliki standar baku yang bisa dipakai. Berikut akan kami sajikan sebuah contoh cara menerapkan tiga metode yang paling tepat<span> </span>pada data tentang sekolah-sekolah, dan sebuah pembahasan tentang penilaian sekolah efektif.<a name='more'></a></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Walaupun pembahasan menyangkut sebuah dunia teknis ,<span> </span>terminologi teknis sedapat mungkin tidak dibicarakan. Fokus perhatian adalah untuk memberikan sebuah tinjauan umum yang luas tentang isu-isu di sekitar masalah tersebut, tetapi dengan tanpa menyertakan detail-detail teknis mengenai metode-metode statistik yang rumit. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Metode statistik yang rumit itu telah dikembangkan untuk memisahkan pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan<span> </span>sejumlah murid yang masuk ke sekolah, dari<span> </span>pengaruh-pengaruh<span> </span>yang timbul karena penerapan-penerapan program sekolah itu sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 14pt;">MENGUKUR HASIL PENDIDIKAN SEKOLAH</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Walaupun apa yang menjadi hasil-hasil pendidikan sekolah itu selalu nampak nyata,<span> </span>tetapi ada sebuah jarak yang lebar dan cara pandang yang berbeda dari berbagai pandangan. Persoalannya adalah<span> </span>konsep yang mana di antara pandangan-pandangan itu yang akan digunakan untuk menilai keefektifan<span> </span>pendidikan sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Konsep keefekektifan<span> </span>membuat perbandingan antara sekolah secara langsung atau dengan cara membuat kriteria yang berasal dari luar sekolah. Pertama, kita perlu membedakan antara:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">hasil sekolah (<i>outcomes of school) </i></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">dan hasil murid (<i>outcomes of pupil)</i>. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Walaupun akan selalu sangat nampak paralel antara: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">hasil yang diproduk oleh wilayah pengaruh sekolah <i>(outcome of school domain </i>) pada diri murid, dengan </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">hasil yang diproduk oleh wilayah pengaruh murid itu sendiri <i>(outcome of pupil domain</i>), </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 17.6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">tetapi seringkali lebih mudah untuk mendiskusikan isu-isu khusus dalam istilah-istilah yang satu<span> </span>atau yang lain dari wilayah-wilayah pengaruh itu.<span> </span>Misalnya, walaupun nilai rata-rata ujian siswa dari sekolah asal merupakan sebuah hasil sekolah, tetapi<span> </span>secara langsung dikalkulasi dari nilai ujian murid murid dari sekolah yang menyelenggarakan ujian itu. Maksudnya, hasil-hasil murid (<i>pupil outcomes</i>), kebanyakan sekolah-asal rata-rata menggambarkan<span> </span><i>range of distribution</i> (deret penyebaran) nilai ujian murid perorangan dalam sekolah-sekolah itu, dengan menggunakan nilai rata-rata tersebut.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Hal itu berguna untuk<span> </span>membatasi<span> </span>penggunaan istilah:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>attainment</i></b>” yaitu hasil–hasil yang menunjuk pada murid secara perorangan )</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>outcomes</i></b>” yaitu hasil-hasil yang menunjuk pada sekolah secara kolektif,)</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Juga perlu diperkenalkan dua istilah lainnya<span> </span>yang yang selalu dipakai dalam mengukur keefektifan sekolah, yaitu: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>schools</i></b>” (sekolah) dan </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>pupils</i></b>” (siswa).</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Istilah-istilah tambahan dari latar belakang siswa: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>characteristic</i></b>”: Istilah ini<span> </span>akan dipakai sebagai<span> </span>istilah yang menjabarkan karakteristik<span> </span>para siswa<span> </span>yang dihasilkan oleh sekolah.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">“<b><i>intakes</i></b>” : Istilah ini<span> </span>akan dipakai sebagai<span> </span>istilah yang menjabarkan karakteristik<span> </span>para siswa<span> </span>yang masuk perorangan ke sekolah.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-top: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>Ada<span> </span>dua istilah lagi yang selalu disadari, bila kita ingin mengetahui dan mengukur kemajuan dan kefektifan pendidikan yang diberikan oleh sebuah sekolah:</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 36pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Level sekolah.(tingkatan yang dicapai murid ketika murid telah menjalani program pendidikan di sekolah)</span></li>
<li class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 36pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Level murid (tingkatan yang dicapai murid ketika baru masuk sekolah) </span></li>
<li class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 36pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“school intakes” adalah<span> </span>perimbangan level sekolah<span> </span>atas karakteristik level murid pada titik masuknya murid<span> </span>ke sekolah. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-top: 6pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Secara ideal, semua karakteristik-status-awal dari murid-murid<span> </span>yang<span> </span>berhubungan dengan<span> </span>hasil murid berikutnya<span> </span>akan dihitung dalam menilai keefektifan sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Satuan yang lengkap dari karakteristik<span> </span>level siswa<span> </span>akan<span> </span>menunjukkan<span> </span>pada keseluruhan sebagai latar belakang karakteristik dari siswa yang masuk pada setiap sekolah.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Bagian berikut -mengenai<span> </span>penyelesaian<span> </span>hasil sekolah<span> </span>yang berkaitan dengan jumlah yang diterimanya-<span> </span>akan membicarakan<span> </span>dasar pemikiran penghitungan perbedaan dalam<span> </span>jumlah yang diterima di semua sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sebelum menilai perbedaan tingkat keefektifan antar sekolah, bagaimanapun, penting<span> </span>untuk membicarakan<span> </span>“<b><i>the range of outcomes</i></b>” yang sangat menarik ini.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">MEMPERMASALAHKAN<span> </span>UN SEBAGAI UKURAN</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Nilai yang dicapai para siswa dalam ujian-ujian negara seringkali ditetapkan sebagai sebuah ukuran yang menyolok tentang kesuksesan<span> </span>akademik sekolah dan siswa.<span> </span>Anehnya, banyak orang tidak lagi mengindahkan<span> </span>apakah setuju atau tidak<span> </span>pada hasil ujian itu sebagai basis penilaian<span> </span>keefektifan dan kemajuan sebuah sekolah, hasil-hasil ujian itu kemudian dipakai<span> </span>untuk seleksi dan penyaluran<span> </span>siswa pada kelanjutan pendidikan<span> </span>dan<span> </span>karier pekerjaannya. Keadaan demikian menunjukkan bahwa hasil ujian negara itu dianggap memiliki pengaruh pada kehidupan siswa ketika siswa itu telah tammat meninggalkan sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sebagai perbandingan dan perenungan selanjutnya dalam memajukan sebuah sekolah, mari kita berkaca kepada apa yang terjadi di negara maju sebagai sampel. Di Inggris pada tahun 1990 an, sekitar ¾<span> </span>dari seluruh siswa mengikuti ujian negara, sekurang-kurangnya satu bidang studi, sebelum mereka meninggalkan sekolah. Ujian negara ini ditarik dari dua sistem ujian<b><i>:</i></b></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i><span style="font-size: 12pt;">The General<span> </span>Certificate of Education</span></i></b></span><span style="font-size: 12pt;"> (<b><i>GCE</i></b>), dan </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Certificate of Secondary<span> </span>Education</span></i></b></span><span style="font-size: 12pt;"> (<b><i>CSE</i></b>) , </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin: 6pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Di Skotlandia yang memiliki sebuah sistem pendidikan yang berbeda, terdapat banyak homogenitas yang lebih besar, sebagian besar siswa mengikuti ujian untuk memperoleh <b><i>Scottish Certificate of Education </i></b><span> </span>(<b><i>SCE</i></b>), dan sebagian kecil mengikuti ujian yang ditawarkan Komisi Ujian Inggris GCE atau<span> </span>CSE.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Struktur ujian negara ini telah diganti oleh sistem-sistem baru. Di Sekotlandia, <b><i>The Standard Grade</i></b><span> </span>menetapkan<span> </span>sebuah sistem tiga tingkatan: ujian tingkat<span> </span>dasar, umum dan kredit, sementara itu di Inggris dan Wales ujian CSE dan GCE diganti dengan <b><i>General Certificate of Secondary Education</i></b> <b><i>(GCSE</i></b>). </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Poin pokok dari ini adalah bahwa ujian-ujian negara terus-menerus menetapkan<span> </span>visi yang tinggi dan luas yang digunakan<span> </span>sebagai <i>frame work</i><span> </span>untuk seleksi<span> </span>memasuki jenjang pendidikan selanjutnya dan karier kerja. Tentu , situasinya lebih kompleks dari itu.<span> </span><b><i>The Technical and Ocasional Training Initiative</i></b> (<b><i>TVEI</i></b>) dan<span> </span><b><i>The Substantial Amount of Education</i></b> yang<span> </span>berkedudukan sebagai sponsor dari <b><i>The Youth Training Scheme</i></b> menetapkan dua indikasi yaitu: </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 35.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">pengajaran akademik dan </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 35.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">keterampilan hidup dan kerja. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Lembaga itu sebelumnya menjadi pelindung tunggal sekolah, dan karenanya tidaklah dapat diisolasi dari lembaga-lembaga lain, hal ini tentu tidaklah sederhana ditinjau dari<span> </span>perspektif akademik. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Selain itu, aneka macam filsafat pendidikan sekolah yang<span> </span>ada di bawah Inggris harus dilihat dalam sebuah perspektif yang lebih luas. Sebuah laporan <b><i>ILEA</i></b> (Hargreaves, 1984) tentang pengembangan sekolah menengah telah mencatat<span> </span>empat domain keterampilan siswa yang telah diamanatkan kepada sekolah-sekolah</span>:<span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 35.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">.Kemampuan mengekspresikan dan memperoleh pengetahuan (<b><i>Knowledge acquisition/expression</i></b>): kapasitas mengingat pengetahuan dalil<b><i>, </i></b>untuk memilih dari pengetahuan tertentu secara tepat dalam jawaban untuk sebuah soal yang khusus, dan untuk melakukan secara cepat tanpa merujuk ke sumber informasi.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 35.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kemampuan menerapkan pengetahuan/dan meme cahkan masalah (<b><i>Knowledge application /problem solving</i></b>): Penerapan<span> </span>pengetahuan itu dia rahkan secara lebih luas kepada praktek dari pada diarahkan pada tujuan-tujuan teoritik, dan diarah kan ke dalam bentuk<span> </span>bicara lebih besar dari pada dalam bentuk tulisan.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 35.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Ketrampilan-ketrampilan<span> </span>sosial dan personal (<b><i>Per sonal and social skills</i></b>): kemampuan berkomu nikasi dengan orang-orang lain<span> </span>dalam hubungan tatap muka; kemampuan bekerja sama sebaik mungkin<span> </span>secara perorangan dengan orang-orang lain dalam suatu kempok yang diminati; inisiatif, kepercayaan diri (<b><i>self reliance</i></b>) dan kemampuan bekerja sendirian tanpa pengawasan; dan kete rampilan kepemimpinan.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 35.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Motivasi dan tanggung jawab<span> </span>(<b><i>motivation and commitment</i></b>): Keengganan untuk menerima kega galan tetapi tak berakibat destrktif.; kesiapan<span> </span>untuk bertahan gigih; kepercayaan diri untuk mempelajari tugas yang sulit sekalipun.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Pelaksanaan ujian negara yang sudah dikembangkan sedemikian rupa itu masih didapati sejumlah kritik, antara lain: </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Empat domain kemampuan siswa itu baru dimanatkan kepada sekolah dan tidak diamanatkan kepada seluruh objek seperti<span> </span>orang tua, siswa dan lembaga lain yang terkait</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Penerapnnya hanya terbatas<span> </span>pada pembelajaran di sekolah.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Basis penilaian terbatas pada hubungan<span> </span>antara<span> </span>keberhasilan yang diukur dari<span> </span>performance siswa dalam ujian negara dan hasil<span> </span>perjuangan sekolah untuk berprestasi. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><i><span style="font-size: 12pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></i><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Domain pertama, perolehan pengetahuan, sangat mungkin terrefleksikan pada penampilan siswa dalam ujian. Seperti ujian-ujian: bidang ujian tulis (yang utama) dan ujian-ujian yang berada di bawah konidisi batas waktu yang ketat dengan persyaratan bahwa para siswa memiliki sedikit sumber-sumber tambahan kemampuan<span> </span>yang tersedia pada mereka.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Ujian-ujian itu lebih menekankan pada:</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">pengetahuan dari pada keterampilan. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">kemampuan menghafal dari pada pemecahan masalah atau kemampuan-kemampuan investigasi, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">bentuk menulis dari pada bentuk bicara atau bentuk-bentuk komunikasi lainnya.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">kecepatan dari pada <b>refleksi</b>. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">prestasi yang dicapai<span> </span>perorangan dari pada prestasi yang dicapai kelompok “ (Hargreaves, 1984, h. 2).</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan kritik terhadap pelaksanaan ujian negara yang dikhususkan menilai domain kedua (kemampuan menerapkan pengetahuan dan memecahkan masalah) dan domain ketiga dan keempat:</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 21.3pt 0.0001pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Pelaksanaan ujiannya lebih sempit dari domain pertama. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 21.3pt 0.0001pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Penilaian terhadap domain ini secara<span> </span>khas lebih banyak mengkonsumsi waktu dan selalu memenuhi ujian dengan latihan-latihan praktek. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 21.3pt 0.0001pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan keahlian pada domain-domain ketiga dan keempat<span> </span>tidak dinilai secara langsung oleh ujian-ujian negara, walaupun ujian-ujian itu secara tidak langsung menilai sepajang berkaitan dengan hasil pada dua domain pertama. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Jadi dalam penilaian keefektifan sekolah yang mendasarkan pada basis performance siswa dalam ujian-ujian negara, kita hanya menyentuh gambaran parsial<span> </span>mengenai keadaan<span> </span>bahwa sekolah-sekolah itu berubah dari satu ke lainnya hanya dalam soal istilah-istilah tentang hasil. Kecenderungan untuk mempertimbangkan bahwa yang diukur berfungsi sebagai penilaian yang objektif dari sekolah, menempatkan posisi lebih berbahaya karena<span> </span>yang demikian berarti melakukan penyempitan<span> </span>seluruh kriteria penilaian keefektifan sekolah. Dan karenanya<span> </span>maka hal itu sangatlah penting.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ada</span><span style="font-size: 12pt;"> kritik lain dari Torrance (1986). Dia menampilkan sejumlah issu yang berkaitan dengan penggunaan pelaksanaan ujian sebagai sebuah basis penilaian sekolah. Keyakinan pada ketidaksetujuannya terhadap penggunaan ujian negara didasarkan pada tiga kritik:<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Angka-angka ujian lebih banyak dirancang untuk memilah-milah siswa dari pada memilah-milah sekolah. Padahal penilaian sekolah secara langsung akan berkaitan dengan perkembangan sekolah di masa yang akan datang</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Angka-angka ujian dan ukuran-ukuran tentang karakteristik latar belakang siswa tidak dapat dipercaya<span> </span>Padahal informasi yang kurang tepat akan menjual kejujuran secara cepat</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><i><span style="font-size: 12pt;">U</span></i></span><span style="font-size: 12pt;">kuran-ukuran pelaksanaan<span> </span>ujian<span> </span>dan karakteristik latar belakang siswa tidak akan terukur dengan keakuratan maksimum yang bisa dilakukan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 7.1pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Sungguhpun ada kritik semacam itu, tentu saja, bagaimanapun, hal itu tidak berarti bahwa ujian-ujian itu tidak benar menurut konteks ini.<span> </span>Sungguhpun tanda-tanda ujian yang terindikasi lebih dahulu menunjukkan<span> </span>bahwa tidak dapat mengukur semua aspek<span> </span>keberhasilan siswa, tetapi<span> </span>tanda-tanda itu<span> </span>secara relatif<span> </span>akurat dapat saja mengukur keberhasilan siswa dalam hal domain pertama yang baru dibicarakan di atas.<span> </span>Yang demikian didukung oleh kenyataan yang disimpulkan dari hasil<span> </span>penelitian yang diungkap oleh Torrance menunjukkan bahwa<span> </span>indikasi-indikasi<span> </span>yang diberikan,<span> </span>secara relatif dapat dipercaya (<b><i>reliabel</i></b>), dan bukan ditolak sama sekali. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ketidaksetujuan<span> </span>utama Torrance terletak pada usaha-usa ha<span> </span>penyamaan dan pembandingan pengaruh yang diberla kukan untuk semua daerah ujian dan untuk semua waktu.<span> </span>Dalam hal ini dia benar bahwa problem terbesar<span> </span>ada pada masalah tersebut, dan hal itu menunjukkan bahwa peneli tian-penelitian keefektifan sekolah<span> </span>butuh mencermati dae rah-daerah pelaksanaan ujian dalam keadaan bagaimana siswa mengikutinya atau menganalisa data para siswa<span> </span>di seluruh daerah-daerah pelaksanaan ujian.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Sekali lagi, telah maklum bahwa karakteristik<span> </span>yang menjadi latar belakang siswa sangat kurang memadai, tetapi bila karakteristik itu dikumpulkan dengan lebih teliti maka ukuran-ukuran itu akan menjadi bisa lebih dipercaya. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam istilah-istilah<span> </span>jargon yang digunakan dalam literatur, ujian-ujian negara itu dianggap “<i>kurikulum berbahaya</i>” . Tentu saja istilah ini tidaklah<span> </span>tepat, tetapi<span> </span>dalam batas-batas yang tinggi mungkin demikian.<span> </span>Gambaran ujian-ujian yang demikian ini akan<span> </span>lebih<span> </span>dipertinggi lagi oleh<span> </span>“<b><i>The introduction of criterion-referenced examinations</i></b>” (Pengenalan Ujian-ujian yang Merujuk pada Kriteria)<span> </span>dari pada “<b><i>The present<span> </span>norm-refrenced examinations</i></b>” (Ujian-ujian yang Merujuk pada Norma yang Berlaku).</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 35.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Pada <b><i>Criterion Referenced Examinations</i></b> nilai-nilai diberikan atas dasar beberapa kriteria yang didefinisikan ulang<span> </span>mengenai apa yang disebut sebuah jawaban yang benar, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 35.5pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">sementara dalam <b><i>norm referenced examinations </i></b>nilai-nilai ditentukan<span> </span>oleh kecerdasan jawaban-jawaban siswa dibanding dengan jawaban-jawaban para siswa yang lain.<span> </span></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Di bawah sistem <b><i>Criterion referenced </i></b>tidak ada kuota pembatasan awal tentang jumlah siswa yang bisa lulus pada setiap level,: mereka bisa, misalnya, mendapat nilai<span> </span>90 % atau<span> </span>bahkan di atasnya. Dalam sistem <b><i>norm-referenced</i></b>, di satu sisi, para penguji memiliki proporsi prosentase siapa di antara mereka yang dikelompokkan akan lulus dalam ujian, misalnya 50 %.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>“<b><i>The Standard Grade</i></b>” (Tingkat Kualitas Standar)<span> </span>yang diperkenalkan sebagai pengganti ujian berstandar<span> </span>“<b><i>Ordinary Grade</i></b>” (Tingkat Kualitas Biasa)<span> </span>di Skotlandia<span> </span>mula-mula dibangun<span> </span>di dalam bingkai kerja<span> </span><b><i><span> </span>Criterion referenced</i></b><i>, </i>walaupun berbagai penekanan telah mengurangi kesetiaannya pada cita-cita <i>Criterion Referenced</i> itu sendiri.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Kritik bahwa nilai-nilai ujian<span> </span>bisa menjadi kurang relevan terhadap evaluasi sekolah terpaku pada asumsi yang salah<span> </span>bahwa nilai-nilai itu adalah elemen satu-satunya<span> </span>atau selalu yang utama dalam banyak evaluasi yang demikian.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Hal itu juga menimbulkan issu<span> </span>kepada siapa evaluasi-avaluasi yang demikian<span> </span>ditujukan dan untuk tujuan apa evaluasi<span> </span>itu dilaksanakan.<span> </span>Tidak ada satu strategi evaluasi tunggal<span> </span>yang bisa berguna secara tepat<span> </span>untuk semua tuju an.<span> </span>Jadi penting sekali adanya<span> </span>pembatasan tujuan<span> </span>karena boleh jadi seseorang hanya ingin sekali menilai perbedaan antar sekolah<span> </span>yang<span> </span>berkenaan<span> </span>dengan<span> </span>ujian performance para siswanya. Jelasnya, penelitian keefektifan sekolah<span> </span>memiliki aturan main yang terbatas<span> </span>dalam memerankan<span> </span>pola penilaian staf, dan boleh jadi<span> </span>tidak merupakan aturan yang langsung menyentuh pola pengembangan staf. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Program-program pengembangan sekolah yang sukses di Amerika<span> </span>Serikat bagaimanapun mengandung<span> </span>sebuah atu ran pokok mengenai pengawasan dan penilaian hasil. Program-program itu telah digunakan untuk memperoleh informasi<span> </span>mengenai kemajuan akademik<span> </span>dari aneka ragam tipe siswa<span> </span>secara perorangan dalam sekolah dan umpan balik dari keefektifan strategi-strategi pengembangan khusus. Dalam konteks ini penilaian-penilaian yang demikian<span> </span>tidak diharapkan untuk mengha silkan<span> </span>sebuah<span> </span>perkiraan sederhana<span> </span>atau indeks tentang keefektifan, tetapi diharapkan untuk memproduk indikator pengaruh praktek-praktek khusus terhadap peringkat hasil (<i>range of outcome</i>). </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Semua itu akan menjadi fakta-fakta<span> </span>dalam pembicaraan berikut, bahwa idea <b><i>tentang indeks unidimensional tunggal</i></b><span> </span>yang berkaitan dengan keefektifan<span> </span>tidak dapat dipertahankan, karena<span> </span>sekolah-sekolah<span> </span>hampir semuanya memiliki keefektifan yang berbeda untuk tipe-tipe siswa yang berbeda.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ada</span><span style="font-size: 12pt;"> beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai keefektifan sekolah:</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perimbangan antara perbedaan antar sekolah perbedaan antar sektor-sektor sekolah </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perimbangan antara perbedaan antar sektor-sektor sekolah perubahan-perubahan nilai siswa di sepanjang waktu.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perimbangan antara perubahan-perubahan nilai siswa di sepanjang waktu. Dan<span> </span>perbedaan dalam sistem karena terdesak oleh keadaan-keadaan</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Sudahkah UN kita memperhatikan hal-hal semacam itu, sesuatu yang seharusnya dapat dilakukan. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;">PENGGUNAAN KEEFEKTIFAN SEKOLAH</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Luas kegunaan-kegunaan studi keefektifan<span> </span>pendidikan sekolah<span> </span>sekarang telah menjadi tak terbatas. Namun demikian hingga kini masih tetap ada sekumpulan issu teknis<span> </span>yang harus<span> </span>diajukan<span> </span>sebelum penelitian yang demikian<span> </span>bisa dilaksanakan. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Secara ideal, perbedaan dalam keefektifan antar sekolah, setelah penyesuaian<span> </span>karakteristik yang menjadi latar belakang jumlah siswa yang diterima, akan bisa diterangkan<span> </span>oleh perbedaan proses-proses sekolah, ilmu pendidikan<span> </span>dan lain-lain.<span> </span>Bagaimana pun satuan-satuan data<span> </span>yang mengandung informasi tingkatan siswa yang diperlukan tentang latar belakang dan hasil-hasil yang dicapai, tidak mengandung ukuran-ukuran yang diper lukan<span> </span>untuk mengukur karakteristik-karateristik yang res ponsip untuk memproduk perbedaan-perbedaan keefek tifan antar sekolah. Kadang-kadang, hanya studi-studi yang direncanakan secara khusus<span> </span>untuk tugas itu, seperti <b><i>The Rutter Study</i></b> (Rutter et al., 1979) dan <b><i>Inner<span> </span>London Junior School Project </i></b>(Mortimore et al., 1988)<span> </span>yang mengandung dua informasi tentang<span> </span>karakteristik-karakteristik jumlah siswa yang diterima dan karakteristik-karakteristik sekolah. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Bagaimanapun, ada<span> </span>satuan-satuan variasi data yang tersedia yang mengandung dua hal: </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Informasi<span> </span>hasil dan latar belakang siswa yang memberi kan sebuah basis<span> </span>untuk mengestimasi<span> </span>variasi itu dalam hasil sekolah setelah<span> </span>penyesuaiannya dengan<span> </span>jumlah murid yang diterima. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Estimasi-estimasi<span> </span>yang diajukan berikut didasarkan pada data tentang<span> </span>semua sekolah- menengah Skotlandia<span> </span>yang tersedia dalam Arsif Data Pendidikan Pendidikan Skotlandia<b><i>, Scottish Educational Data Archive</i></b> (SEDIA). Willms dan Cuttance (1985) sejak awal telah mengestimasi<span> </span>keefektifan sebuah sub-himpunan<span> </span>dari dua puluh satu<span> </span>sekolah<span> </span>dalam satu otoritas lokal Skotlandia, dan Gray (1986) telah menganalisa<span> </span>data yang serupa tentang empat puluh satu sekolah yang digambarkan dari<span> </span>dua otoritas lokal Inggris. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 14pt;">MENILAI KEFEKTIFAN</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam pembahasan bagian ini,<span> </span>tiga model keefektifan<span> </span>yang yang terdapat dalam literatur akan diperbandingkan.<span> </span>Hanya satu dari tiga model itu yang telah menunjukkan estimasi yang valid dan benar tentang keefektifan setelah menghitung jumlah siswa yang diterima oleh sekolah. Tiga model<span> </span>dinaksud seperti<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i><span style="font-size: 12pt;">The Standards Model</span></i></b></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i><span style="font-size: 12pt;">The School-level Intake Adjusted Model </span></i></b></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i><span style="font-size: 12pt;">ThePupil-level Intake adjusted Model </span></i></b></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;">THE STANDARDS MODEL</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 12pt;">The Satndards Model</span></i><span style="font-size: 12pt;"><span> </span>(Gray dan Hannon, 1986) adalah </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Model tabel dari persekutuan dasar yang sering terdapat di surat kabar. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Model<span> </span>yang terdapat<span> </span>di laporan<span> </span>hasil-hasil ujian<span> </span>sekolah yang ditentukan wajib oleh Undang-undang Pendidikan sebelum tahun<span> </span>1980.<span> </span></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Model ini berkenaan dengan<span> </span>performance siswa yang berlawanan dengan<span> </span>beberapa norma atau standar eksternal, kadang-kadang berkenaan dengan penampilan rata-rata seluruh siswa yang ada dalam sistem itu. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Penilaian terhadap performnace sekolah secara sendiri-sendiri atau<span> </span>per-sektor ( misalnya perwilayah sekolah)<span> </span>dilakukan dengan cara membandingkan<span> </span>penam pilan rata-rata para siswa<span> </span>di sebuah sekolah asal.<span> </span></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Penampilan sekolah dinilai<span> </span>atas dasar demokratis dan ditaruk secara kontinum, dari performance level terendah hingga level tertinggi.<span> </span>Yang ada di atas garis tengah disebut memiliki performan di atas rata-rata, dan yang ada di bawah garis tengah itu adalah penampilan yang bernilai kurang dari rata-rata.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Model ini secara fundamental dikritik karena: </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 39pt; text-indent: -21pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Tidak memadai sebagai sebuah alat penilaian keefektifan sekolah, karena kegagalannya dalam menjumlah karakter-karakter jumlah siswa yang diterima<span> </span>di sekolah (Golstein dan Cuttance, 1988). </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 39pt; text-indent: -21pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Tidak mampu mengindikasi keefektifan sekolah yang berkenaan dengan perolehan-perolehan yang dibuat oleh siswa.<span> </span>Agar supaya bisa menilai<span> </span>tingkat perolehan-perolehan<span> </span>yang dibuat oleh siswa pada setiap sekolah maka perlu<span> </span>mengontrol<span> </span>karakteristik-karakteristik<span> </span>latar belakang<span> </span>dan nilai<span> </span>utama<span> </span>para siswa mulai sejak awal masuknya mereka ke sekolah. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 7.1pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Bagaimanapun, kebanyakan alat-alat ukur<span> </span>prestasi yang cocok dengan titik awal masuknya<span> </span>ke berbagai tingkat pendidikan sekolah sering kali juga tidak cocok<span> </span>dengan tingkat di mana para siswa keluar dari tingkat pendidikan sekolah itu.<span> </span>Sebuah alat ukur<span> </span>yang menangkap secara memadai<span> </span>perbedaan keterampilan dan pengetahuan di sepanjang deretan para siswa, katakan masuknya ke pendidikan sekolah menengah,<span> </span>juga nampaknya tidak akan bisa menangkap secara memadai<span> </span>baik seluruh deret (<i>full range</i>)<span> </span>atau satu level<span> </span>keterampilan dan pengetahuan<span> </span>yang dicapai<span> </span>pada waktu siswa itu meninggalkan pendidikan sekolah menengah.<span> </span>Hal ini karena tipe-tipe pengetahuan dan keterampilan<span> </span>yang<span> </span>memberikan ciri-ciri khas (karakter) kepada para siswa<span> </span>pada aneka macam tingkatan pendidikan sekolah, tidak dapat secara mendesak diperlihatkan sebagai kumulatif (kumpulan) dalam sebuah struktur belajar yang berbentuk<span> </span>hirarkis linear.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Jadi ini nampaknya , satu ukuran tunggal<span> </span>yang cocok dengan masuknya ke beberapa tingkat pendidikan sekolah juga sensitif pada kurikulum khusus<span> </span>di mana siswa itu telah menjadi terbuka<span> </span>selama masa belajar di tingkat sekolah itu. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Untuk alasan itu, plus pertimbangan praktis, maka informasi utama mengenai hasil itu jarang tersedia untuk mengawinkan dengan data tentang hasil<span> </span>siswa dibanding teman-teman se-almamater yang keluar dari masing-amsing tingkatan pendidikan sekolah. Hal itu penting sekali untuk mengadopsi<span> </span>sebuah penyelesaian terbaik kedua bagi masalah<span> </span>penyesuian perbedaan yang terdapat dalam nilai utama para siswa<span> </span>pada waktu masuknya mereka ke setiap tingkatan pendidikan sekolah.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Penyelesaian yang diambil pada umumnya menggunakan ukuran ciri khas keahlian siswa yang telah diketahui<span> </span>untuk diasosiasikan dengan hasil yang dicapai, misalnya kelas sosial siswa dengan pendidikan orang tua, dan dimana tersedia untuk memasukkan ukuran-ukuran hasil utama<span> </span>siswa<span> </span>dalam bidang-bidang kurikulum yang se-rumpun (<b><i>cognate curriculum areas</i></b>) untuk mengontrol<span> </span>hasil yang dicapai dan alat-alat ukur<span> </span>hasil yang dicapai yang ada sekarang<span> </span>yang pada umumnya disekor<span> </span>di atas metrik yang berbeda, perbedaan antar<span> </span>dua siswa akan diajukan lebih sebagai sebuah indikasi kemajuan diban ding diajukan sebagai<span> </span>perolehan-perolehan tambahan sis wa.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Estimasi-estimasi<span> </span>mengenai keefektifan sekolah yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan itu semuanya akan diajukan<span> </span>sebagai estimasi–estimasi mengenai<span> </span><b><i>intake-adjusted</i></b>. (karakteristik<span> </span>para siswa<span> </span>yang masuk perorangan ke sekolah yang telah disesuaikan). Estimasi-estimasi mengenai perbedaan hasil sekolah<span> </span>yang telah dikemukakan baru-baru ini didasarkan atas sebuah model<span> </span>yang berisi ukuran-ukuran untuk mengontrol<span> </span>karakteristik sosial<span> </span>siswa yang terdapat dalam <b><i><span> </span>school intakes<span> </span></i></b>(jumlah karakteristik<span> </span>siswa yang diterima), tetapi bukan untuk dipakai menilai nilai-nilai dan prestasi-prestasi<span> </span>utama yang dicapai oleh para siswa (<i>prior attainments of pupils</i>). Agar supaya memberi tekanan pada kualifikasi-kualifikasi<span> </span>yang<span> </span>harus berhubungan dengan estimasi-estimasi itu, mengingat estimasi-setimasi itu hanya didasarkan pada sebuah model yang tidak me ngandung kontrol terhadap nilai utama, maka<span> </span>estimasi-estimasi itu akan diajukan<span> </span>lebih sebagai penyederhanaan<span> </span><b><i>intake adjusted school outcomes</i></b> (hasil sekolah yang disesuaikan dengan jumlah siswa yang diterima) diban ding<span> </span>sebagai estimasi-estimasi<span> </span>mengenai keefektifan se kolah. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;">SCHOOL-LEVEL INTAKE-ADJUSTED MODELS </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Model ini bercirikan:</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Menilai keefektifan sekolah<span> </span>atas dasar<span> </span>level siswa, lebih dari sekedar<span> </span>level sekolah, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Keefektifan sekolah secara individu telah diukur<span> </span>dengan tingkatan ke tingkatan performance di mana sekolah-sekolah berada, rendah atau tinggi, setelah melakukan penyelesaian komposisi sosial rata-rata dan komposisi nilai utama dari jumlah siswanya<span> </span>yang diterima (<b><i>pupil inteke</i></b>)<span> </span></span></span><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Komposisi <b><i>pupils outcome</i></b><span> </span>dan <b><i>intake</i></b><span> </span>menetapkan prediksi terbaik dari performance sekolah pada setiap level<span> </span>komposisi jumlah siswa yang diterima.</span></span><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Perbandingan antara: <b><i>The School-level Standards</i></b> dan<b><i><span> </span>Intake-adjusted Model</i></b><span> </span>tentang keefektifan<span> </span>bisa mengarah pada kesimpulan-kesimpulan yang bertentangan mengenai keefektifan sekolah secara individual.<span> </span>Sekolah-sekolah di atas garis<span> </span>pusat berpenampilan<span> </span>di atas rata-rata nasional, walaupun dikatakan berada di atas rata-rata<span> </span>menurut <i>The Standards Model</i>, tetapi dalam bidang yang gelap hingga ke samping kanan garis lurus vertikal menampilkan harapan yang rendah dalam konteks <i>The Intake-adjusted model</i>,<span> </span>dikalahkan oleh komposisi rata-rata intake mereka yang di atas.<span> </span>Secara sama, sekolah-sekolah di bawah garis pusat semuanya menampilkan rata-rata nasional yang rendah dalam konteks <i>The Standards Model</i>, tetapi<span> </span>menampilkan harapan yang tinggi (<b><i>above expectation</i></b>)<span> </span>dalam konteks <i>The Intake-adjusted Model</i>. Jika<span> </span>sekolah-sekolah itu jatuh ke dalam bidang gelap, maka ia dikalahkan oleh intakes sekolah tersebut. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><b>Gambar Diagram<span> </span><i>Standards Model</i> yang dilapiskan<span> </span>di atas </b></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><b><i>School-level Intake- ajusted Model</i></b><b><i><span style="font-size: 12pt;"></span></i></b></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="height: 31px; left: 0px; margin-left: 124px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 31px; z-index: 1;"><img height="31" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="31" /></span>Dua model<span> </span>yang menetapkan konklusi </div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">yang bertentangan mengenai keefektifan </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">sekolah<span> </span>dalam bidang gelap</span> <span> </span><span style="font-size: 8pt;">Harapan tinggi menurut</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="height: 146px; left: 0px; margin-left: 326px; margin-top: 2px; position: absolute; width: 2px; z-index: 2;"><img height="146" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" width="2" /></span><span style="font-size: 8pt;"><i><span> </span></i><span> </span><span> </span><span> </span><i>Intake-adjusted Model</i></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="position: relative; z-index: 4;"><span style="height: 130px; left: 189px; position: absolute; top: -5px; width: 261px;"><img height="130" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif" width="261" /></span></span> </div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">Rata-rata nasional yang tinggi</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="height: 35px; left: 0px; margin-left: 403px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 35px; z-index: 6;"><img height="35" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="35" /></span><span style="font-size: 8pt;">Menurut <i>Standards Model</i></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="7" width="143"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="53" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" width="348" /></td> </tr>
</tbody></table></span><i> </i></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span style="font-size: 8pt;">Harapan rendah menurut</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><i><span> </span><span> </span><span> </span>Intake-adjusted Model</i></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">Rata-rata nasional yang rendah</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">Menurut <i>Standards Model</i></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ada</span><span style="font-size: 12pt;"> beberapa alasan untuk menolak dua model di atas: </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Secara nyata, sebuah kegagalan untuk menyesuaikan<span> </span>ukuran-ukuran keefektifan sekolah dengan karakteristik para siswa<span> </span>dan pada saat yang sama menyesuaikan <i>intakes</i>nya dengan sekolah,<span> </span>menjadikannya tidak valid sebagai ukuran<span> </span>tentang nilai yang ditambahkan oleh<span> </span>seko lah yang bersangkutan, dan oleh karena<span> </span>itu<span> </span>kontradiksi-kontradiksi kesimpulan seperti yang telah ditunjuk<span> </span>dalam diagram di atas mengajak kita untuk mencari model yang lain.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sebuah model yang tidak cocok (seperti<span> </span><b><i>The</i></b> <b><i>Standards Model</i></b>) mengenai keefektifan sekolah menetapkan kepada kita sebuah estimasi tentang level absolut dari nilai rata-rata para siwa dalam sebuah sekolah, tetapi itu tidak menunjukkan<span> </span>luas kemajuan siswa pada setiap sekolah.<span> </span>Level absolut dari kinerja ini adalah produk<span> </span>banyak faktor non sekolah yang ditambahkan menjadi faktor-faktor sekolah.<span> </span>Secara khusus ia bergantung secara krusial pada<span> </span>level nilai utama para siswa dan pada saat itu<span> </span>juga ia menggantungkan intake pada sekolah, dan karena itu maka<span> </span>tidak tepat<span> </span>untuk menganggapnya sebagai sebuah ukuran langsung<span> </span>keefektifan setiap sekolah.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;">PUPIL-LEVEL INTAKE-ADJUSTED MODELS</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Jadi sejauh ini pembicaraan masih dalam konteks <i>performance</i> rata rata<span> </span>para siswa<span> </span>pada setiap sekolah, tetapi karena ada korelasi antara<span> </span>karakteristik siswa yang berasal dari faktor:</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Keturunan (<b><i>asribed pupil characteristics</i></b>)</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perolehan nilai siswa secara individual. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">maka para siswa yang karakteristik <i>background </i>berbeda<span> </span>dalam sebuah sekolah akan memiliki level perolehan nilai yang<span> </span>berbeda. Level perolehan nilai para siswa<span> </span>yang memiliki nilai utama yang tinggi<span> </span>kadang-kadang<span> </span>didapati lebih tinggi dari perolehan nilai para siswa yang berada pada level perolehan nilai yang lebih rendah. Oleh karena itu, nampaknya<span> </span>ada<span> </span>derajat turun naik<span> </span>dalam performance di sepanjang rangkaian perolehan nilai utama dalam sekolah, di samping keberadaan<span> </span>pembedaan kompoisisi <i>intake </i>antar sekolah. Demikian pula<span> </span>ada sebuah derajat turun naik yang dihubungkan<span> </span>dengan latar belakang sosial siswa di sekolah.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Dua istilah teknis,<span> </span><b><i>equity</i></b> (persamaan) dan <b><i>quality</i></b> (mutu) diperkenalkan untuk menggambarkan dimensi-dimensi keefektifan. Gambar diagram di bawah ini<span> </span>menunjukkan hubungan antara latar belakang siswa dan nilai perolehan siswa pada empat sekolah<span> </span>yang dihipotesa. Semua siswa pada sekolah A dan B tampil pada level-level yang lebih tinggi dari pada para siswa yang ada di sekolah C dan D, untuk semua level perolehan nilai utama para siswa. Jadi, tanpa memperdulikan apakah para siswa<span> </span>memiliki perolehan nilai<span> </span>utama<span> </span>yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4061422459051799803#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></span></a> mereka akan tampil<span> </span>lebih baik di sekolah A dan B dari pada di sekolah-sekolah C dan D. Ini<span> </span>mempresentasikan dimensi kualitas sekolah (<b><i>dimention of school quality</i></b>)<span> </span>dan menurut istilah-istilah teknis dapat dimodel<span> </span>sebagai<span> </span><b><i>intercept</i></b><span> </span>(penahan)<span> </span>dalam <b><i>regression equation </i></b><i>(</i>persamaan regresi<i>)</i> pada setiap sekolah.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam setiap dari empat sekolah pada gambar diagram berikut ada sebuah derajat turun naik (<i>gradient</i>) yang menggambarkan<span> </span>perbedaan performance antar siswa yang memiliki<span> </span>perolehan nilai utama yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Gradient ini akan diajukan sebagai<span> </span><b><i>Equity differential</i></b> (Sifat perbedaan dalam kesamaan) dalam setiap sekolah, dan ia dimodel<span> </span>sebagai tempat landai (slope) garis regresi<span> </span>pada setiap sekolah. Untuk keperluan analisa, sekolah-sekolah yang berada di tempat sangat miring (<b><i>steep slope</i></b>) dapat menunjukkan sebagai<span> </span><b><i>equalizing</i></b> (penyamaan), karena dalam perbandingan dengan sekolah-sekolah<span> </span>yang lain, sekolah-sekolah itu menaikan perolehan nilai para siswa yang memiliki perolehan nilai utama yang lebih tinggi<span> </span>ke yang lebih tinggi dari pada mereka yang memiliki perolehan nilai utama yang lebih rendah. Dan sekolah yang<span> </span>berada di <b><i>flatter slope</i></b> (tempat miring yang lebih tinggi)<span> </span>menunjukkan sebagai <b><i>equalizing </i></b>(penyamaan), karena sekolah ini meninggikan perolehan nilai siswa yang memiliki perolehan nilai yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang memiliki perolehan nilai utama yang lebih tinggi, lebih dari sekolah-sekolah lainnya.<span> </span>Ini tidak dimaksudkan bahwa para siswa yang berasal<span> </span>dari perolehan nilai utama yang lebih,<span> </span>tampil lebih bagus dari pada siswa yang berasal<span> </span>dari perolehan nilai utama yang lebih tinggi dalam penyamaan sekolah, hanya ingin menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan<span> </span>antar dua kelompok<span> </span>itu pada sekolah-sekolah yang telah disebutkan. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Gambar Perolehan<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>Gambar Kualitas Sekolah dg </div><div align="left" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 153pt 0.0001pt; text-align: left; text-indent: -153pt;">Nilai Siswa pada Empat <span> </span>Matrik Equity dari Empat</div><div align="left" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 153pt 0.0001pt; text-align: left; text-indent: -153pt;">Sekolah <span style="font-size: 12pt;"><span> </span></span>Sekolah</div><div align="left" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span> </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 86px; left: 0px; margin-left: 409px; margin-top: 16px; position: absolute; width: 79px; z-index: 23;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="86" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="79"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 23;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td> <div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"> <div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: center; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 6pt;">B</span></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: center;"><span dir="LTR" style="font-size: 6pt;">Kualitas </span></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: center;"><span dir="LTR" style="font-size: 6pt;">tinggi dan menyamakan</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic";"></span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="height: 86px; left: 0px; margin-left: 337px; margin-top: 16px; position: absolute; width: 78px; z-index: 20;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="86" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="78"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 20;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td> <div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"> <div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: 6pt;">A</span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: 6pt;">Kualitas tinggi dan tidak menyamakan</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 10pt;"></span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="font-size: 12pt;">a<span> </span>b<span> </span></span><span style="font-size: 8pt;">persamaan (equity)</span><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"><span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 110.5pt 0.0001pt; text-indent: 8.5pt;"><span style="height: 116px; left: 0px; margin-left: 162px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 12;"><img height="116" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image006.gif" width="2" /></span><span style="height: 117px; left: 0px; margin-left: 238px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 14;"><img height="117" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="2" /></span><span style="height: 120px; left: 0px; margin-left: 197px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 13;"><img height="120" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="2" /></span><span style="height: 66px; left: 0px; margin-left: 147px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 116px; z-index: 19;"><img height="66" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="116" /></span><span style="height: 116px; left: 0px; margin-left: 132px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 10;"><img height="116" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="2" /></span><span style="font-size: 12pt;"><span> </span></span><span style="font-size: 8pt;">Sekolah A</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 21px; left: 0px; margin-left: 140px; margin-top: 0px; position: absolute; width: 123px; z-index: 18;"><img height="21" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="123" /></span><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><span> </span>Sekolah B </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 86px; left: 0px; margin-left: 409px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 79px; z-index: 22;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="86" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="79"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 22;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td> <div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"> <div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: 6pt;">D</span></div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-size: 6pt;">Kualitas</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 10pt;"></span></div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-size: 6pt;"><span dir="LTR"></span><span> </span>rendah dan menyamakan</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 10pt;"></span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="height: 86px; left: 0px; margin-left: 337px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 78px; z-index: 21;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="86" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border: 0.75pt solid black; vertical-align: top;" width="78"><span style="left: 0pt; position: absolute; z-index: 21;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td> <div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt;"> <div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: 6pt;">C</span></div><div align="right" class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-size: 6pt;">Kualitas rendah dan<span> </span>tidak menyamakan</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 10pt;"></span></div></div></td> </tr>
</tbody></table></span> </td> </tr>
</tbody></table></span><span style="font-size: 8pt;"><span> </span>k<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 110.5pt 0.0001pt; text-indent: 8.5pt;"><span style="height: 42px; left: 0px; margin-left: 147px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 120px; z-index: 17;"><img height="42" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="120" /></span><span style="font-size: 8pt;"><span> </span>Sekolah C<span> </span>u</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><span> </span>a</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 13px; left: 0px; margin-left: 143px; margin-top: 4px; position: absolute; width: 120px; z-index: 15;"><img height="13" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image013.gif" width="120" /></span><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Sekolah D<span> </span>l</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span>i</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>t</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 132px; margin-top: 1px; position: absolute; width: 131px; z-index: 11;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image014.gif" width="131" /></span><span style="font-size: 8pt;"><span> </span>a</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin: 0cm 25.5pt 0.0001pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;">Siswa<span> </span><span> </span>siswa<span> </span>siswa<span> </span>s</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span><span> </span>lemah<span> </span>rata-rata<span> </span>unggul</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 193px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 2px; z-index: 16;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image015.gif" width="2" /></span><span style="font-size: 12pt;"><span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Istilah-istilah “advantage” (unggul) dan “disadvantage” (lemah)<span> </span>yang bersifat sosial<span> </span>sekarang diperkenalkan untuk menunjukkan<span> </span>para siswa yang memiliki nilai utama<span> </span>tinggi dan rendah, dan berikutnya siswa rata-rata secara national. Pada gambar diagram kiri garis-garis regresi untuk sekolah A dan B<span> </span>berpotongan, menunjukkan<span> </span>bahwa para siswa pada seluruh level perolehan nilai utama<span> </span>tidak menampilkan lebih baik<span> </span>di sekolah A dari pada di sekolah B, dan sebaliknya. Siswa dengan level-level lebih tinggi dalam perolehan nilai utama tampil lebih baik di sekolah A. Performance siswa<span> </span>yang diharapkan yang diberi perolehan nilai utama bergantung pada<span> </span>dua<span> </span>hal: “quality”<span> </span>(<b><i>intercept</i></b>, penahan))<span> </span>dan<span> </span>“equity” (<b><i>slope</i></b>, tempat miring) untuk masing-masing sekolah.<span> </span>Dari analisa dimensional keefektifan sekolah seperti ini memungkinkan untuk mengklasifikasi keefektifan setiap sekolah<span> </span>dalam sebuah kotak silang dua, satu berisi dimensi “quality” dan satu lagi berisi dimensi “equity”, sebagaimana terdapat pada gambar sebelah kanan. Jelas kami ingin sekali bergerak ke arah sebuah sistem yang<span> </span>di mana seluruh sekolah memiliki performance<span> </span>di atas dimensi kualitas. Bagaimanapun, apakah sekolah-sekolah<span> </span>“<b><i>equalizing</i></b>” (penyamaan) atau “<b><i>disequalizing</i></b>” (bukan penyamaan) yang ditunjuk<span> </span>akan bergantung<span> </span>penilaian dan keputusan masyarakat<span> </span>tentang tingkatan perbedaan dalam menampilkan kesesuaian yang dipertimbangkan<span> </span>antar siswa dalam level-level yang berbeda<span> </span>mengenai perolehan nilai awal.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Model kumpulan level sekolah dari bagian pertama gagal menangkap perbedaan dalam sekolah<span> </span>yang dipresentasikan oleh sifat perbedaan <b><i>kesamaan (equity) </i></b>dalam model “present pupil-level”. Sebenarnya,<span> </span>apa yang sama<span> </span>untuk memaksakan perbedaan persamaannya akan menjadi sama dalam semua sekolah. Hal ini akan dipresentasikan ulang oleh garis-garis paralel bagi empat sekolah dalam gambar gambar kiri. Jika demikian, perbedaan perolehan nilai<span> </span>bagi beberapa pasangan sekolah akan secara konstan berlaku untuk semua tipe siswa.<span> </span>Ada fakta bahwa perbedaan kesamaan<span> </span>berbeda di semua sekolah (Cuttance, 1988a; Raudenbush and Bryk, 1986), jadi,<span> </span>Model Kumpulan Level Sekolah (<b><i>the School-Level Aggregate Model</i></b>)<span> </span>nampaknya mengajukan<span> </span>estimasi yang salah<span> </span>mengenai perbedaan antar sekolah. Memaksakan perbedaan persamaan<span> </span>untuk menjadi sama<span> </span>pada semua sekolah<span> </span>secara salah berimplikasi memberi kemungkinan untuk mengikhtisarkan keefektifan sekolah<span> </span>bagi tipe-tipe siswa<span> </span>atas dasar sebuah hasil yang diberikan<span> </span>sebagai skor di atas sebuah indeks unidimensional tunggal<span> </span>(<b><i>singgle unidimensional index</i></b>).</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Bagian awal telah menunjukkan bahwa <i>the Standards Model<span> </span></i>tidak cocok untuk menilai perbedaan-perbedaan kefeektifan antar sekolah, karena ia gagal untuk memperhatikan: dari<span> </span>perbedaan intakes hingga perbedaan sekolah. Sebab dari itu adalah karena<span> </span><i>the School Level Adjusted Model</i> telah mampu menunjukkan kontradiksi<span> </span>kesimpulannya<span> </span>yang digambarkan dari<span> </span><i>the Standards Model</i>. Seperti telah ditunjukkan di atas, <i>the School Level Adjusted Model </i>juga gagal secara serius<span> </span>karena tidak menyertakan<span> </span>sifat perbedaan persamaan (<b><i>equity differential</i></b>)<span> </span>untuk membedakan seluruh sekolah. Sebagai gantinya, ia memaksakan<span> </span>tempat miring yang sama (<b><i>same slope</i></b>)<span> </span>untuk hubungan<span> </span>antara karakteristik latar belakang siswa<span> </span>dan perolehan nilai<span> </span>pada data untuk setiap sekolah.<span> </span>Hanya satu dari tiga model yang dipertimbangkan di sini untuk memperoleh sebuah pendekatan yang valid<span> </span>dalam mengestimasi kemajuan siswa<span> </span>yang dihubungkan dengan sekolah<span> </span>yang telah dipertimbangkan,<span> </span>yaitu<span> </span>model “<b><i>the Pupil-level<span> </span>Intake Adjusted Model</i></b>”. Model ini mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan antar sekolah<span> </span>dalam kaitannya dengan karakteristik siswa hingga perolehan nilainya. Hanya penelitian-penelitian Inggris yang telah menggunakan model ini untuk menilai variasi keefektifan antar sekolah, yaitu Aitkin dan Longford (1986) dan Gray (1986, Mortimore (1988) dan Willms dan Cuttance (1985). Penelitian yang dilakukan oleh<span> </span>Marks dan Pomian-Srzednicki (1985), Marks (1983) Gray dan Jesson (1987) tentang perbedaan hasil antar<span> </span>LEA yang menggunakan <i>the school adjusted model</i> yang telah disebut di atas bahwa tidak efisien, tetapi penelitian-penelitian mengenai perbedaan-perbedaan<span> </span>otoritas lokal<span> </span>dilaporkan oleh Wilms (1987) dan oleh Cuttance (1988) keduanya didasarkan pada <i>the pupil-level adjusted model</i>.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Kekurangan-kekurangan <i>the standards model</i><span> </span>dan <i>the school-level adjusted model</i> membawa pada analisis-analisis<span> </span>yang mengarahkan estimasi variasi antar perbedaan sekolah ke berbagai sektor. Variasi antar sekolah bisa menjadi pemikiran mengenai,<span> </span>seperti model sektor sederhana <span> </span>dengan semua sekolah yang memiliki satu sektor, sementara<span> </span>penetapan sekolah-sekolah pada LEA mereka adalah<span> </span>sebuah pensektoran<span> </span>sistem yang didasarkan pada struktur administratif sistem sekolah. Kriteria lain untuk membagi sistem ke berbagai sektor<span> </span>kepentingan khusus telah memasukkan<span> </span>sektor-sektor pilihan versus sektor-sektor komprehensif (Steedman, 1980, 1983; Gray, 1983; McPherson dan Willms, 1987), Sekolah Katolik versus sekolah-sekolah sekuler dan sektor-sektor<span> </span>yang didasarkan pada periode di mana sekolah-sekolah itu ditetapkan, pilihan sekolah<span> </span>dan tipe-tipe<span> </span>komunitas yang telah mereka hidangkan (Cuttance 1988b) dan sekolah pemerintah versus sekolah-sekolah swasta (Coleman 1983; Colman dan Hoffer, 1987).</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Analisis-analisis yang<span> </span>dikemukakan berikut mengilustrasikan<span> </span>penggunaan <i>the pupil–level adjusted outcome model</i> pada pengestimasian perbedaan keefektifan antar sekolah, dan penggunaan pengklasifikasian<span> </span>sistem pada sektor-sektor<span> </span>yang mengurai secara berkaitan<span> </span>tingkatan pilihan-pilihan sekolah dan tipe-tipe komunitas yang mereka sediakan. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;">KESIMPULAN</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Untuk menilai sebuah sekolah efektif atau tidak, unggul atau tidak, maju atau tidak maka diperlukan:</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data perbedaan hasil (outcome)<span> </span>antar sekolah dan antar sektor sekolah.<span> </span></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data tentang kemajuan<span> </span>yang melintasi sistem<span> </span>dari setiap teman seangkatan yang masuk.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data tentang faktor-faktor khusus yang berpengaruh<span> </span>sebagian periode<span> </span>yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data tentang faktor-faktor sistem<span> </span>yang diberikan sepanjang periode yang mungkin saja ada perbedaan dalam penerapannya.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data yang berupa nilai prestasi akademik</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data tentang karakteristik sosio-ekonomis<span> </span>keluarga siswa yang meliputi:. ukuran status sosio-ekonomis, level nilai pendidikan ibu siswa,<span> </span>dan jumlah anak dalam keluarga. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data hasil analisis mengenai tipe-tipe sekolah yang bisa dipergunakan untuk membagi sistem sekolah ke berbagai sektor. Sebagai contoh analisis yang disajikan berikut mengklasifikasi sekolah sesuai tingkat selektivitas menurut<span> </span>jumlah siswa yang masuk ke sekolah dan menurut tipe masyarakat yang mereka layani.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data perbedaan jumlah siswa untuk setiap sekolah, yang demikian mempengaruhi nilai level siswa secara perorangan. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Mempertimbangkan sistem yang dipakai oleh sekolah, misalnya:</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum dengan masa studi enam<span> </span>tahun dengan jumlah siswa yang masuk tanpa disaring.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum dengan masa studi enam tahun dan<span> </span>memiliki sejumlah siswa yang masuk dengan melalui seleksi</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum dengan masa studi enam tahun dan memiliki sejumlah siswa yang masuk tanpa seleksi, tetapi telah melalui satu, dua, tiga atau empat tahun sekolah sebelumnya.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum dengan masa studi enam tahun dan memiliki sejumlah siswa yang masuk melalui seleksi, tetapi telah melalui satu, dua, tiga atau empat tahun sekolah yang<span> </span>dilalui sebelumnya.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum yang menerima setelah melalui saringan dari ujian negara dan lembaga-lembaga indepemnden. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah pembantu<span> </span>berupa kursus singkat</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah menengah umum dengan masa studi enam tahun yang menggunakan ujian seleksi penerimaan<span> </span>atau transfer dari sekolah pembantu berupa kursus singkat pada akhir tahun ke dua atau keempat dari masa belajar di sekolah menengah</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>h.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sekolah-sekolah lain. Ia merupakan kelompok sekolah kecil yang tidak bisa dikelompokkan berdasarkan kriteria di atas.</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Data hasil analisis mengenai tipologi sekolah yang harus dibedakan antara tiopologi yang satu dengan lainnya, misalnya:</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Daerah pedesaan, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kota</span><span style="font-size: 12pt;"> kecil baru, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kota</span><span style="font-size: 12pt;"> kabupaten kecil, </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kota</span><span style="font-size: 12pt;"> kabupaten besar dan </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Penduduk kota besar (Cuttance, 1988b)</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> NB: Dipresentasikan Pada Seminar Pendidikan Disampang pada, tanggal 1 september 2005</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><b><span style="font-size: 20pt;"></span></b><span style="font-size: 12pt;"></span> <div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="height: 101px; left: -1px; position: relative; top: 13px; width: 374px; z-index: 36;"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="0" width="0"><br />
</td> <td width="47"><br />
</td> <td width="291"><br />
</td> <td width="36"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="2"><br />
</td> <td align="left" colspan="3" valign="top"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="10"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="76"><br />
</td> <td><br />
</td> <td align="left" valign="top"></td> </tr>
</tbody></table></span><span style="font-size: 12pt;"> </span></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="35" width="827"><br />
</td> <td width="15"><br />
</td> <td width="183"><br />
</td> <td width="14"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="85"><br />
</td> <td align="left" colspan="2" valign="top"></td> </tr>
<tr> <td height="19"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="99"><br />
</td> <td><br />
</td> <td align="left" colspan="2" valign="top"></td> </tr>
</tbody></table></span><b><span style="color: blue; font-size: 14pt;"> </span></b></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><b><span style="color: grey;"><span> </span></span></b><b><span style="color: blue; font-size: 12pt;"></span></b></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="57" width="630"><br />
</td> <td width="197"><br />
</td> <td width="199"><br />
</td> <td width="206"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="114"><br />
</td> <td><br />
</td> <td align="left" valign="top"></td> </tr>
<tr> <td height="28"><br />
</td> </tr>
<tr> <td height="230"><br />
</td> <td align="left" colspan="3" valign="top"></td> </tr>
</tbody></table></span><b><span style="font-size: 11pt;"> </span></b></div><div><br clear="all" /> <hr align="right" size="1" width="33%" /> <div id="ftn1"> <div class="MsoFootnoteText" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4061422459051799803#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic";"> </span><span style="font-size: 8pt;">Van der Wolf, J.C. (1984<b><i>) Schooluitval: een Empirisch OnderZoaek Naar de Samenhang Tussen Schoolinterne Factoren en Schooiuitval in Het Regulier Onderwijs</i></b>, Lisse: Swets & Zeitlinger</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic";"></span></div></div></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-31396434893368093892011-02-06T16:41:00.001+07:002011-02-06T16:43:26.084+07:00REORIENTASI PENGEMBANGAN MADRASAH<div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: left;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><span style="font-size: 11pt;">Oleh: H. Drs. Syarqawi Dhofir M.Pd.</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black;"><br />
</div><ol start="1" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal"><span style="font-size: 11pt;">Deskrispsi Singkat Keadaan Madrasah </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Hanya sedikit madrasah yang dikelola oleh Pemerintah dan organisasi ke-islam-an. Kebanyakan dimiliki oleh keluarga kiai. Walaupun di setiap keluarga pemilik madrasah itu berdiri <span> </span>yayasan dan badan hukum lainnya tapi tak fungsional. Eksistensinya sekedar memenuhi kebutuhan persyaratan formal legal, lebih-lebih bila bersentuhan dengan urusan birokrasi di pemerintahan. Kepemilikan demikian, menjadikan madrasah sebagai asset yang diwariskan kepada banyak keturunan kiai. Kasus tanah masjid dibagi-bagi, lokasi madrasah dikelompok-kelompokkan dan lainnya telah kerap terjadi di lingkungan di dunia madrasah. <a name='more'></a><span> </span>Ada resiko lain dari keadaan semacam itu, partisipasi masyarakat berkurang, dan kepercayaan masyarakat menipis. Padahal kemajuan sebuah amat bergantung pada besarnya partisipasi komunitaspendukungnya. <span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Kekuasan atas madrasah lebih banyak bersumber dari hereditas (keturunan, nasab) dan refernsi (tetesan wibawa leluhur) , bukan <i>expertice</i> (keahlian). Kalau pengelola secara kebetulan memiliki keahlian, maka madarasah dapat beroperasi dan berkembang layak. Bila tidak, maka akan terjadi sebaliknya. Akibatnya kemajuan madarasah lebih dideteminasi oleh “permainan judi nasib”, bukan oleh “ibadah ikhtiyar yang sistemik”. Resiko yang ditanggung dan harus dibayar adalah “kemanjaan prilaku” keluarga kiai. Oleh masyarakat tradisonal yang tertutup di tempo dulu, kemanjaan prilaku semacam itu masih dimakfu dan ditoleransi, bahkan disikapi dengan sikap yang respektif. Tapi di zaman sekarang bila tetesan wibawa ternyata tak merefleksikan charisma seperti<span> </span>leluhurnya, maka lambat laut kepercayaan itu menipis dan akhirnya menimbulkan sikap kontraproduktif. </span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Kaderisasi kepemimpinan madrasah lebih tertutup, hanya berlaku dalam lingkaran keluarga. Keadaan demikian menutup peluang bibit-bibit unggul yang dilahirkan oleh komunitas madrasah. Biasanya kebijakan kaderisasi diambil dan dikuasai oleh kiai dalam kapasitasnya sebagai “ayah” bukan <span> </span>“manajer” atau <i>leader</i> madrasah. Manajemen madrasah pada gilirannya mengekspresikan prilaku manajamen <i>one man show</i>, bukan perilaku yang mencerminkan kekuatan yang dari lahir dari kearifan kelompok. Kalau kebetulan kiai itu cukup kuat, maka refleksi yang terpantulkan adalah sikap diam yang pada gilirannya melahirkan “massa yang diam”, tetapi tak menutup kemungkinan meledak menjadi dari protes hingga demonstrasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Kurikulum madrasah sejak SKB tiga mentri zaman Daud Yusuf hingga sekarang tak mengalami perubahan prinsip kecuali memberi peluang berupa kurlok (kurikulum lokal). Madrasah dengan komposisi kurikulum yang ada sekarang menempatkan diri sebagai sekolah yang kurang jelas bentuknya atau mungkin tanpa bentuk. Apakah madrasah itu sekolah kejuruan atau sekolah umum. Dalam banyak ujian yang dislenggarakan secaranasional, lebih bila berkaitan dengan ujian masuk perguruan tinggi, standar tes yang didigunakan adalah sekolah umum. Bisakah bersaing ? Kalau ada satu dua murid atau siswa yang mampu bersaing, itu hanyalah informasi kasus, bukan produk dari sebuah kurikulum. Belum lagi dipersoalkan pada masalah prototype produk yang diinginkan, apakah kurikulum itu mampu menciptakan prototype<span> </span>produk itu untuk pencapaian tujuan institusionalnya? Atau malah belum punya deskripsi riil tentang profil alumninya ? <span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Jumlah madrasah di pedesaan melampaui jumlah sumber inputnya. Tidak heran bila madrasah tertentu memiliki murid dan siswa yang kecil. Kalau saja manajemen proses pendidikan berlangsung baik, sudah tentu situasi itu, <span> </span>menjadi peluang yang sangat baik untuk melahirkan kualitas. Situasi empirik yang ada justru melukiskan keadaan yang sebaliknya. Persaingan merebut calon murid yang tak sehat, laporan jumlah murid yang palsu hanya sekedar memperoleh dana BOS yang lebih besar, ketidakberdayaan mensejahterakan guru dan karyawan, dan lainnya. Yang demikian<span> </span>terjadi karena banyak keturunan<span> </span>kiai setelah kiai sepuh meninggal mendirikan madarasah baru secara berdekatan di lingkungan kharisma ayahnya, dan tidak memilih kerja sama membangun kekuatan yang lebuh besar. <span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Mayoritas guru madrsah menjadikan pekerjaan keguruannya hanyalah sebagai sambilan, bukan pekerjaan utama, apalagi profesi yang professional. Ada yang sekedaar balas jasa kepada kiai, ada karena tetangga madrasah, ada pula yang sekedar mencari tambahan penghasilan. Pendek kata, rata-rata tak memiliki motivasi professional yang diperlukani <span> </span>seorang <i>mujahid tarbiyah</i> (pejuang di bidang pendidikan). Masalah keguruan di madrasah hanya selalu bergelut pada soal-soal kerajinan guru mengajar. Sudah soal kerajian guru mengajar adalah soal penting, tapi masalah demikian mestinya dialami oleh sekolah-sekolah yang baru satu dua tahun berdiri, bukan oleh madarasah yang sudah berusia puluhan tahun. Kompetensi, sifat dan watak keguruan, pengembangan kepribadian dan keahlian guru, peningkatan kesejahteraan, kesiapan dan persiapan guru, dan banyak lainnya masih merupakan sesuatu yang elit di madrasah.</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Lingkungan sosial madrasah, rata-rata masyarakat pedesaan yang sangat minus sarana penunjang yang bisa ikut mengambil bagian dalam pengembangan kualitas pendidikan madrasah. Baik dukungan financial dan sarana, idea dan pemikiran, kemampuan menghubungkan kepentingan madrasah dengan dunia lain, tenaga terampil, maupun kemampuan mengontrol madrasah. Lima hal sangat penting dimiliki oleh komunitas madrasah. <span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 11pt;">Dan masih banyak potret lainnya yang melukiskan “kesenduan” madrasah yang memprihatinkan kita semua. Tapi penulis batasi pada soal-soal yang menonjol itu mengingat keterbatasan kita. Sertidaknya dari situ kita mengetahui bahwa madrasah kita dirundung oleh problema-problema substansial <span> </span>sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><ol start="1" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Soal kepemilikan madrasah.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Soal manajemen kekuasaan </span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Soal kaderisisasi kepemimpinan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Kurikulum</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Sumber input</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Guru dan semua aspeknya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Partisipasi Masyarakat Pendukung Madrasah. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">B. REORIENTASI </span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;"><span> </span><span> </span><span> </span></span></div><ol start="1" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Orientasikan dari kepemilikan keluarga ke asset Ummat</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Ada</span><span style="font-size: 11pt;"> sejumlah alasan mengapa perlu diaorientasikan kepemikian madrasah dari keluarga menjadi asset ummat:</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Masyarakat yang semakin demokratis menuntut keterbukaan, dan keterbukaan menuntut akuntabilitas pada penyelenggaraan kepentingan ummat, termasuk pendidikan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Partisipasi masyarakat yang berupa dukungan sarana dan dana, nasehat dan pemilikiran, tenaga keahlian dan fisik, penjembatan kepentingan madrasah pada dunia luar, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan hanya terjadi kalau madrasah menjadi asset ummat dan bukan kekayaan pribadi atau keluarga.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Madrasah bisa terhindar dari pemecahan akibat terjadi pewarisan dari kiai keketurunannya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="2" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Orientasikan Kekuasaan dari referensi dan hereditas ke expertice dan kealiman</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Ada</span><span style="font-size: 11pt;"> sejumlah pertimbangan mengapa kekuasaan perlu diorientasi ke expertice (keahlian) dan kealiman:</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Hereditas dan referensi usianya terbatas dan keabadiannya amat tergantung pada apakah keturunannya bisa membawa charisma seperti leluhurnya atau tidak.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Hereditas dan referensi menyuburkan kehidupan gaya feodalisme, sesuatu yang sangat ditentang oleh masyarakat yang sudah melek dan terbuka. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Dari sejumlah sumber kekuasaan (legalitas, kharisma, reward dan kebijakan yang bersifat kursif, referensi) hanyalah expertice dan kealiman yang lebih berdaya fungsi dan lebih tahan lama serta lebih direspeki secara menyeluruh.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;"><span> </span></span></div><ol start="3" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Dari kaderisasi kepemimpinan tertutup ke terbuka, dan dari kekeluargaan ke acuan sitem. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Selain orientasi demikian sangat Islami, artinya sejalan dengan syariat agama, juga ada sejumlah keuntungan:</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Menumbuhkan “istibaqul khair” (daya kompetitif) yang meluas ke semua komunitas madrasah. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Bibit unggul di luar lingkaran keluarga bisa menjadi asset madrasah yang penting dalam ikut serta memberi andil pada kemajuan madrasah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Keadilan dan kebersamaan yang menjadi cita-cita Islam dan merupakan anjarannya yang paling menonjol yang membedakan dengan agama dan budaya lainnya, akan teraplikasikan. Ajaran yang hukumnya wajib ain ini akan menemukan ruang yang untuk membuktikan kebenarannya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="4" style="color: black; margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Mengembalikan kurikulum madrasah pada <span> </span>tujuan institusional sejarah pendiriannya dan menyelaraskan dengan kepentingan nasional sebagai format kebutuhan kekinian ummat Islam Indonesia. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Ada</span><span style="font-size: 11pt;"> sejumlah alasan mengapa kurikulum madrasah perlu dirorientasi kembali pada tujuan institusionalnya:</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Sejaran pendirian madrasah erat sekali dengan kepentingan penyebaran ajaran Islam. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Konsekwensi logisnya, profil kepribadian muslim sesuai tingkatan usia, harus juga menjadi profil utama alumni madrasah. Untuk kepentingan hal tersebut maka kurikulum harus dikemas sedemikian rupa, dan sudah tentu tidak melupakan kepentingan link and match dengan kebutuhan ummat Islam Indonesia sekarang dan esok. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 11pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 11pt;">Tindaka</span></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-size: 11pt;"><span dir="RTL"></span><span> </span><span> </span></span><span style="font-size: 11pt;">dapat disebut sebagai mengembalikan jati diri madrasah ke habitatnya semula setelah mengalami banyak intervensi pihak luar</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-size: 11pt;"><span dir="RTL"></span><span> </span><span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-24176466490260041142011-02-06T16:39:00.000+07:002011-02-06T16:39:24.843+07:00BEBERAPA CATATAN PENTING TENTANG MODEL MULTIVEL<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<span style="font-size: 12pt;">Oleh: Syarqawi Dhofir </span> <div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;">Data multi level<span> </span>adalah data yang berstruktur secara hierarkis misalnya data tentang status ekonomi, sosial, sikap terhadap PR, jenis kelamin dan etnis dari setiap<span> </span>siswa. Data itu dikumpulkan untuk menemukan keefektifan sekolah dan pengaruhnya pada keberhasilan siswa dan sekolah.</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;">Model multilevel dikembangkan untuk menganalisis data yang berstrukutur secara hierarikis. Setiap hierarkis terdiri dari level-level bertingkat. Level mikro (siswa)<span> </span>dan makro (sekolah). Level makro (sekolah)<span> </span>mengacu</div><a name='more'></a> pada kelompok dan konteks. Tujuan analisis multilevel<span> </span>adalah membuat prediksi dan mengurai hubungan-hubungan yang ada.<br />
<div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;">Model kontekstual digunakan untuk menganalisis data mikro (siswa) dan makro (sekolah). Contoh kasus siswa (mikro) yang bermuara pada sekolah (makro).<span> </span>Ia adalah model regresi<span> </span>(model mundur) yang berisi dua jenis variabel: variabel level individual dan variabel konteks agregat (kelompok) seperti mean/median kelompok. Pada literatur hanyalah analisis agreasi<span> </span>dengan varibel konteks agregat saja yang dianggap sebagai model kontekstual </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><b>Model Multivel berkeyakinan</b>: </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Model linear terpisah (level I) pada masing-masing konteks harus dicocokan</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Setiap kontek memiliki variabel penjelas dan hasil yang sama, tetapi koefisien regresinya berbeda.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Model itu dihubungakan bersama<span> </span>oleh level II. Koefesian regresi drai model level I diregresi pada variabel penjelas level kedua. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><b><i>Contoh dari Kreft dkk (1995)</i></b></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;">Data tentang pekerja di 12 industri</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Individu (variabel dari level I)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">pendidikan (variabel penjelas0</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">penghasilan (Variabel respon)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Tipe industri, swasta/negeri (variabel dari level II)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Analisis </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">pada level pekerja perorangan menghasilkan ada hubungan positif<span> </span>antara tingkat pendidikan dan penghasilan.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">pada level industri, lebih tinggi (level 12 industri) menghasil hubugan negatif antara tingkat pendidikan dan penghasilan.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Analisis pada level industri<span> </span>menggunakan pengukuran agregat (rata-rata tingkat penddidikan<span> </span>dari industri sebagai variabel penjelas<span> </span>dan rata-rata penghasilan sebagai respon).</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Kesimpulan: Analisis pada berbeda pada level berbeda<span> </span>pada hirarki menghasilkan hasil yang berbeda</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><b><i>Contoh Riset Keefektifan Sekolah (Oleh Cronbach dan Webb 1975, Burstein dkk 1978, Aitkin dan Longford 1986) </i></b></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Subjek Pengukuran: guru, sekolah dan siswa</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Problemanya: Bagaimana struktur organisasi sekolah berpengaruh pada kinerja siswa, dan bagaimana karakteristik guru (IQ dan gaya mengajarnya) berpengaruh pada pembelajaran siswa?</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Asumsi: Guru dan siswa yang berbeda adalah perlakuan yang berbeda.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Metode dan Pendekatan: a. Psikologi eksperimen dan<span> </span>b. analisis Covarian.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Kesimpulan: </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Penggunaan metode tersebut bermasalah.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Tapi sungguhpun demikian masih mungkin dilakukan.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Tetapi penggunaannya secara spesifik tidak bisa digunakan sebagai model langsung.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;">Beberapa istilah teknis yang penting</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Korelasi antar kelas</i></b> adalah suatu ukuran tingkat ketergantungan individu pada kelas. Dalam riset keefektifan sekolah mengasumsikan:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><span> </span>Siswa berkaitan dengan sekolah. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Siswa<span> </span>pada sekolah yang sama dibandingkan dengan siswa pada sekolah yang berbeda<span> </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR">Semakin sering individu berbagi pengalaman dalam suatu ruang dan waktu di sekolah maka akan semakin mendekat pada keserupaan.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Koefisien tetap dan acak</i></b>. Dalam konteks model linear diterapkan pada tiga: </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>efek acak/tetap (random/fixed)</i></b></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>variable acak/tetap</i></b></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 36pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>koefisien acak/tetap</i></b></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-right: 14.4pt; text-align: justify; text-indent: 3.6pt;">ini digunakan pada riset eksperimen. Semua anggota kelompok dan perlakuannya dilibatkan. Data dianalisis dengan analisis varian (analisis yang berbeda-beda). Contoh eksperimen program pencegahan obat di sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah itu tak sederajat (sampel acak). Efek prpgram pencegahan pada sekolah diasumsikan sebagai efek acak. Dan karena itu maka efek perlakuan akan dianggap acak pula. Ini untuk kepentingan mengeneralisir seluruh populasi hatta pada sekolah yang tak dikenai perlakuan. </div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Variabel acak</i></b><span> </span>adalah variabel dengan nilai-nilai<span> </span>yang dipilih dari<span> </span>distribusi probabilitas. Nilai yang diharapkan adalah mean. Dan variannya adalah diketahui dan tak diektahui. <b><i>Variabel tetap</i></b> adalah variabel dengan nilai-nilai yang sudah diketahui. Seperti jenis kelamin.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Koefisien acak</i></b> adalah koefisien<span> </span>yang mengasumsikan nilai-nilai yang terdistribusikan sebagai probabilitas.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Interaksi lintas level</i></b> adalah interaksi<span> </span>antar variabel yang diukur pada level yang berbeda pada data yang terstruktur secara hierarkis.: Misalnya Hubungan sifat murid dengan cara guru memandang gender.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 18pt 0.0001pt 0cm; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span><span>6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="LTR"><b><i>Prediksi aktual</i></b> adalah prediksi yang dapat dicek pada realitas. <b><i>Prediksi Virtual</i></b> adalah prediksi yang tidak dapat dicek pada realitas. Contoh: pengaruh status sosial orang tua pada kesuksesan belajar anaknya. Kenaikan satu poin status berarti kenaikan satu poin kesuksesan, ini prediksi virtual, dan karenanya perlu dilacak lagi pada kenyataan sehingga menjadi prediksi aktual. </span></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-41595405047014980832011-02-06T16:31:00.001+07:002011-02-06T16:38:06.303+07:00Kiai Idris<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;">Oleh: Sarqawi Dhofir</span></span><b><span style="font-size: 14pt;"> </span></b><br />
<h1 dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Tipe Wanita Ideal K. Idiris</span></b></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Seorang nenek cukup umur, asal desa Prenduan datang bersilaturrahim kepada Kiai Idris. Di desanya, nenek yang bernama Ny. Salma itu dikenal sebagai tokoh adat masyarakat Prenduan. Disebut tokoh adat, karena nenek itu selalu mengetuai setiap rangkaian upacara perkawinan, dari mencari jodoh, peminangan hingga ke perkawinan.<a name='more'></a> </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Melihat Kiai Idris belum kawin, nenek yang terkenal dalam soal “kawin-mengawinkan” itu, secara spontan bertanya, “Pak Kiai, “ katanya minta perhatian, “Apakah Pak Kiai tak mau kawin?” Pak Kiai Idris sambil tersenyum tak segera menjawab. Kembali Sang Nenek menghujani pertanyaan berikutnya, “Kalau Pak Kiai suka, saya akan mencarikannya, tapi beri tahu dulu, wanita seperti apa yang diinginkan oleh Bapak Kiai?”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Sederhana Nyi Salma, cukup dua syaratnya”, Jawab Pak Kiai sambil berpikir.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Apa itu ?”, sambut Nyahi Salma keburu ingin tahu, dengan perasaan akan mendapat kebanggaan bila bisa membantunya</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Yang pertama, wanita itu <b><i>dingin di hati</i></b>, (<i>cellep e ateh</i> = bhs Madura). Kedua, wanita itu <b><i>dingin di mata (</i></b><i>lebur eabas<b>)</b></i>”, kata Pak Kiai yang masih muda itu, sambil tersenyum. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Wah, pendek tapi sulit juga ya mencarinya”, komentar Nyahi Salma.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Lalu bagaimana dengan anda, mencari yang seperti apa?</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><b>Isteri Pertama dan Kedua Kiai Idris</b><span style="font-size: 12pt;"></span></h2><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Ketika seorang muridnya ada yang hendak melangsungkan perkawinannya, Bapak Kiai Idris berkumpul bersamanya, ditemani oleh guru-guru TMI pada tahun-tahun 70an. Beliau ingat pada peristiwa ketika mengalami malam pertama bersama Isterinya, Nyahi Zaratul Wardah BA. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Kamu nanti kalau sudah bertemu dengan isterimu, apa yang harus kamu lakukan pertama?” tanya beliau kepada temanku yang akan kawin.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Seseorang nyelentuk, “Wah kalau dia itu langsung <i>to the point</i>, ” katanya sambil melawak. Spontan orang-orang yang mendengar saat itu menyambutnya dengan geer.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Sambil malu-malu, ustadz Fadli yang saat itu diperolok-olok, rupanya tidak kehilangan semangatnya untuk kembali menseriusi pertanyaan beliau. “Kalau Pak Kiai sendiri dulu apa yang dilakukan pertama?” kata Fadli seakan-akan minta fatwa dan nasehat perkawinan.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Yang pertama kamu harus katakan kepada isterimu adalah soal yang berkaitan dengan memperkenalkan kepribadianmu. Terutama yang jelek, supaya mudah nantinya terjadi <i>tafahum</i>, saling pengertian. Kemudian tentang prinsip-prinsip hidup yang ingin ditegakkan dalam keluargamu. Dulu ketika akad dan acara walimah usai, kalimat pertama yang saya bisikkan kepada isteri saya adalah, <i>kamu akan saya jadikan istri saya yang kedua</i>. Istri saya kaget. Sebelum sempat bertanya, saya lanjutkan, <i>Istri pertama saya adalah perjuangan, dan kamu adalah istri saya yang kedua</i>” </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h3 dir="LTR">Sebelum Minta Maaf Sudah Saya Maafkan<span style="font-size: 12pt;"></span></h3><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Seorang santri dikembalikan oleh Kiai Idris tanggung jawab pendidikannya kepada orang tuanya. Di kalangan santri “dikembalikan tanggung jawab pendidikannya” sama dengan diusir dari pondok. Selain karena santri itu telah berkali-kali mencuri juga karena sudah berkali-kali ditegor, dibimbing dan dibina, namun tetap tak mengalami perubahan. Khawatir penyakitnya menyebar kepada santri-santri lain, Kiai Idris melakukan tindakan bijak tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Dengan perasaan sebagai seorang pahlawan yang gigih yang bisa menyelamatkan, dengan gagah sang paman dari santri itu datang kepada Bapak Kiai. Setelah mendengar penjelasan dari Bapak Kiai tentang pengembalian tanggung jawab pendidikan ponaannya, sang paman menjawab, “<i>Bapak Kiai, mengapa anak itu tidak bisa dimaafkan, Tuhan saja Maha Pemaaf dan Maha Pemberi Maaf jika hamba-Nya mau bertaubat dan minta maaf </i>?”.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Kiai Idris dengan tegas dan nada yang memukau pendengarnya menjawab, “Sebelum sampean datang untuk memintakan maaf ponaan sampean, sudah saya maafkan, dan bahkan saya do’akan semoga anak itu segera kembali ke jalan yang benar.” Selanjutnya beliau berkata, “Kalau saya kembalikan tanggung jawab pendidikannya, itu semata karena saya ingin menyelamatkan santri-santri lain yang lebih banyak. juga karena saya sudah merasa tak mampu lagi mendidiknya.”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Kemudian beliau sambil mencucurkan air mata mengatakan, “Tapi bagaimana pun dan sampai kapan pun juga, anak itu tetap anak saya, santri saya, dan bagian dari keluarga besar Al-Amien.” </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 14pt;">Tidak Keluar Cuma Pindah Tempat</span></b><b><span style="font-size: 12pt;"></span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Karena persoalan yang menumpuk, persoalan spele bisa menjadi penyulutnya. Akhirnya, KH. Jamaluddien Kafie, salah seorang anggota Majlis Kiai Pondok Pesantren Al-Amien pamit dan mohon diri dari Al-Amien. Semua barang-barang beliau telah diangkut sebelumnya dari perumahan guru Al-Amien ke rumah beliau di Prenduan. Ini adalah klimak dari problem yang diperselisihkan itu. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“<i>Pak Jamal ‘kan tidak akan keluar dari Al-Amien, cuma mau pindah tempat</i>” , kata Kiai Idris, datar tapi mantap dan lembut</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Almarhum Bakir Hasan, teman seperjuangan KH. Jamaluddien Kafie dan KH. Idris di Al-Amien ketika masa-masa awal perintisan TMI Al-Amien, ketika diberitahukan jawaban K. Idris tersebut, merasa kaget dan secara spontan berkata, “<i>Itu yang beliau katakan, subhanallah, masih muda tapi beliau sudah bisa berlapang dada seperti itu</i>” Kemudian menggelengkan kepala dan terpekur cukup lama. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><h3 dir="LTR">Memilih Karena Istri<span style="font-size: 12pt;"></span></h3><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Di acara “Selasaan”, nama rapat mingguan anggota Majlis Kiai Al-Amien dan Majlis A’wan, seorang anggota Majlis berkata, “<i>Kalau saya secara pribadi memilih SBY, pilihan itu sudah mantap. Pertama karena istri saya pengurus PBB. Dan PP PBB telah menyerukan memilih SBY, kalau saya memilih yang lain, saya bisa bertengkar dengan keluarga</i> <i>dan……….”</i></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Mendengar itu KHM Idris berkata, “<i>Saya tidak mempersoalkan pilihannya, silahkan pilih siapa saja yang disukai. Tapi sebagai seorang kiai, apalagi kiai Al-Amien, memilih karena istri itu kurang pantas. Seharusnya kita ini memilih pertama karena Izzil Islam (kejayaan Islam) baru kedua demi kaum muslimin. Untuk Islam itu artinya untuk Allah dan kaum muslimin artinya untuk ummat. Karena bagaimanapun memilih presiden itu ibadah yang dipertanggung-jawabkan kepada Allah”. </i>Lalu <i> “Terlalu naif kalau memilih sekedar karena istri</i>”, tegasnya kembali. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 4cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-78737758090589920062011-02-06T16:26:00.001+07:002011-02-06T16:27:08.432+07:00KEMBALI KE PITRAH MANUSIA <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;"><span style="font-size: small;">Oleh syarqawi Dhofir</span></span><br />
<div align="center" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: center;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">السلام عليكم ورحمة الله و بركاته</span></div><div align="center" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 3.4pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: right; text-indent: 17.9pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">ألله أكبر 9× كبيرا والحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا لا إله إلا الله وحده . صدق وعده و نصر عبده . و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه . مخلصين له الدين ولو كره المنافقون. لا إله إلا الله الله أكبر و لله الحمد. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له . و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده.<a name='more'></a> </span><span dir="LTR" style="color: #333333; font-size: 18pt;"></span></div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 3.4pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: right; text-indent: 17.9pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 3.4pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 17.9pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">أللهم اجعل صلواتك و بركاتك على سيد المرسلين وإمام المتقين و خاتم النبيين سيدنا محمد عبدك ورسولك إمام الخير وقائد الخير و رسول الرحمة اللهم ابعثه المقام المحمود الذى يغبطه فيه الأولون و الآخرون. أما بعد</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 3.4pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 17.9pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 3.4pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 17.9pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للاولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التى فطر الناس عليها – لاتبديل لخلق الله ذلك الدين القيم – ولكن أكثر الناس لا يعلمون –</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-right: 7.1pt; text-align: justify;"><br />
</div><h1 dir="LTR"><span style="color: #333333;">Allahu Akbar 9 x</span></h1><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Sejak habis Maghrib, tanggal 1 Syawal, kami menyebut asma-Mu “Allahu Akbar”, dengan keyakinan hanya Engkau Yang Maha Besar. Selain Engkau kecil. Jabatan kecil. Urusan rumah tangga kecil. Urusan dunia kecil. Urusan pekerjaan kecil. Dan apapun di dunia ini adalah kecil. Namun kami datang ke tempat ini untuk mengakui, bahwa seringkali urusan-urusan duniawi itu kami urusi seakan-akan lebih penting dari urusan Engkau. Kami bisa bangun jam tiga malam untuk sebuah urusan bisnis. Tapi tak sanggup bangun untuk urusan tahajjud. Kami bisa hadir tepat waktu untuk urusan duniawi yang menjanjikan keuntungan material. Tapi kami tak sanggup datang tatkala Engkau melalui muadzdzin berseru “<i>Mari kita shalat jama’ah, mari kita menuju keberuntungan”. </i>Ya Allah sehari-hari kami kecilkan Engkau dan kami besarkan selain Engkau. Karena itu ampunilah kami yang lalai dan terpedaya ini. Berikanlah pada kami kekuatan untuk mengamalkan dengan sejujurnya keyakinan kami bahwa hanya Engkau Yang Maha Besar dan selain Engkau adalah kecil. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><span style="color: #333333;">Allahu Akbar 9 x</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" style="color: #333333;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span style="color: #333333;"><span dir="LTR"></span> walillahil hamd</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, selain Engkau adalah kecil. Hati kami bergetar dengan penuh rasa takut tatkala atasan kami di kantor marah. Hati kami bingung tatkala kami mendengar ancaman pemecatan hubungan kerja dari bos kami. Hati kami gundah dan gelisah tatkala gaji kami habis di pertengahan bulan. Kami menangis tatkala ditimpa kerugian material yang cukup besar. Namun hati kami tak bergetar sedikitpun ketika mendengar ancaman neraka-Mu. Hati kami tak gelisah ketika mendengar ancaman siksa-Mu yang amat pedih. Ya Allah masihkah di hati kami ini ada sedikit rasa takut kepada-Mu ?. Ya Allah masihkah di hati kami ada ketaqwaan kepada Engkau ? Mengapa kebesaran-Mu yang Maha Besar itu tak lagi menakutkan kami ? Mengapa ancaman-Mu yang sangat luar biasa itu tak lagi menggetarkan hati kami ? Ya Allah, Ampunilah kami ! Karuniakan pada kami, ketakutan dan ketaqwaan berhadapan dengan kebesaran-Mu, sebagaimana Engkau mengaruniakannya kepada para nabi-Mu, para sahabat, para wali Mu dan para ulama-Mu yang ikhlash. Karena hanya Engkau yang Maha Pengampun yang bisa mengampuni semua dosa-dosa kami.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><h1 dir="LTR"><span style="color: #333333;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd</span></h1><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Sehari-hari kami sanggup membeli maksiat dengan puluhan ribu. Bahkan jutaan rupiah sekalipun. Sehari-hari kami bisa membayar tiket seharga seratus ribu atau lebih hanya untuk sebuah hiburan yang Engkau membencinya. Demi kenyamanan kami, kami biasa membeli barang semahal apapun asal kami mampu. Tapi urusan agama-Mu ya…. Allah, Rp. 5000 yang kami berikan terasa begitu besar. Bahkan tak jarang kami menolaknya. Setiap kali datang amal untuk kepentingan agama-Mu, selalu kami cari uang yang paling kecil. Padahal untuk setiap amal yang diserahkan kepada-Mu Engkau janjikan ganti 700 kali lipat plus kenimatan abadi di alam syurga. Sehari-hari kami lebih percaya menabung ke Bank dari pada menabung kepada Engkau. Ya Allah ampunilah kami, karuniakan kepada kami kedermawanan sebagai mana Engkau karuniakan kepada para nabi-Mu dan para sahabat-sahabat Rasul Mu.. Berilah pada kami kekuatan untuk mengamalkan keyakinan kami bahwa hanya Engkau yang Maha Besar dan selain Engkau adalah kecil. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><h1 dir="LTR"><span style="color: #333333;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd</span></h1><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Sudah merupakan pengetahuan umum yang baku, bahwa manusia adalah puncak kreasi Allah yang paling istimewa. Kemanusiaan menjadi lambang kreasi Allah paling spektakuler, di dalamnya ada martabat yang tertinggi dan terluhur. Namun demikian martabat itu bisa turun serendah-rendahnya, menjadi memiliki martabat yang paling rendah dari semua kreasi Allah, bila manusia kehilangan dua hal: </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 46.35pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Iman kepada Allah</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 46.35pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Perbuatan bajik.</span></span><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 12.4pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">لقد خلقنا الإنسان فى أحسن تقويم ثم رددناه أسفل سافلين إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم أجر غير ممنون (التين: 4-6)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 12.4pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami kembalikan ke tempat yang terendah, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Maka bagi mereka pahala yang tiada terhingga (At-Tin: 4-6)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Jika kita perhatikan kembali sejarah kejadian manusia dalam Al-Quran, kita mengetahui bahwa manusia menurut fitrahnya, menurut asal kejadiannya adalah makhluk mulia. Sekurang-kurangnya ada empat sebab mengapa manusia tidak lagi menjadi makhluk mulia sesuai dengan fitrah asal kejadianya :</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Karena salah didik dan pengaruh-pengaruh pikiran sesat</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Karena kelemahan diri berhadapan dengan pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari.</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Karena kelemahan diri berhadapan dengan pengaruh lingkungan.</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Karena kelemahan diri berhadapan dengan dorongan nafsu dan syetan yang menguasai jiwa manusia</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Empat faktor pokok itu akan lenyap, hanya bila manusia punya semangat “ketuhanan yang benar” dan semangat “berbuat bajik kepada sesama”</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Dalam kenyataan sejarah, perjuangan memperoleh dan mempertahankan harkat dan martabat kemanusiaan merupakan ciri dominan deretan pengalaman hidup manusia sebagai makhluk sosial. Dalam sejarah perjuangan itu, manusia lebih banyak mengalami kehilangan fitrah kemanusiaannya dan kehilangan kebahagiaan hidupnya daripada menemukannya kembali. Atas dasar belas kasih dan rahmat Allah maka Allah merasa perlu mengutus para rasul-rasul dan nabinya berkali-kali, yaitu untuk memimpin umat manusia melawan kejatuhannya sendiri dan mengemansipasi harkat dan martabatnya dari kejatuhan itu.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> “Ya Allah, setelah nabimu yang terakhir Muhammad SAW, ini juga, perjalanan hidup kami lebih banyak mengalami kejatuhan dan kehilangan fitrah kemanusiaan kami, daripada menemukan fitrah kemanusiaan kami yang suci, kami lebih banyak tenggelam dalam kehidupan kebinatangan daripada sibuk mengamalkan kebajikan. Kami lebih mempercayai janji-janji manusia dibanding janji limpahan pahala dan karuniaMu. Kami lebih tertarik mengikuti rayuan keinginan kami dari pada mengikuti keinginanmu. Di Masjid ini, di hari Raya Kembalinya Fitrah ini, kami berharap dan memohon kepada Engkau, kembalikanlah kami ke pada fitrah kemanusiaan kami yang semula, fitrah manusia yang hanya percaya kepada Engkau satu-satunya Tuhan tempat kami memohon dan kembali, dan fitrah kemanusiaan yang selalu punya semangat untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya kepada sebanyak-banyaknya orang ”. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Kata “iman” kepada satu Tuhan Allah yang merupakan ciri utama kembalinya fitrah kemanusiaan, sering diartikan sebagai percaya begitu saja.. Pemberian arti demikian itu tidak salah, tetapi tidak mencakup keseluruhan maknanya yang sesungguhnya.Untuk memperoleh gambaran tentang maknanya yang lengkap, barangkali baik kita ingat bahwa perkataan “iman” berasal dari akar kata yang sama dengan perkataan “aman” artinya kesejahteraan dan kesentausaan. Juga sama dengan kata “amanat” artinya keadaan yang bisa dipercaya atau diandalkan. Lawannya khianat..</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Karena itu “iman” yang benar adalah iman yang dapat membawa rasa “aman” dan membuat orang mempunyai sifat “amanat”, lebih dari sekedar percaya akan adanya Tuhan. Karena itu pengertian iman dalam arti “percaya” yang tidak membawa konsekuensi yang nyata yang bisa melahirkan keamanan, kesejahteraan, kejujuran dan tanggungjawab, menjadi absurd dan tak bermakna. Dan karena itu pulalah Allah selalu menyertakan kata iman dalam Al-Quran dengan “wa ‘amilus shalihat “ berbuat kebajikan. Yang demikian untuk sedikit lebih memperjelas makna iman itu. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Dalam perkataan “iman kepada Tuhan” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya, terkandung pengertian tentang sikap pandangan hidup yang penuh kepasrahan menyandarkan diri (tawakkal) kepada Tuhan dan sifat untuk memulangkan semua perkara kepadaNya, karena Allah adalah tempat kembali. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 30.4pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">وأنيبوا إلى ربكم وأسلموا له من قبل أن يأتيكم العذاب ثم لا تنصرون (الزمر 54)</span></b></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 30.4pt 0.0001pt 27pt;"><i><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadanya sebelum datang azab kepadamu. Kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi. </span></i></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 27pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Mengapa demikian ? Sebab memang salah satu wujud rasa iman ialah sikap hidup yang memandang Tuhan sebagai tempat menyandarkan diri dan menggantungkan harapan. Oleh karena itu konsistensi iman adalah “husnudzan” (baik sangka yaitu sikap optimis) kepada Tuhan, serta kemantapan kepada-Nya sebagai yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Justru Rahmah disamping pengetahuan adalah sifat Tuhan yang paling komprehensif dan serba meliputi, sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam dalam surat Yusuf:87 dan Al-An’am:62.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> “Ya Allah hingga hari ini iman kami kepada Mu belum bisa memberikan rasa sejahtera dan aman kepada orang lain. Ya Allah hingga hari ini iman kami belum sepenuhnya memberi kemamtapan untuk untuk berlindung satu-satunya kepada Engkau, kami lebih sering berlindung pada uang, berlindung pada jabatan, berlindung pada kiat-kiat nafsu kami. Di hari Raya Idul Fitri, hari kembalinya fitrah martabat kemanusiaan, kami memohon kepada Engkau, karuniakan kepada kami iman yang menebarkan kebajikan kepada orang lain, karuniakan kepada kami imam yang dapat menaburkan keamanan kepada orang lain, iman yang dapat menebarkan rasa belas kasih, rasa hormat dan toleransi. Ya Allah karuniakan kepada kami iman yang memantapkan pikiran dan perasaan kami untuk berserah diri, berlindung dan memulangkan semua urusan kami hanya kepada Engkau”. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Telah diketahui bahwa titik berat dakwah Al-Quran ialah bagaimana supaya manusia beriman kepada Allah secara benar. Selanjutnya, jika kita perhatikan lebih teliti argumen-argumen Al-Quran dalam mengajak kepada iman itu sebagian besar ditujukan kepada orang-orang musyrik atau kaum politheis.Dengan perkataan lain,problemanya ialah bagaimana mengubah manusia dari paham ketuhanan yang palsu yang mempercaya banyak oknum (politeisme) kepada paham ketuhanan yang tunggal (tauhid, monoteisme). Dalam Al-Quran memang tersebutkan adanya suatu kelompok yang biasanya ditafsirkan sebagai kelompok penganut atheisme, namun dituturkan hanya sepintas lalu,yang mengisyaratkan bahwa kelompok itu kecil sekali dalam masyarakat, sebagaimana tertera dalam surat Al-Jatsiyah:24. Sebaliknya kelompok yang paling banyak menentang nabi ialah kaum musyrik (kaum politeisme)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Meskipun kasusnya terjadi di Makkah dan sekitarnya pada sekitar lima belas abad yang lalu, signifikansinya bisa digeneralisasikan meliputi seluruh umat manusia sejagat sampai sekarang, yaitu bahwa problema pokok manusia ialah kemusyrikan (politeisme). .Sampai saat-saat terakhir di zaman modern inipun pandangan dan sikap hidup politeistik tetap merupakan sumber masalah dan kesulitan manusia.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Jika kita perhatikan berbagai praktek politeistik, baik yang kuno maupun yang modern, kita akan dapat mengerti mengapa politeisme atau syirik itu dalam kitab suci disebut dosa yang amat besar</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 12pt;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span> dan kejahatan yang sangat kejam yang tak dapat diampuni. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">إن الشرك لظلم عظيم (لقمان : 13)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">إن الله لايغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك </span><span dir="LTR" style="color: #333333; font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">ومن يشرك بالله فقد افتري إثما عظيما (النساء : 48)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Mengapa kemusyrikan (politeisme) dianggap demikian? Pertama, karena setiap praktek syirik menghasilkan efek pemenjaraan harkat manusia dan pemerosotan martabatnya. Kedua, karena kemusyrikan itu melawan fitrah manusia sendiri sebagai makhluk yang paling tinggi dan dimuliakan oleh Allah. Ketiga, karena hakikat syirik sama dengan mitos, sama dengan cerita bohong yang mengangkat sesuatu selain Allah secara tidak benar. Sehingga sesuatu selain Allah itu memiliki nilai lebih tinggi daripada nilai manusia sendiri.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Karena itu demi harkat dan martabatnya sendiri, manusia harus menghambakan diri hanya kepada Allah Yang Maha Esa, dan tidak kepada selain-Nya. Dalam gambaran grafisnya:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Manusia harus melihat ke atas hanya kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Manusia harus melihat ke bawah kepada alam </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Manusia harus melihat secara mendatar kepada sesama manusia. </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Hanya dengan itu manusia menemukan dirinya yang fitri dan alami sebagai makhluk yang memiliki martabat dan harkat yang tinggi. Dengan ungkapan lain, manusia menemukan kepribadiannya yang utuh dan integral hanya jika memusatkan orientasi transendental hidupnya kepada Allah. Sebaliknya bagi manusia yang menempatkan dirinya secara harkat dan martabat di bawah sesamanya atau, apalagi, di bawah objek dan gejala alam, akan membuatnya berkepribadian tak utuh. Karena ia akan kehilangan kebebasannya, dan hilangnya kebebasan itu mengakibatkan pula hilangnya kesempatan dan kemungkinan mengembangkan diri ke tingkat yang setinggi-tingginya.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">“Ya Allah dalam kehidupan keseharian kami, kami seringkali mentaati atasan kami di kantor lebih dari taatnya kami kepada Engkau. Untuk urusan uang kami bisa mengusahakan secara optimal segenap daya dan tenaga kami, tapi untuk urusan Engkau kami hanya mengusahakan yang minimal yang bisa kami lakukan. Untuk urusan kenaikan pangkat dan jabatan dan bisnis, kami optimalkan usaha kami, kami kerahkan segenap dana dan uapaya, tapi untuk kepentingan Engkau, lebih sering kami abaikan, bahkan kalaupun kami lakukan, kami hanya melakukan sekedarnya. Ya Allah, Kami memang tidak mengakui uang, jabatan, dagang dan urusan keduniaan itu sebagai Tuhan, tapi kami perlukan lebih dari yang kami lakukan kepada Engkau sebagai Tuhan kami. Ya Allah ampuni kemusyrikan kami itu, sungguh kami telah menjahati diri kami sendiri, berilah pada kami kekuatan untuk senantiasa mengesakan Engkau dalam setiap perbuatan kami”</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup, dalam gambaran grafisnya lagi seperti diberikan ajaran agama berarti menempuh hidup mengikuti jalan lurus yang membentangkan antara dirinya sebagai <i>das sein</i> dan Allah sebagai das solen. Dalam realita kesehariannya, manusia harus selalu berjuang untuk hidup sejalan dengan bisikan suci hati nurani.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Jadi jalan lurus itu lahir dari dalam hati nurani, pusat dorongan jiwa manusia untuk bertemu dengan Tuhan. Maka kemurnian hidup yang dihasilkan iman kepada Tuhan itu, hanya bisa didapatkan dengan cara menempuh jalan lurus tersebut, dalam bentuk sikap jujur dan sejati kepada hati nurani (<i>true to one’s conscience</i>), yaitu hidup secara ikhlas (murni). Dan jalan lurus tidak lain adalah agama. Itulah sebabnya, mengapa Allah senantiasa mngaitkan perintah ikhlas dengan agama. Keikhlasan itulah yang membawa kepada keutuhan hidup manusia. Inilah rahasia firman Allah: </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 21.4pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -0.1pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="color: #333333; font-size: 12pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التى فطر الناس عليها – لاتبديل لخلق الله ذلك الدين القيم – ولكن أكثر الناس لا يعلمون –</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 21.4pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify;"><i><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum: 30).</span></i></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Arabic Transparent"; font-size: 18pt;">وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin: 0cm 21.4pt 0.0001pt 36pt;"><i><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Mereka tidaklah diperintahkan kecuali menghambakan diri kepada Allah dengan cara mengikhlaskan agamanya</span></i><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Persoalannya sekarang, bagaimana keikhlasan mengabdikan hidup kepada semata kepada Allah itu diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Sekurang-kurangnya ada tiga cara yang bisa kita lakukan:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Melakukan semua pekerjaan kita dengan cara yang terbaik yang bisa kita lakukan, sesuai dengan tuntunan jalan agama, sehingga pekerjaan kita tidak saja <i>responsible</i>, tetapi juga <i>akuntable</i>.</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Menghindarkan diri dari semua bentuk manipulasi dan praktek ngakal-ngakali orang lain, karena yang demikian dapat mengotori kejernihan dan kesejatian nurani. </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Mengharapkan dari semua yang kita kerjakan semata “senangnya Allah pada kita”, dan tidak mengharapkan selainnya, walaupun untuk itu harus menerima “makian orang lain”. </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">“Ya Allah, Tuhan kami satu-satunya, hampir setiap pekerjaan yang kami lakukan setiap hari semata diperuntukkan untuk mengharapkan senangnya anak kami, cintanya istri kami, perhatian atasan kami, pujian teman-teman kami, dan sepi dari mengharap senangnya Engkau ya Allah kepada kami, sepi dari mengharapkan cinta dan kasih sayangMu. Bahkan yang lebih naif dan kejam, kami lebih wanti-wanti, lebih waspada dan lebih takut marahnya anak, marahnya istri, marahnya teman dan marahnya atasan kami, dari marahnya Engkau yang Allah. Kami lebih takut tidak dapat uang dari pada tidak mendapat pahalaMu, kami lebih khawatir tidak disenangi oleh atasanya kami dari pada tidak diridloi Engkau. Ya Allah yang Maha Pengasih, masihkah ada keikhlasan dalam hidup kami. Karuniakan kepada kami kesejatian hati, kemurnian akal sehat, dan keikhlasan nurani dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kami sehari-hari, sehingga tak ada lagi yang kami harap dari pekerjaan kami kecuali Ridlo-Mu ya Allah, kecuali belas kasih sayang-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang, amien ya Rabbal alamien”</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x Walillahil hamd </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Keinsafan akan ridlo Allah, keinsafan pada cinta sayang Allah sebagai tujuan hidup, akan dapat membimbing manusia kepada kesadaran akan makna kematian. Menyadari kematian sama artinya dengan menyadari kehidupan. Kesadaran kepada kematian membawa akibat lebih lanjut berupa peningkatan rasa tanggung jawab, dan tanggung jawab dapat meningkatkan kualitas hidup itu sendiri. Sebab tanggung jawab itu dalam bentuknya yang tertinggi adalah semata ditujukan kepada Yang Maha Mutlak Benar dan Yang Mutlak Baik (Allah). Usaha yang sungguh-sungguh mewujudkan kebajikan itulah merupakan bentuk wujud nilai terciptanya keberadaan manusia (<i>made of existence</i>). Usaha itu ditujukan untuk menemukan jalan menuju Allah, dan nilai manusia ditentukan oleh seberapa besar kesungguhan usaha tersebut. Manusia harus senantiasa akumulatif dari hari ke hari. Bertujuan mencari jalan menuju ridla dan rahmat Allah, Karena dengan cara itu kesempurnaan pencapai tujuan hidup yang sebenarnya bisa kita raih. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 X walillahil hamd.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Berdasarkan itu semua, manusia, demi nilai kemanusiaannya sendiri dalam iman, yakni dalam keseluruhan pandangan transendental yang menyangkut kesadaran akan asal-usul dan tujuan wujud dan hidupnya harus berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa.Dengan kata lain seluruh keinsafan hidupnya harus bersifat teosentris bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan kembali kepada-Nya. Dengan memusatkan pandangan kepada Tuhan itulah manusia menemukan dirinya, sehingga memperoleh ketentraman lahir dan batin serta rasa optimis terhadap hidup dan kemantapan kepada diri sendiri.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Kepuasan batin yang bersifat ruhani (esoteris), itu nyata, dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang nyata pula. Tetapi perlu diingat bahwa kepuasan batin yang bersifat ruhani tidak bisa dicapai tanpa kepuasan batin yang bersifat lahiriyah (eksoteris). Karena itu setiap orang yang beriman harus menyempurnaan keimanannya kepada Allah yang merupakan kepuasan batin yang bersifat ruhani, dengan kepuasan batin yang bersifat lahiriyah, yang berupa amal shalih kepada sesama manusia. Di sinilah dimensi esoteris yang vertikal bertemu dengan dimensi eksoteris yang bersifat horizontal. Di sinilah dimensi teosentrisme menyatu dengan dimensi antroposentrisme. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> Bahwa amal perbuatan manusia itu antroposentris adalah juga merupakan akibat logis dari keyakinan tentang ke-Mahaesa-an Tuhan. Sebagai Yang Maha Esa, Tuhan, tidaklah memerlukan manusia. Manusia tidaklah dituntut untuk <i>melayani</i> (berkhidmat), tetapi yang dituntut adalah <i>menghambakan diri kepada Allah, </i>sebab manusialah yang memerlukan Tuhan, dan bukan Tuhan memerlukan manusia. Buah dari ibadah itu bukan untuk Tuhan, tetapi untuk manusia sendiri, untuk kesejahteraan, keamanan, dan kebahagiaan manusia. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 39.4pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Arabic Transparent"; font-size: 18pt;">ألله غنى حميد و أنتم الفقراء إلي الله</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 12pt;"> ِ</span><span style="color: #333333; font-size: 12pt;"> .Allah Maha Kaya dan kamulah yang fakir memerlukan pada yang lain terutama Allah. Begitulah mengenai ibadah begitu pula mengenai amal perbuatan manusia. Manusialah yang perlu pada amalnya sendiri baik atau buruk nilai amal itu akan kembali pada manusia tidak kepada Tuhan. Bahkan ketika manusia berterimakasih kepada Tuhan, sebenarnya ia berterimakasih kepada dirinya sendiri.</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Arabic Transparent"; font-size: 18pt;">ومن شكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله غنى حميد</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 X walillahil hamd.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Untuk itu dari atas mimbar ini, marilah kita kembali ke fitrah asal kejadian kita sebagai manusia, dengan beriman semata kepada Allah yang Maha Esa, dan meninggalkan segala bentuk kemusyrikan baik dalam bentuknya nyata atau pun samar-samar. Marilah kita mencoba untuk belajar memiliki iman yang dapat memancarkan keamanan, kesejahteraan, kejujuran dan kesetiaan kepada sesama manusia, sebab hanya keimanan yang semacam itulah yang sesuai dengan keimanan yang fitri. Semoga Allah mencatat kita semua termasuk orang-orang yang menemukan kembali fitrahnya, amien. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><span style="color: #333333; font-size: 12pt;">Atas dasar uraian tersebut, maka pendidikan yang benar untuk anak-anak kita adalah pendidikan yang selalu mengarahkan anak-anak kita kepada dua hal: semangat bertuhan yang benar dan semangat berbuat kebajikan. Negeri kita yang kaya ini menjadi negeri yang miskin, negeri kita yang menghormati agama menjadi negeri yang kaya dengan koruptor, bukan hasil perbuatan orang-orang bodoh tak terdidik, melainkan ulah kaum terdidik yang salah asuh dan salah didik. Maka selama semangat bertuhan dan semangat berbuat kebajikan belum menjadi arah kurikulum pendidikan kita, jangan berharap kita punya negara dan masyarakat yang maju yang dicintai oleh Tuhan, <i>naudzubillahi min dzalika</i>.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 14.15pt 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للاولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب. (الآية)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="26" width="316"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image001.gif" width="79" /></td> </tr>
</tbody></table><span style="color: #333333; font-size: 18pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">ألله أكبر 9× كبيرا والحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا . لا إله إلا الله وحده . صدق وعده و نصر عبده . و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه . مخلصين له الدين ولو كره المنافقون. لا إله إلا الله أكبر و لله الحمد. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له . و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">اللهم اجعل صلواتك و بركاتك على سيد المرسلين وإمام المتقين و خاتم النبيين سيدنا محمد عبدك ورسولك إمام الخير وقائد الخير و رسول الرحمة اللهم ابعثه المقام المحمود الذى يغبطه فيه الأولون و الآخرون. أما بعد</span><span dir="LTR" style="color: #333333; font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للأولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب. (الآية)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">اللهم صل و سلم و بارك على سيد المرسلين وعلى اله صحبه أجمعين ومن تبعه إلى يوم الدين. اللهم وارض عن الخلفاء الراشدين الذين قضوا بالحق وكانوا به يعدلون أبي بكر وعمر وعثمان و على وعلى بقية الصحابة والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. وعلينا معهم برحمتك ياأرحم االراحمين. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات و قاضى الحاجات . أللهم أعز الإسلام والمسلمين . واخذل الكفرة والمبتدعة والمشركين. اللهم شتت شملهم. ومزق جمعهم ودمر ديارهم . اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين. اللهم اجعل بلدتنا هذه آمنة مطمئنة واجعلها بلدة طيبة و رب غفور. ربنا وافتح بيننا و بين قومنا بالحق و أنت خير الفاتحين. ربنا آتنا فى الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة وقنا عذاب ا لنار.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان . و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى . يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم ولذكر الله أكبر. والله يعلم ما تصنعون</span><span dir="LTR" style="color: #333333; font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span><span lang="AR-SA" style="color: #333333; font-size: 18pt;"></span></div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: left;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: left;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: left;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="text-align: left;"><span style="color: #333333;"> KHOTBAH IDUL FITRI</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="2" width="111"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td></td> </tr>
</tbody></table><span style="color: #333333;"> </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="120" width="154"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img alt="Oleh:
Syarqawi Dhofir" height="56" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image003.gif" width="169" /></td> </tr>
</tbody></table><span style="color: #333333;"> </span></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-75391596975112751932011-02-06T16:18:00.002+07:002011-02-06T16:21:04.929+07:00MENGEMBANGKAN KESADARAN Rasional, Empirik Dan Spirituanl<div style="color: black;">Oleh: Syarqawi Dhofir</div><div style="text-align: center;"><b></b></div><div align="center" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: center;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">السلام عليكم ورحمة الله و بركاته</span><span style="font-size: 18pt;"></span></div><div align="center" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: center;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: right; text-indent: 21.3pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">ألله أكبر 9× كبيرا والحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا لا إله إلا الله وحده . صدق وعده و نصر عبده . و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه . مخلصين له الدين ولو كره المنافقون. لا إله إلا الله الله أكبر و لله الحمد. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له . و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي يعده.<a name='more'></a> </span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: right; text-indent: 21.3pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">أللهم اجعل صلواتك و بركاتك على سيد المرسلين وإمام المتقين و خاتم النبيين سيدنا محمد عبدك ورسولك إمام الخير وقائد الخير و رسول الحمة اللهم ابعثه المقام الذى يغبطه فيه الأولون و الآخرون. أما بعد</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للاولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب" (الآية)</span> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </div><h1 dir="LTR" style="color: black;">Allahu Akbar 9 x</h1><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Sejak habis Maghrib tanggal 9 Dzulhijjah kami menyebut asma-Mu “Allahu Akbar”, dengan keyakinan hanya Engkau Yang Maha Besar. Selain Engkau kecil. Jabatan kecil. Urusan rumah tangga kecil. Urusan dunia kecil. Urusan pekerjaan kecil. Dan apapun di dunia ini adalah kecil. Namun kami datang ke tempat ini untuk mengakui, bahwa seringkali urusan-urusan duniawi itu kami urusi seakan-akan lebih penting dari urusan Engkau. Kami bisa bangun jam tiga malam untuk sebuah urusan bisnis. Tapi tak sanggup bangun untuk urusan tahajjud. Kami bisa hadir tepat waktu untuk urusan duniawi yang menjanjikan keuntungan material. Tapi kami tak sanggup datang tatkala Engkau melalui muadzdzin berseru “<i>Mari kita shalat jama’ah, mari kita menuju keberuntungan”. </i>Ya Allah sehari-hari kami kecilkan Engkau dan kami besarkan selain Engkau. Karena itu ampunilah kami yang lalai dan terpedaya ini. Berikanlah pada kami kekuatan untuk mengamalkan dengan sejujurnya keyakinan kami bahwa hanya Engkau Yang Maha Besar dan selain Engkau adalah kecil. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 x</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, selain Engkau adalah kecil. Hati kami bergetar dengan penuh rasa takut tatakala atasan kami di kantor marah. Hati kami bingung tatkala kami mendengar ancaman pemecatan hubungan kerja dari bos kami. Hati kami gundah dan gelisah tatkala gaji kami habis di pertengahan bulan. Kami menangis tatkala ditimpa kerugian material yang cukup besar. Namun hati kami tak bergetar sedikitpun ketika mendengar ancaman neraka-Mu. Hati kami tak gelisah ketika mendengar ancaman siksa-Mu yang amat pedih. Ya Allah masihkah di hati kami ini ada sedikit rasa takut kepada-Mu ?. Ya Allah masihkah di hati kami ada ketaqwaan kepada Engkau ? Mengapa kebesaran-Mu yang Maha Besar itu tak lagi menakutkan kami ? Mengapa ancaman-Mu yang sangat luar biasa itu tak lagi menggetarkan hati kami ? Ya Allah, Ampunilah kami ! Karuniakan pada kami, ketakutan dan ketawaan berhadapan dengan kebesaran-Mu, sebagaimana Engkau mengkaru niakannya kepada para nabi-Mu, para sahabat, para wali Mu dan para ulama-Mu yang ikhlash. Karena hanya Engkau yang Maha Pengampun yang bisa mengampuni semua dosa-dosa kami.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="color: black;">Allahu Akbar 9 x</h1><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sehari-hari kami sanggup membeli maksiat dengan puluhan ribu. Bahkan jutaan rupiah sekalipun. Sehari-hari kami bisa membayar tiket seharga seratus ribu atau lebih hanya untuk sebuah hiburan yang Engkau membencinya. Demi kenyamanan kami, kami biasa membeli barang semahal apapun asal kami mampu. Tapi urusan agama-Mu ya…. Allah, Rp. 5000 yang kami berikan terasa begitu besar. Bahkan tak jarang kami menolaknya. Setiap kali datang amal untuk kepentingan agama-Mu, selalu kami cari uang yang paling kecil. Padahal untuk setiap amal yang diserahkan kepada-Mu Engkau janjikan ganti 700 kali lipat plus kenimatan abadi di alam syurga. Sehari-hari kami lebih percaya menabung ke Bank dari pada menabung kepada Engkau. Ya Allah ampunilah kami, karu niakan kepada kami kedermawanan sebagai mana Engkau karuniakan kepada para nabi-Mu dan para sahabat-sahabat Rasulullah. Berilah pada kami kekuatan untuk mengamalkan keyakinan kami bahwa hanya Engkau yang Maha Besar dan selain Engkau adalah kecil. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><h1 dir="LTR" style="color: black;">Allahu Akbar 9 x</h1><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Hari ini, hari raya Idul Adha, sebuah hari yang menyimpan sebuah sejarah manusia besar, sejarah dari seorang manusia yang mendapat gelar “Abul Anbiya’” (nenek moyang para nabi), Ibrahim as. Namanya banyak dikaitkan dengan nama Nabi Muhammad SAW. Setidaknya setiap kali shalat setiap muslim di dunia selalu menyebut nama belaiu. Ia dikenal seorang nabi yang sangat cerdas. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau mencari Tuhan dengan akal sehatnya. Dan menemukan Tuhan dengan akal sehatnya pula. Bahkan dalam berdakwah, selalu menggunakan kekuatan-kekuatan akal yang sangat sehat. Beliau membangun kesadaran rasional untuk mengajak para penganutnya mempercayai keberadaan Allah. Karena itu beliau dapat disebut sebagai <b><i>orang pertama </i></b>yang menggunakan kesadaran rasional untuk mempercayai hal-hal yang ghaib. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pada tanggal 8 Dzul Hijjah, beliau bermimpi menyembelih putra kesayangannya, Ismaiel. Untuk mengetahui apa makna mimpinya, ia gunakan kekuatan rasionya yang cerdas. Dengan kekuatan rasionya yang cerdas dan kesadaran rasionalnya yang briliyan beliau menafsir mimpinya. Hasilnya, beliau berasumsi bahwa mimpi itu adalah perintah Allah agar beliau senang berkorban, dalam arti korban yang luas. Kesadaran rasionalnya menolak dan meragukan bahwa mimpi itu adalah perintah menyembelih putra kesayangannya. Baginya tak mungkin Allah memerintahkan untuk menyembelih seorang manusia. Sejak itu beliau berniat untuk selalu menjadi manusia yang rajin berkorban dan memiliki jiwa yang senang berkorban. Karenanya, hari itu disebut “<i>Yaumu Tarwiyah</i>” (Hari Kesadaran Rasional), Hari dimana beliau menggunakan kekuatan rasional untuk menginterpretasi mimpinya. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Ternyata beliau bermimpi kembali pada hari kedua (9 Dzul Hijjah) dengan mimpi yang sama. Mimpi kedua ini diasumsikan oleh beliau sebagai koreksi terhadap interpretasi rasionalnya. Beliau sadar bahwa tafsir rasionalnya salah. Beliau mengerti benar bahwa kekuatan kesadaran rasionalnya keliru dalam menangkap makna mimpinya yang sebenarnya. Karena itu beliau mencoba untuk menafsirnya dengan kesadaran empirik. Kalau kesadaran rasional bergerak di dunia wacana, mengawang di dunia idea, kesadaran empirik bergerak di dunia yang nampak, di dunia keseharian, dunia yang bisa diamati secara langsung oleh kekuatan-kekuatan inderawi kita. Dengan kesadaran empirik semacam itu beliau menafsirnya dengan perintah menyembelih kambing. Dalam banyak cerita, disebutkan beliau hari itu menyembelih ratusan domba. Karenanya hari itu disebut “<b><i>Yaumu “Arafah</i></b>” (hari tahu, atau hari kesadaran empirik). </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Allah Maha Besar, ternyata tafsir dengan menggunakan kekuatan kesadaran empirik itu juga tidak benar. Setelah melewati dua kesadaran kemanusiaan yang paling ampuh yang seringkali digunakan oleh Nabi Ibrahim dalam kehidupan berdakwah dan kehidupan sehari-harinya tak mampu lagi menafsir makna mimpinya, beliau kembali pada kesadaran spiritual yang tinggi. Dengan kesadaran spitual yang amat tinggi itu beliau buhulkan kepasrahan dan tawakkal yang luar biasa. Dilenyapkan semua pertimbangan-pertimbangan kesadaran rasional dan empiriknya. Diletakkan dirinya dalam posisi sebagai “budak” Allah yang tak memiliki apa-apa, termasuk tidak memiliki dirinya sendiri. Saat semacam itulah beliau menghampiri putranya Ismaiel yang sudah menginjak lincah dan lucu. Beliau berkata, </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">يا بني إني أري في المنام أني أذبحك فانظر ماذا تري</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 12pt;"> ؟</span></div><div align="right" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><span dir="LTR"></span><span style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span>“<i>Anakku, aku mimpi menyembelih kamu, bagaimana menurutmu</i>? “. Tanpa diduga Ismaiel menjawab, </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-size: 12pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">يأبت افعل ما تؤمر ستجد ني إن شاء الله من الصابرين (لصا فات: 102) </span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><span dir="LTR"></span><span style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span> “ <i>Ayahku, lakukan saja apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Insya-Allah ayah akan melihatku termasuk orang-orang yang bersabar</i>” </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 28.3pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 28.3pt;"><span style="font-size: 12pt;">Setelah mengetahui sikap putranya, kedasaran spiritual Nabi Ibrahim semakin mantap. Karena mendapat dukungan dari putranya sendiri. Pergilah beliau berdua dengan putranya ke Mina untuk melaksanakan perintah. Kesadaran spiritual yang kokoh membuat nabi Ibrahim mampu berpasrah total di depan Tuhannya, pada saat demikian ia baringkan putranya di atas sebuah batu, dan diangkatlah pedangnya yang tajam, siap untuk menyembelih putranya, pada saat itu pulalah Allah memanggilnya, </span></div><div align="right" class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;"> أن يا إبراهبم قد صدقت الرؤيا إنا كذلك نجزي المحسنبن إن هذا لهو البلاء المبين و فديناه بذبح عظيم (الصافات: 104-107) </span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 28.3pt 0.0001pt 1cm;"><span dir="LTR"></span><span style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span>“<i>Wahai Ibrahim, engkau telah membenarkan mimpi itu, demikianlah Kami membalas para muhsinin, orang-orang yang berbuat kebaikan, dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan korban yang sangat besar</i>” (Al-Shaffat: 103-107)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><span style="font-size: 12pt;">Allahu Akbar 9 X Wa lillahil hamd</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Seorang disebut <b><i>muslim</i></b> bila telah menyaksikan kepada penduduk dunia ini, bukan hanya yakin, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulnya. Selanjutnya seorang muslim bisa menjadi <b><i>mukmin</i></b> bila percaya kepada Allah, kitab-Nya, Rasul, Malaikat, Hari Akhirat dan taqdir-Nya. Dan mukmin baru bisa menjadi <b><i>muhsin</i></b> bila ia telah bisa menyembah Allah seakan-seakan melihat Allah dan bila tidak melihatnya, ia yakin bahwa Allah melihatnya. Ternyata Nabi Ibrahim untuk bisa mendapat gelar muhsin dari Allah harus melalui tiga tahap kesadaran</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -7.1pt;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kesadaran Rasional</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -7.1pt;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kesadaran Empirik, dan </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -7.1pt;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kesadaran Spiritual</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Kesadaran rasional membawa kita kepada dunia yang seharusnya ada. Walaupun kadang-kadang memang tidak pernah ada. Ia semata dunia wacana yang ada dalam dunia idea. Kesadaran rasional yang demikian banyak menguasai para pemikir, filsuf, budayawan dan pembaharu. Nilai-nilai utama yang dikembangkan dalam dunia kesadaran rasional secara umum ada tiga:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Liberalisme (kebebasan)</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Objektif </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 35.45pt 0.0001pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Rasional</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin: 0cm 14.2pt 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Tiga nilai itulah yang dikembangkan oleh dunia modern . Semua hal yang tidak liberal, tidak objektif dan tidak rasional, tidak dapat diterima sebagai sebuah kebenaran. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pada kesempatan khutbah ini saya ingin bertanya, apa arti sebuah keliberalan di tengah kegelapan. Kita ini hidup di dunia yang terbuka tapi gelap. Disebut gelap karena terlalu banyak sekat dan dinding pembatas untuk bisa bebas dan liberal. Bagaimana bisa disebut liberal dan bebas, bila hanya untuk mengetahui sesuatu dari belakang tembok kita tidak mampu. Bagaimana bisa liberal dan bebas bila untuk mengetahui kejadian hari esok kita tahu. Bagaimana kita bisa liberal bila untuk mengetahui sesuatu yang jauh dari posisi kita berada, kita tidak mampu. Pendek kata, kita ini berada dalam kungkungan<b><i> jarak, waktu dan ruang</i></b>. Tiga hal itulah yang membatasi dunia kita sehingga dunia kita ini menjadi gelap sungguh pun terbuka. Yang dibutuhkan bagi <i>manusia-gelap </i>bukan kebebasan atau liberalisme, tapi penuntun yang dapat menunjukkan pintu-pintu keluar dari kegelapan dunia ini, menuju dunia yang terang. Penuntun itu pada tingkatan pertama adalah <b><i>agama</i></b>. Dan pada tingkat berikutnya adalah <b><i>hidayah Allah </i></b>dan tingkat terakhir adalah <b><i>pancaran nur Ilahi</i></b>. Pancaran nur Ilahi itulah yang diterima oleh Nabi Ibrahim sehingga beliau bisa mengetahui makna yang sesungguhnya dari mimpinya. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><i><span style="font-size: 12pt;">Allhu Akbar wa lililahil hamd. Allah Maha Besar. Semua pujian hanya miliknya, tak satu pun di dunia yang berhak memiliki dan menyan dang pujian, karena semua hanya milik Allah</span></i><span style="font-size: 12pt;">. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan nilai kedua yang dikembangkan oleh dunia kesadaran rasional kita dan dikembangkan oleh dunia modern ini adalah objektivitas. Pada kesempatan ini saya ingin menegaskan bahwa objektivitas murni itu tidak pernah ada. Sebab setiap kali kita mengenali sesuatu berarti pada saat yang sama kita telah memasukkan unsur sub jektivitas kita. Apa yang disebut dengan objektif sebenarnya tak lebih dari kesepakatan orang banyak. Jadi paling paling banter objektivitas itu berbentuk inter-subjektivitas. Padahal berapa banyak dalam perjalanan sejarah manusia yang mengungkapkan bahwa kebenaran itu justru diperoleh oleh seseorang karena melawan pendapat orang banyak bukan sejalan dengan orang banyak. Apa yang dipikirkan oleh Nabi Muhammad dahulu bertentangan dengan hampir semua kesepakatan masyarakatnya saat itu. Einstein yang menemukan konsep yang bisa melahirkan bom nuklir bertentangan dengan tradisi fisikawan sebelumnya, demikian juga penemu listrik dan lain-lainnya. Pendek kata kebenaran tidak harus lahir dari objektivitas atau inter-subjektivitas alias kesepakatan orang banya, tapi bisa muncul juga dari subjektivitas unggul yang mengatasi zamannya. Nabi Ibrahim telah menunjukkan dirinya sebagai subjek unggul yang demikian itu. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><i><span style="font-size: 12pt;">Allhu Akbar 9 x wa lililahil hamd. Allah Maha Besar. Semua pujian hanya miliknya, tak satu di dunia yang berhak memiliki dan menyandang pujian, karena semua hanya milik Allah</span></i></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Selanjutnya, moralitas ketiga yang diagungkan oleh dunia modern dan menjadi ciri khas kesadaran rasional adalah rasionalitas. Semua yang tidak rasional tidak dapat diterima. Rasionalitas telah menjadi standar baku untuk menetapkan sesuatu dapat disebut benar. Pada kesempatan ini saya ingin menyatakan, bahwa rasionalitas itu adalah produk dari kerja sel-sel saraf dalam otak kita. Dalam bahasa populer sel-sel saraf yang bekerja dalam otak kita itu adalah ulat-ulat kecil dan amat kecil sekali, sehingga untuk bisa mengetahui cara kerjanya kita memerlukan alat pembesar yang modern. Pertanyaan berikutnya, mengapa masyarakat modern lebih mempercayai karya ulat-ulat kecil dari pada mempercayai agama, hidayah atau pancaran nur ilahi yang memang produk asli dari Dzat Maha Tahu, atau mengapa lebih mempercayai ulat dari pada Allah?</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><i><span style="font-size: 12pt;">Allahu Akbar wa lililahil hamd. Allah Maha Besar. Semua pujian hanya miliknya, tak satu di dunia yang berhak memiliki dan menyandang pujian, karena semua hanya milik Allah</span></i></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 12pt;">Adapun kesadaran empirik, adalah kesadaran terhadap dunia yang nampak ada, bukan yang seharusnya ada. Dunia yang nampak ada itu adalah dunia yang bisa dilihat oleh mata dan alat-alat inderawi kita. Ia tidak ada dalam dunia wacana atau idea, tetapi ada di sekeliling kita. Dunia ini sangat mempesona, kongkrit dan mudah dibuktikan. Nilai utama yang dikembangkan dalam kesadaran empitrik ini adalah:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 90pt; text-indent: -68.7pt;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Konsistensi (keajegan)</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 90pt; text-indent: -68.7pt;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Measured (terukur) </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 90pt; text-indent: -68.7pt;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Visible (bisa diamati)</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Ini artinya, segala sesuatu baru dapat dianggap benar, bila sesuatu itu secara terus menerus menunjukkan demikian dan tidak pernah berubah oleh karena waktu dan tempat. Ia dapat diukur dengan takaran yang jelas, dan dapat disaksikan dengan jelas oleh kekuatan-kekuatan indera. Segala hal yang tidak demikian dan tidak bisa demikian tidak dapat dianggap benar oleh kesadaran empirik Syurga, hari kiamat, malaikat, pertanyaan kubur dan ghaibiyat lainnya dianggap tidak ada dan omong kosong karena semua itu tidak bisa diperlihatkan dan dikatakar dengan jelas. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Nilai-nilai itu benar adanya bila diterapkan kepada hal-hal bersifat material, tetapi perlu kita tahu bahwa selain benda-benda material ada sesuatu yang lain, di dunia yang lain pula yang tidak mengenal konsistensi, keterukuran dan visibilitas. Dunia itu antara lain alam idea, alam barzakh ( dunia yang ada antara saat kematian dan saat hari kebangkitan mulai), alam akhirat dan alam spiritual. Masing-masing punya norma dan nilai sendiri-sendiri, yang antara satu dengan lainnya berbeda. Misalnya, dunia spiritual, adalah sebuah dunia yang Allah ciptakan berbeda sama sekali dengan dunia idea dan dunia material. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Dunia spiritual adalah dunia sejati. Dunia yang tak hanya transparan tetapi terang benderang . Di dalamnya tak ada kepalsuan dan rekayasa. Berada di bawah bimbingan dan petunjuk Sang Penguasa langsung. Kesadaran spiritual adalah kesadaran terhadap dunia yang demikian. Kesadaran spiritual hanya dimiliki oleh mereka yang mencintai dan dicintai oleh Allah. Orang yang mampu melepaskan dan membebaskan dirinya dari semua ikatan kesadaran rasional dan empirik. Orang demikian memliki sekurang-kurangnya memiliki empat hal:</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Memiliki tingkat kepasrahan total kepada Sang Penguasa, </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Memiliki kesabaran terhadap segala bentuk ujian yang paling berat sekalipun.</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Membenarkan dengan <i>ainul yaqien -</i> bukan hanya ‘<i>ilmul yaqien </i>- seluruh isyarat dan ajaran agama Sang Penguasa alam Semesta. </span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Mengabdikan diri kepada Allah secara total sampai seakan-akan melihat Allah. Dan bila tak melihatnya ia yakin dengan <b><i>ainul yaqien</i></b> bahwa Allah melihatnya.</span></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Hari-harinya hanya dilalui oleh kejuangan dan pengabdian semata untuk dan demi Allah yang dicintainya. Orang demikian menjalankan praktek-praktek keduniaan semata karena Allah. Ia tidak makan kecuali karena Allah, tidak sekolah kecuali hanya karena Allah, tidak kawin kecuali karena Allah, tidak bekerja kecuali karena Allah, tidak membangun rumah kecuali karena Allah. Inilah rahasia dari firman Allah: </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">و لما أ سلما و تله للجبين وناديناه أن يا إبراهبم قد صدقت الرؤيا إنا كذلك نجزي المحسنبن إن هذا لهو البلاء المبين و فديناه بذبح عظيم ( الصافات: 104-107</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">)</span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">“ <i>Tatakala Ibrahim dan Ismaiel <b>telah berpasrah total</b> dan Ibrahiem membaring Ismaiel di atas pelipisnya, sehingga nyatalah <b>kesabaran</b> keduanya, saat itulah Kami menyerunya, Wahai Ibrahim, engkau telah <b>membenarkan</b> mimpi itu, demikianlah Kami membalas <b>para muhsinin</b>, orang-orang yang berbuat kebaikan, dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan korban yang sangat besar</i>” (Al-Shaffat: 103-107)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Empat hal tersebut berhasil dimiliki oleh Nabi Ibrahim, sebagaimana penilaian Allah kepadanya, seperti tertera dalam ayat tersebut di atas. Empat hal itu pula yang bisa menghantarkan beliau pada kesadaran spiritual yang tinggi. Hanya kesadaran yang demikianlah yang bisa menghantarkan Nabi Ibrahim meyakini kebenaran makna mimpinya yang sejati. Dan karena itu beliau langsung mendapat gelar <b><i>muhsin</i></b>, sebuah gelar yang lebih dari sekedar muslim dan mukmin. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 12pt;">كذلك نجزي المحسنبن</span><span dir="LTR"></span><span style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span>, demikianlah cara kami membalas orang-orang <i>muhsinien</i>, orang-orang yang baik. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-size: 12pt;">Allhu Akbar wa lililahil hamd. Allah Maha Besar. Semua pujian hanya milik Allah. </span></i></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ya Allah, seringkali kami biarkan anak perempuan, isteri dan kerabat serta tetangga kami berpakaian dengan model dan cara yang tidak Engkau sukai. Tapi diam-diam kesadaran rasional kami, membenarkan model dan cara mereka berpakian. Dan kesadaran empiris kami membenarkan yang demikian, karena selain modis juga tak terkesan ketinggalan zaman. Pada saat semacam itu kesadaran rasional kami telah mengingkari kebenaran ajaran agamamu, maka bagaimana mungkin kami bisa sampai pada kesadaran spiritual seperti yang dimiliki Nabim-Mu Ibrahiem, Apalagi seperti Nabi Muhammad. Ampunilah kami berilah kami jalanmu yang lurus, dan berilah kami kemampuan membenarkan ajaran-ajaran-Mu.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ya Allah kadangkala kami seringkali menya takan kepada saudara-saudara kami yang berjuang dengan kekuatan fisik, yang bertaruh dengan jiwa satu-satunya yang dimiliki sebagai orang ekstrem, radikal dan kasar. Sementara itu kami sendiri duduk-duduk santai di rumah tak melakukan apapun untuk-Mu. Mengapa tiba-tiba kesadaran rasional kami menyalahkan saudara kami sendiri yang kami tidak tahu apakah mereka salah menurut pandangan-MU ya Allah dan membenarkan diri kami yang duduk santai di rumah yang insya-Allah jelas lebih mendekati salah menurut pandangan-Mu. Ya Allah cerahi kesadaran rasional kami, beri kami cara bersikap yang benar terhadap mereka. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt;">Ya Allah ketika kami menjabat sebuah jabatan tertentu, di sebuah kantor tertentu, kesadaran empiris kami lupa bahwa jabatan yang kami punyai itu harus diabdikan untuk kepentingan-MU dan kepentingan agama-Mu. Ketika shalat kami berjanji kepada Engkau, “shalat dan ibadahku, hidup dan matiku hanya milik Engkau Penguasa jagat alam semesta”. Ya Allah yang kami ingat hanyalah bagaimana jabatan itu mendatangkan keuntungan material yang besar pada kami. Ketika kami shalat kesadaran spiritual kami tak pernah muncul. Kami kerjakan semata karena biasa. Sementara begitu lepas shalat kesadaran empirik kami yang tak tercerahi dengan nur hidayahmu menguasai perilaku kami. Kadang kami lebih mengkhawatirkan sisa-sisa hidup kami yang mungkin hanya tinggal lebih sedikit dari yang telah dilalui, khawatir tidak bisa hidup senang, tapi kesadaran spiritual kami tak pernah muncul untuk mengkhawatirkan, bagai mana nasibku di alam barzakh, disiksakah atau tidak, diperlihatkan kepada api neraka atau pada syurga. Kami juga tidak mempertanyakan nasib kami di akhirat, setelah di alam barzakh, apakah kami bisa lolos meniti shirat di atas api neraka jahannam, apakah kami di syurga atau di neraka. Ya Allah karuniakan kepada kami kesadaran spiritual, dan cerahkan kesadaran empirik kami, agar kami bisa hidup dengan tenang, dan cerahi kesadaran rasional kami agar kami bisa berpikir bijak dan benar menurut ridlo-Mu, Ya Rabbal ‘alamien, amien. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 14.15pt 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للاولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب. (الآية)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="26" width="316"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="79" /></td> </tr>
</tbody></table><span style="font-size: 18pt;"> </span></div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">ألله أكبر 9× كبيرا والحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا . لا إله إلا الله وحده . صدق وعده و نصر عبده . و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه . مخلصين له الدين ولو كره المنافقون. لا إله إلا الله أكبر و لله الحمد. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له . و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي يعده. </span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">اللهم اجعل صلواتك و بركاتك على سيد المرسلين وإمام المتقين و خاتم النبيين سيدنا محمد عبدك ورسولك إمام الخير وقائد الخير و رسول الحمة اللهم ابعثه المقام المحمود الذى يغبطه فيه الأولون و الآخرون. أما بعد</span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">فيا عباد الله أوصيكم و إياى نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اعلموا أن التقوى صفة للأولين والآخرين. و شعار المؤمنين و المحسنين. قال الله عز وجل : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم " ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب. (الآية)</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">اللهم صل و سلم و بارك على سيد المرسلين وعلى اله صحبه أجمعين ومن تبعه إلى يوم الدين. اللهم وارض عن الخلفاء الراشدين الذين قضوا بالحق وكانوا به يعدلون أبي بكر وعمر وعثمان و على وعلى بقية الصحابة والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. وعلينا معهم برحمتك ياأرحم االراحمين. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات و قاضى الحاجات . أللهم أعز الإسلام والمسلمين . واخذل الكفرة والمبتدعة والمشركين. اللهم شتت شملهم. ومزق جمعهم ودمر ديارهم . اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين. اللهم اجعل بلدتنا هذه آمنة مطمئنة واجعلها بلدة طيبة و رب غفور. ربنا وافتح بيننا و بين قومنا بالحق و أنت خير الفاتحين. ربنا آتنا فى الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة وقنا عذاب اللنار.</span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان . و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى . يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم ولذكر الله أكبر. ولله يعلم ما تصنعون</span><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" dir="RTL" style="color: black; direction: rtl; margin: 0cm 7.05pt 0.0001pt 7.1pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Akhbar MT"; font-size: 18pt;">والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;"></span></div><div align="left" class="MsoBodyText" dir="LTR" style="color: black; text-align: left;"><br />
</div><br />
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><b>Khutbah Idul Adlha</b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="11" width="112"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><br />
</td> </tr>
</tbody></table> </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: black;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-10774287415426549982011-02-06T15:59:00.000+07:002011-02-06T15:59:33.707+07:00BAGAIMANA BEKERJA ATAS DASAR ILMU DI DUNIA PENDIDIKAN ?<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<span style="font-size: small;">Oleh: <span><span></span>Syarqawi Dhofir</span></span> <div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBlockText" dir="LTR" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><i>Meskipun kita<span> </span>utamanya bermaksud untuk meneliti realitas, itu tidak berarti kita berikutnya tidak ingin sekali mengembangkannya. Kita harus mempertimbangkan riset-riset<span> </span>kita bahwa akan menjadi tidak berharga semuanya, jika riset-riset itu semata untuk maksud-maksud yang bersifat spekulatif. <a name='more'></a>Perlu diketahui, jika kita memisahkan secara hati-hati problem-problem teoritik dari problem-problem praktis, itu tidak akan menyisihkan problem-problem praktis dari problem-problem teoritik, bahkan sebaliknya, akan menghantarkan pada posisi yang lebih baik untuk memecahkan problem-problem itu.</i></span></div><div style="text-align: left;"> </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div style="text-align: left;"> </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: right; text-indent: 127.6pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;">Emile Durkheim</span></div><div> </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: right; text-indent: 127.6pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;">The Division of Labor in Society </span></div><h2 dir="LTR" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kebanyakan sikap skeptis terhadap teori di bidang pendidikan didasarkan pada asumsi bahwa<span> </span>ilmu pengetahuan pendidikan tidak menghasilkan kepastian. Sikap skeptis yang demikian mewabah pada semua ilmu pngetahuan sosial., tetapi tidak demikian dengan teori dalam ilmu alam.<span> </span>Hal itu karena teori dalam ilmu pengetahuan alam, selain telah mencapai sebuah penghormatan<span> </span>karena dapat mengembangkan deskripsi sebagaimana mestinya, juga telah dapat menggambarkan fenomena ideal yang bekerja dalam dunia aplikasi-aplikasi praktis.</span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kebanyakan orang berpikir, bahwa ilmuwan berhubungan dengan fakta-fakta, sedangkan filsuf mempelajari teori. Tentu saja, “fakta” dan “teori” adalah antonim. Fakta adalah riil dan makna-makna yang dikandung oleh fakta adalah keterangan-keterangan tentang fakta itu sendiri (<i>self-evident</i>). Sementara teori adalah spekulasi-spekulasi atau mimpi-mimpi. Teori dalam pendidikan, bagaimanapun, memiliki peran yang sama sebagaimana teori dalam fisika, kimia, biologi atau psikologi, yaitu memberikan penjelasan-penjelasan umum dan mengarahkan riset.</span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tujuan semua sains adalah memahami dunia tempat kita hidup dan bekerja. Para ilmuwan menggambarkan apa yang mereka lihat, menemukan hal-hal yang bersifat teratur, dan memformulasikan teori. Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan berusaha untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal yang teratur dalam perilaku individu atau kelompok di dalam organisasi sekolah.<span> </span>Ilmuwan mencari prinsip-prinsip dasar yang memberi pemahaman umum tentang struktur dan dinamika kehidupan guru, peserta didik dan karyawan. </span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h2><h2 dir="LTR" style="font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Beberapa peneliti memandang: “<i>sains sebagai sesuatu yang statis, sebuah satuan prinsip yang saling berkaitan, yang menjelaskan tentang dunia tempat kita hidup”</i>. Sebaliknya, Conant memandang (dan kita pun setuju dengan pandangan ini: “<i>sains sebagai proses perkembangan yang dinamis, lewat eksperimentasi dan observasi, sebuah satuan prinsip yang saling berkaitan,<span> </span>yang selanjutnya kembali memproduk eksperimentasi dan observasi .</i></span></h2><h2 dir="LTR" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h2><div class="MsoBodyText" dir="LTR"><span style="font-size: small;"><span>Dalam pandangan semacam ini tujuan dasar sains adalah menemukan penjelasan-penjelasan umum yang disebut “teori”. Teori memiliki peran sentral dalam sains. Sebagai tujuan puncak sains, teori<span> </span>merupakan sebuah satuan bangunan-bangunan (konsep-konsep) , definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang menyajikan sebuah pandangan sistematik tentang fenomena<span> </span>dengan menetapkan hubungan-hubungan antar variabel, semua itu bertujuan untuk menjelaskan dan meprediksi fenomena. <span>Ia merupakan sebuah badan dari kesimpulan-kesimpulan yang konsisten dan saling berkaitan yang siap untuk memberi penjelasan. S</span>ecara logis teori terdiri dari konsep-konsep, asumsi -asumsi, dan kesimpulan-kesimpulan. Fungsi utama teori untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi hal-hal yang teratur dalam perilaku (<i>regularities in behavior</i>). Teori merupakan metode heuristika (metode pemecahan) yang mendorong<span> </span>dan mengarahkan perkembangan pengetahuan selanjutnya. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;">Semua teori disajikan dalam bentuk umum dan abstrak. Teori bukan soal apakah<span> </span><b><i>salah atau benar</i></b>, tetapi soal<b><i> bisa dipakai atau tidak</i></b>. Sikap menjauh terhadap teori adalah diakibatkan<span> </span>sebagiannya oleh kesalahan persepsi tentang teori. Semua teori dipakai untuk menunjuk luas konsistensi secara internal, menyimpulkan prediksi-prediksi yang akurat tentang kejadian-kejadian, dan membantu para praktisi agar lebih mudah memahami dan mempengaruhi perilaku manusia. <span></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;">Bentuk dari teori itu, bagaimanapun, kurang penting dibanding tingkatan sejauh mana teori itu bisa dipakai oleh ilmu pengetahuan. Riset dan teori<span> </span>utamanya dipertimbangkan atas dasar kegunaannya (<b><i>utility</i></b>). Dan karenanya sikap menjauh dari teori dalam pemecahan berbagai persoalan adalah sikap tradisional yang tidak mendapat pencerahan ilmu pengetahuan. Sikap tradisional yang semacam inilah yang masih dipegangi oleh orang-orang kita, baik dalam masyarakat maupun pemerintahan.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;">Dunia teori itu dapat dipahami lebih baik dengan cara memperhatikan: </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR">Makna masing-masing komponen teori dan </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR">Bagaimana masing-masing komponen<span> </span>berkaitan antara satu dengan lainnya. </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" dir="LTR" style="margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;">Komponen<span> </span>yang dimaksud, yang pertama adalah <b><i>konsep</i></b>.<span> </span>Ilmuwan mencipta konsep yang dapat membantu mereka dalam meneliti dan menganalisa fenomena yang ada secara sistematik. Dengan kata lain, mereka mencipta sebuah bahasa untuk mendeskripsikan perilaku yang terdapat dalam dunia nyata.<span> </span>Kedua <b><i>asumsi</i></b>, ia merupakan sebuah statemen<span> </span>yang dijamin atau diterima sebagai kebenaran. Asumsi-asumsi<span> </span>yang diterima tanpa bukti tidak memerlukan pembuktian itu sendiri.<span> </span>Dan ketiga <b><i>generalisasi</i></b>, yaitu sebuah statemen atau proposisi<span> </span>yang menunjuk pada<span> </span>hubungan pasangan dari dua konsep atau lebih. Dengan kata lain, <i>Sebuah Generalisasi </i>berhubungan dengan konsep-konsep dalam sebuah bentuk yang bernilai. Beberapa jenis generalisasi<span> </span>mendasarkan pada formulasi-formulasi teoritik. Asumsi<b> </b>disebut generalisasi, jika semua asumsi itu bersifat berhubungan<span> </span>dengan dua konsep atau lebih.<b><span> </span>Keempat </b>adalah <b><i>hipoteisis </i></b>yaitu generalisasi yang mengandung dukungan empirik yang terbatas (lihat di atas). Kelima, <b><i>prinsip </i></b>yaitu, generalisasi yang mengandung dukungan empirik yang substansial. Dan terakhir <b><i>hukum </i></b>yaitu, generalisasi <span> </span>yang mengandung sebuah tingkatan yang kaya dengan dukungan empirik. Generalisasi yang sama pada tingkatan teori yang berbeda dan tingkatan riset pengembangan yang berbeda, bisa menjadi sebuah hipotesis, prinsip, atau hukum. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: small;">Riset itu tak akan pernah lepas hubungannya dengan teori. Karena itu, banyak<span> </span>pandangan yang salah dan ambiguitas-ambiguitas di sekitar teori dan riset. Kesalahan dan ambiguitas itu<span> </span>terrefleksikan ketika<span> </span>menafsir makna dan tujuan riset. Riset ilmiyah akan selalu melakukan investigasi terhadap proposisi-proposisi hipotetik tentang hubungan-hubungan antar fenomena<span> </span>alamiyah. Semua itu dilakukan secara sistematik, terkontrol, empirik dan kritis. Riset selalu diarahkan oleh hipotesis, yang dikontrol secara empirik dengan cara mengkontraskannya dengan hasil-hasil observasi terhadap realitas, yang dibuat<span> </span>dengan cara yang terawasi dan disusun secara<span> </span>sistematik. Selanjutnya, hasil-hasil dari pengujian<span> </span>itu terbuka terhadap kritik dan analisis para peneliti lain. Atas dasar itu maka setiap hasil riset harus terus menerus dilakukan pengujian ulang untuk mendapat kritik baik dalam kerangka memperbaiki kesalahannya, mengembangkan kekurangannya ataupun menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih absah menurut hasil riset yang lebih baru.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Barangkali hasil-hasil riset itu sebagian tidak didukung oleh teori-teori dan asumsi-asumsi yang sehat, atau data-data yang memadai. Bila terjadi demikian<span> </span>tak perlu menyebabkan<span> </span>kita putus semangat. Sebab, pengetahuan kita akan selalu cacat dan tidak akan pernah selalu lengkap. Dan pengetahuan akan terus berkembang. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Bentuk dasar pengetahuan<span> </span>pada semua disiplin pada dasarnya serupa, terdiri dari konsep-konsep, generalisasi-generalisasi dan teori-teori, masing-masing tergantung pada salah satu yang disebut sebelumnya. Konsep senantiasa berkaitan dengan generalisasi yang selanjutnya membentuk sebuah satuan proposisi secara konsisten dan logis. Satuan itu memberikan sebuah penjelasan umum tentang sebuah fenomena<span> </span>(sebuah teori). Dengan demikian, teori secara empirik dicek dengan pengembangan dan pengujian hipotesis-hipotesis yang ditarik secara deduktif<span> </span>dari teori. Hasil riset kemudian menyajikan data untuk menerima, menolak, mereformulasi dan menyaring generalisasi-generalisasi dasar dari teori. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Selanjutnya, dengan dukungan dan fakta emperik yang berkesinambungan, generalisasi-generalisasi dikembangkan dalam bentuk prinsip-prinsip (kaidah-kaidah)<span> </span>yang menjelaskan fenomena tersebut. Teori itu awal dan akhir dari pekerjaan riset ilmiyah. Di satu sisi, teori menempatkan diri sebagai dasar penyimpulan hipotesis untuk menguji proposisi-proposisi yang dapat diperiksa kebenarannya. Proposisi-proposisi yang dapat diperiksa itu adalah proposisi yang menjelaskan dan memprediksi fenomena empirik yang dapat diamati. Dan di sisi lain, sasaran puncak semua kerja keras ilmiyah adalah untuk mengembangkan secara substantif badan teori </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Sebagian besar orang kita menganggap teori sebagai sesuatu yang tak berhubungan dengan praktek. Anggapan inilah yang justru memandulkan kemajuan ilmiyah yang kita harapkan di negeri kita, khususnya Sumenep. Teori itu selalu berhubungan secara langsung dengan praktek. Hubungan itu,<span> </span>sekurang-kurangnya terjadi dengan<span> </span>dengan tiga cara. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR"><span>Teori membentuk bingkai rujukan (<i>frame of reference</i>) bagi para praktisi. </span></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR"><span>Proses teorisasi menyajikan sebuah model analisis yang bersifat umum tentang kejadian-kejadian praktis. </span></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR"><span>Teori memberi arahan dalam pembuatan keputusan. </span></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: small;">Teori memberikan kepada para praktisi alat-alat analisis yang diperlukan dalam mempertajam dan memfokuskan analisis mereka tentang problem yang mereka hadapi. Teori melengkapi kita dengan peralatan yang dapat mengembangkan pemecahan-pemecahan alternatif terhadap masalah-masalah pragmatis. Hubungan teori praktek itu<span> </span>ke depan menggunakan konsep teoritisi<span> </span>untuk memberi label pada aspek-aspek penting dari sebuah masalah. Pendekatan ilmiyah adalah cara pikir tentang kejadian-kejadian<span> </span>baik bagi teoritisi maupun praktisi sama saja. Tentu saja pendekatan ilmiyah adalah sebuah perwujudan yang sarat dengan penyelidikan<span> </span>rasional,<span> </span>baik yang berkaitannya dengan<span> </span>fokusnya,<span> </span>analisis teoritisnya,<span> </span>cara pengembangannya, maupun<span> </span>pemecahan masalah. Tetapi tidak berarti tidak berkait dan berhubungan sama sekali<span> </span>dengan dunia praktek</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Memang ada perbedaan antara cara kerja teoritisi, praktisi dan periset. Tetapi perbedaan itu hanya muncul dalam soal-soal pemberian penekanan. Teoritisi beroperasi pada sebuah tingkat abstraksi dan generalisasi yang lebih tinggi daripada peneliti yang hanya menguji hipotesis. Sebaliknya, praktisi beroperasi pada tataran abstraksi yang lebih rendah dari peneliti, yang demikian karena para praktisi lebih memperhatikan kejadian-kejadian dan soal-soal khusus<span> </span>yang terdapat dalam dunia prakteknya.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Namun demikian teoritisi dan praktisi memiliki kemiripan kerja.. Mereka menggunakan pendekatan ilmiyah lebih ketat dari pada yang dilakukan oleh praktisi. Itu mereka lakukan atas dasar alasan-alasan yang baik. Para teoritisi seringkali membuat pendahuluan dengan proposisi yang berisi kalimat. Hal-hal lain adalah sama. Para peneliti mengontrol semua variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam penelitiannya. Sebaliknya, para praktisi bekerja dalam sebuah dunia yang berisi keragaman dan keanekaragaman, dan semua variabel tidak terkontrol. Para praktisi<span> </span>didesak oleh jabatan, tanggungjawab, otoritas dan problem-problem yang datang mendadak (<i>emmediacy of problem</i>). Walaupun tidak dapat melepaskan diri dari problem-problem dadakan, para praktisi dituntut untuk lebih fleksibel dalam menerapkan metode ilmiyah. Meskipun demikian, pendekatan para teoritisi, peneliti dan para praktisi yang bijak, secara mendasar adalah sama, yaitu sistematis dan reflektif.<span> </span>Dan tradisi keilmuan semacam itulah sebenarnya yang diharapkan dimiliki oleh orang-orang kita. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" dir="LTR"><span style="font-size: small;">Terakhir, tentang hubungan teori dan praktek adalah sebagai berikut. Tanpa teori, bagaimanapun, sama artinya dengan<span> </span>pengetahuan tanpa dasar. Pengetahuan tanpa dasar tak mungkin ada riset, karena dasar pengetahuan bagi riset sangatlah penting, terutama riset untuk menyajikan informasi penting selalu menyarankan adanya sebuah teori. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Itulah proses kerja manusia berperadaban, selalu ada dalam dinamika antara teori, riset dan praktek. Dengan cara demikian itulah kita baru bisa dianggap bekerja atas dasar ilmu. Dan bekerja atas dasar ilmu adalah syarat diterimanya sebuah kerja oleh Allah. “Siapa bekerja tanpa ilmu, pekerjaannya ditolak oleh Allah, dan tak diterima” demikian, nilai-nilai tradisonal Islam mengungkapkan. Bahkan lebih jauh Rasulullah mengungkapkan, “Siapa yang ingin dunia haruslah dengan ilmu, siapa yang ingin akhirat, haruslah dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya haruslah dengan ilmu.”</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: small;"><span>Terakhir ini, negara kita, cendrung dikuasai oleh “kekuasaan politik” sehingga seluruh kebijakan lebih banyak didasarkan pada<span> </span>interes politik dari pada ilmu pengetahuan. Maka karena itu menggalakkan riset ilmiyah dan mengembangkan penguasaan teori,<span> </span>perlu terus dikembangkan di lingkungan komunitas kita. Memang terlalu dini bila pada babak-babak awal mengharapkan lahirnya “<b><i>etos kerja atas dasar ilmu</i></b>”, apalagi bila diharapkan etos kerja yang demikian akhirnya benar-benar menjelma, membudaya dan menguasai prilaku kita.<span> </span><span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-16983000433772238092011-02-06T15:52:00.003+07:002011-02-06T16:04:02.380+07:00Seri: 12 Manajemen Pendidikan: Teori, Riset dan Praktek KEEFEKTIFAN ORGANISASI SEKOLAH<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">OLEH</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">WAYNEY K. HOY </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 8pt;">(RUTGERS UNIVERSITY)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">CECIL G. MISKEL</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 8pt;"> (UNIVERSITY OF MICHIGAN)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">PENERJEMAH</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">SYARQAWI DHOFIR</span></b></div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">PENGANTAR PENERJEMAH</span></b></div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Saya berterimakasih dan bersyukur kepada Allah SWT. Berkat persetujuanNya buku ini selesai dan berkat bimbinganNya buku ini rampung. Semangat menyelesaikan dan menerjemahkan buku ini juga tak lepas dari jasa Rasulullah SAW yang membimbing ummatnya untuk selalu haus ilmu, dan menempatkan belajar sebagai ibadah yang bernilai tinggi. Karena itu saya ucapkan, semoga penghormatan, berkah dan kedamaian Allah senantiasa mengabadi dalam perjalanan beliau menghadap Allah SWT, Kekasih yang selalu mengasihani beliau. Kemudian terimakasih ini saya sampaikan juga pada siapa saja yang telah berjasa kepada penerjemah, langsung atau tak langsung. <i>Jazakumullah khairal jaza’</i>.<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Buku ini sebenarnya berasal dari buku <b><i>Educational Administration: Theory, Research and Practice</i></b>, karya Wayne K. Hoy, dari Rutgers University dan Cecil G. Miskel, dari University of Michigan, pada bab 12, “<i>The Organizational Effectiveness of Schools</i>”, halaman 373-408, edisi ke-4, cetakan McGraw-Hill.Inc, New York, tahun 1991. </div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sengaja diterjemah berseri dan setiap seri adalah satu bab dari buku itu, karena pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan kemudahan praktis, seperti gampang dibawa, mudah dibaca di mana-mana, dan lain-lain. Selain dua alasan itu tidak ada lagi. Apakah bisa buku ini diterjemah demikian? Jawabnya bisa. Antara satu bab dengan bab lainnya memang ada hubungan, tetapi sama sekali tidak mengurangi keutuhan masalah yang dibahas pada setiap babnya yang lebih bersifat tematik. Artinya setiap bab berisi satu tema atau subjek pendidikan yang berbeda-beda. Bisa dibaca secara terpisah dari bab lain. Memang ada hubungan antar bab, namun hubungan itu hanyalah karena pendidikan di semua aspek dan temanya adalah satu hal. </div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Seperti lazimnya buku terjemahan, alih bahasa selalu mengalami hambatan perbedaan karakteristik dan rasa bahasa. Maka dalam keadaan yang demikian, diambil jalan terdekat yang memudahkan kepada pemahaman yang sebenarnya. Selanjutnya bila ada penerjemahan yang salah, karena apa saja, saya memohon maaf. Karena kesalahan itu dibuat insya-Allah di luar kesadaran. Semata terjadi karena kekurangan manusia. </div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Terakhir saya berharap kepada Allah, mudah-mudahan penulisan terjemahan ini memberi manfaat bagi para pelaku pendidikan formal maupun informal dan siapapun yang membacanya. Kedua saya berdoa, semuga menjadi sebagian amal penulis yang bisa menyertainya hingga kelak akhir menutup mata menuju ke haribaan Yang Maha Adil dan Maha Pintar, dan tidak menjadi penyebab terjadinya adzab Allah, baik karena kesalahan buku ini maupun karena perilaku dan sikap penulis yang berkaitan dengan ilmu yang ada di buku ini, amien ya Rabbal ‘alamien. </div><div class="MsoBodyText" style="page-break-after: avoid; text-align: justify;"> </div><div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 1pt 6pt 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 162pt;">Prenduan , 21 Juni 2010</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 144pt; page-break-after: avoid; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">DAFTAR ISI</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-indent: -54pt;">I.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> PENGANTAR</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;">II. PENDEKATAN TEORITIK KEEFEKTIFAN ORGANISASI</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt;">A. Model Tujuan Keefektifan Sekolah</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pembatasan dan Tipe Tujuan </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">2. Asumsi dan Generalisasi </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">3. Kritik terhadap Pendekatan Model Tujuan</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">B. Model Sumber Sistem Keefektifan Organisasi</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Definisi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">2. Asumsi dan Generalisasi </div><div class="MsoNormal"> 3. Kritik Terhadap Model Sumber Sistem . . <span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Integrasi dan Perluasan Model Tujuan dan Model Sumber Sistem</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Dimensi Waktu</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">2. Konstituen Ganda <i> </i> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">3. Kriteria Ganda </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">D. Sebuah Model yang Telah Dintegrasikan: </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal">III. RISET BERDASARKAN KRITERIA KEEFEKTIFAN PILIHAN<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -9pt;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Adatabilitas (Kemampuan Menyesuaikan)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ukuran</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Peneltian</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">B. Pencapaian <span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ukuran</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;">2. Penelitian . <span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">C. Kepuasan Kerja </div><div class="MsoNormal"> 1. Ukuran</div><div class="MsoNormal"> 2. Riset</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Minat Hidup Fokus</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Ukuran</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 14pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Riset</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;">E.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Keseluruhan Keefektifan Keorganisasian</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1. Ukuran</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Riset</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal">IV. SUMBER-SUMBER KONSEPTUAL DAN APLIKASINYA</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;">A. Pengantar</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">B. Strategi Pengembangan Keorganisasian Tentang Perubahan Yang Direncanakan</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Merubah Individu</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Merubah Struktur Sekolah </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Merubah Teknologi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Merubah Lewat Umpan Balik Survey</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">C. Sebuah Sampel Program Perubahan yang Direncanakan di SEkolah Tinggi Urban</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal">V. RINGKASAN</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Keefektifan organisasi adalah masalah utama analisis-analisis keorganisasian dalam bentukmnya yang beranekaragam.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 216pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Richard H. Hall</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 216pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">“Effectiveness Theory </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 216pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">and Organization Effectiveness” </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">PENGANTAR</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 18pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Keefektifan organisasi adalah sebuah teka-teki. Pada saat makna dan ukurannya ambigu ia menjadi sebuah konsep sentral analisis keorganisasian. Keefektifan adalah titik puncak sekaligus titik nadir dalam riset keorganisasian. Disebut titik puncak karena semua teori keorganisasian dan praktek manajemen bertujuan mengidentifikasi dan memroduk performan yang efektif. Disebut titik nadir karena tak pernah ada teori yang sah untuk keefektifan keorganisasian dan tak pernah ada daftar formulasi kriteria yang dipandang mesti atau cukup untuk mengevaluasi konsep (Cameron, 1984, 236)</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Walaupun kebingungan melakukannya, pentingnya mendefinisikan dan mengukur keefektifan organisasi bagi sekolah nampak jelas, Bila para pendidik, para pendukung sekolah (sejenis komite sekolah) atau para pemegang kebijakan berkumpul, topik pembicaraan yang paling sering dan paling menonjol adalah keefekfan sekolah. Istilah-istilah seperti “akuntabilitas” (tanggungjawab), “pencapaian akademik”, “tes kompetensi pendidik”, “tingkat siswa droup out”, “kepuasan terhadap profesi guru” dan “kecerdasan moral” pada umumnya seringkali ditampilkan dalam pembicaraan. Daya tarik yang kuat pada keefektifan organisasi bukan sebuah fenomena baru dan bukan pula sesuatu yang unik bagi dunia pendidikan. Kira-kira lebih dari ratusan tahun yang lalu, para penulis sebenarnya telah merepresentasikan bahwa sektor-sektor publik dan pribadi telah punya perhatian yang besar terhadap efektivitas dan efisiensi operasi yang dilakukan oleh semua tipe organisasi. Akhir-akhir ini fokus tertuju pada dunia ekonomi yang memang lebih kompetitif dan bebas, terutama sekali emergensi terhadap Jepang sebagai sebuah kekuatan ekonomi yang menonjol.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kontroversi di seputar keefektifan organisasi sekolah menunjukkan tidak-adanya tanda-tanda penetapan abad, kapan dimulai. David K. Cohen (1987) mencatat sebuah kontroversi yang menarik: banyak sekolah sukses, tetapi mereka banyak menampilkan kegagalan. Dia menegaskan bahwa abad kedua puluh merupakan sebuah periode perkembangan besar di sekolah-sekolah publik Amerika (misalnya, kreasi tentang seluruh sistem yang diberlakukan pada sekolah menengah umum), tetapi sekolah menolak untuk dipraktekkan secara nasional. Kelanjutan aliran laporan yang menuntut reformasi pendidikan yang fundamental itu disesuaikan dengan tuntutan perubahan demografik dan ekonomi membanjiri para professional dan deisesuaikan dengan literature yang populer. Di dalam laporan-laporan dan kelompok-kelompok diskusi tentqng perubahan sekolah ditemukan argumen-argumen intens seringkali berhadapan dengan isu-isu dan pemikiran yang kompleks tentang definisi dan ukuran-ukuran yang tepat. Miskin konsensus adalah fakta Selama keefektifan organisasi menjelma sebagai sebuah tema sentral dalam teori dan praktek manajemen sekolah, persoalan pelik mengenai konsep tidak dapat dihindari. Ini serupa dengan yang ditemukan Hall (1980) bahwa walaupun adanya bias ideology, politik dan organisasi tak dipermasalahkan, keefektifan tetap menjadi variabel terikat untuk bisa dijelaskan, ditemukan atau diekspos. Isu itu terus mengalami jalan buntu, tak pernah jadi. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pendidikan itu tak punya indikator-indikator keefektifan. Para pendidik dan para anggota masyarakat mengakui bahwa sekolah yang berbeda memperoleh tingkat kesuksesan yang berbeda pula, walaupun komunitas siswanya memiliki kemiripan. Berdasakan kenyataan atau informasi yang ada. Orang tua bisa saja menetapkan untuk menempatkan di sebuah area sekolah tertentu, karena mereka mengenal, misalnya James Madison Elementary menerapkan standar akademik yang unggul, sementara John Dewey Elementary kurang dalam hal prosedur displin yang kuat. Lagi pula semua sekolah melaporkan hasil-hasil kepada publik bahwa para pejabat mempercayai prestasi mereka yang representatif. Para pedukung sekolah diundang ke pertunjukan kesenian, penampilan musik, perlombaan atletik dan pameran ilmu pengetahuan, karena semua aktivitas tersebut mengilustrasikan prokduktivitas sekolah. Ini menunjukkan bahwa . pada level praktek, beberapa indikator keefektifan dikenali dan dipakai.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bagaimanapun, bukti-bukti dan problem-problem yang serius muncul bila dihubungkan dengan teori, riset dan praktek mengenai keefektifan organisasi sekolah. Misalnya, ketika problem spesifik mengenai keefektifan sekolah lahir, maka ketika itu pula perdebatan muncul secara intensif: Apa kriterinya? Bagaimana kreteria didefinisikan? Siapa yang menetapkan kriteria? Bgaimana indikator diukur? Apakah keefektifan itu sebuah fenomena istilah yang luas atau istilah yang sempit? Tahunan usaha perbaikan yang dilakukan menimbulkan kemarahan, dan berakhir di jawaban singkat “darurat” . Meskipun demikian, beberpa pendekatan teoritik tentang keefektifan organisasi menawarkan janji pengintegrasian dan pemfokusan usaha-usaha yang akan datang untuk mensuplay jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. </div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b>II. PENDEKATAN TEORITIK </b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b>KEEFEKTIFAN ORGANISASI</b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengajuan sebuah persoalan global tentang sebuah sekolah apakah efektif atau tidak efektif, sudah tentu maksudnya dalam makna terbatas. Keefektifan tidaklah berdiri sendiri, karena itu pembatasan dalam satu dimensi menjadi tidak akurat. Agaknya, sebuah sekolah atau organisasi-organisasi lain bisa efektif atau tidak bergantung pada satu kriteria yang dipakai. Tanpa sebuah model teori sebagai satu acuan, tidaklah mungkin menyatakan sebuah sekolah itu lebih efektif dari lainnya, atau menyatakan bahwa sebuah indikator yang disajikan adalah sebuah ukuran keefektifan satu-satunya, atau merencanakan cara-cara untuk merubah sekolah. Dua model teori secara sendiri-sendiri: <b><i>Goal Model</i></b> ( Model Tujuan) dan <b><i>System Resource Model </i></b>(Model Sumber Sistem), dapat memberikan dasar-dasar keputusan dan dasar-dasar untuk membuat aksi penting yang diperlukan untuk menciptakan keefektifan sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Model Tujuan</span></b></span><b><span style="font-size: 16pt;"> </span></b><b><span style="font-size: 14pt;">Keefektifan Sekolah</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Pembatasan dan Tipe Tujuan </span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;">Secara tradisional, keefektifan organisasi dibatasi berdasarkan tingkat pencapaian tujuan. Amitai Etzioni (1964, 6) telah memberikan batasan secara luas, yaitu “sebuah tujuan organisasi adalah keadaan yang diinginkan dari suatu urusan dimana organisasi berusaha mewujudkannya.” Sebuah organisasi dianggap efektif bila hasil aktifitasnya menemukan atau menghasilkan tujuan organisasi. Pada saat mengenali seluruh kelemahan yang ada dalam Model Tujuan, sejumlah sarjana menegaskan bahwa tujuan-tujuan dan prestasi-prestasi selalu bersifat relatif, karena itu pembatasan keefektifan organisasi penting sekali dan esensial. Tujuan dapat memberikan petunjuk dan mengurangi ketidakpastian bagi para partisipan organisasi dan memberikan standard untuk menilai organisasi.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;">Dalam sebuah Model Tujuan keefektifan organisasi, sebuah jarak antara tujuan ofisial dan tujuan operatif harus dibuat (Steers, 1977). Tujuan ofisial berupa statemen formal tentang tujuan yang dirumuskan oleh kantor pendidikan sejalan dengan natur misi sekolah. Statemen itu seringkali tertera dalam publikasi-publikasi kantor pendidikan, fakultas dan handbook (buku pedoman kerja) para staf. Tujuan ofisial berdasarkan naturnya berciri khas abstrak dan aspirasional. ( misalnya, semua siswa meraih seluruh potensi mereka secara penuh. Tujuan-tujuan itu seringkali tanpa perhitungan waktu, dan sekedar menghidangkan tujuan demi kepentingan dukungan pengamanan dan legitimasi dari pemerintah untuk sekolah, dari pada untuk kepentingan memberikan petunjuk kerja bagi para pendidik professional. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;">Sebaliknya, tujuan operatif merefleksikan maksud-maksud organisasi sekolah. Tujuan operatif mencerminkan tugas dan aktivitas aktual yang ditampilkan di sekolah, tak respek terhadap klaim-klaim yang harus dilakukan. Karena itu, tujuan ofisial<i> </i> di sekolah bisa saja operatif bisa juga tak operatif, bergantung pada seberapa luas tujuan-tujuan ofisial itu secara akurat merepresentasikan praktek-praktek pendidikan yang aktual. Sebagian tujuan operatif dipublikasikan (misalnya, upaya-upaya menempatkan siswa yang merugikan di kelas-kelas reguler), sementara itu sebagian yang lain tidak dipublikasikan (misalnya, upaya memberikan perlindungan perawatan kepada siswa selama enam sampai delapan jam setiap hari). Kenyataannya, tujuan-tujuan ofisial yang aktraktif di beberapa distrik sekolah diperlakukan sebagai keputusan penutup jalan yang bijak bagi kekurangan tujuan-tujuan operatif yang aktraktif sedemikian rupa, keduanya dipisah secara ekstrim seperti sikap sektarianisme dan rasialisme. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">2. Asumsi dan Generalisasi </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;">Ada dua asumsi mendasari Goal Model (Campbell, 1977):. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Pertama: Sekelompok rasional pemegang keputusan dalam organisasi di pikirannya ada seperangkat tujuan yang ingin dikejar.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Kedua : Ada sejumlah tujuan yang cukup untuk dimanaj dan dibatasi secara kongrit yang cukup bisa dipahami oleh para partisipan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.85pt;">Jika asumsi itu diterima berikutnya adalah, para pemegang kebijakan akan bisa menilai keefektifan dan mengembangkan ukuran-ukuran untuk menentukan seberapa besar tujuan-tujuan itu bisa diraih. Meskipun para pemegang kebijakan itu secara nyata tak memiliki rasionalitas yang lengkap, dua asumsi dan generalisasi yang mengalir darinya tak akan bisa ditolak tanpa pertimbangan yang hati-hati. Kenyataan yang terjadi, praktek-praktek manajemen telah dikembangkan untuk meningkatkan spesifikasi tujuan dan pencapaian tujuan. Misalnya, majamen bersasaran (lihat seri 7) , biaya dan keuntungan analisis, titik-titik inti kurikulum, sasaran-sasaran perilaku dalam pengajaran, seluruhnya diapakai untuk menspesifikasi tujuan di sekolah. Mirip dengan itu, kantor administrasi dan pendidikan berusaha untuk meningkatkan pencapaian tujuan dengan cara mensentralisasi dan memformalisasi organisasi dan menugaskan untuk membuat garis-garis pedoman dalam membuat skop dan urutan kurikulum. Bagaimanapun, seluruh kelemahan yang ada dalam konsep tujuan dan model tujuan akan tetap dicatat . </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;"> 3. Kritik terhadap Pendekatan </span></b><b><span style="font-size: 14pt;">Model Tujuan</span></b><b><span style="font-size: 14pt;"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diantara kritik terhadap penggunaan tujuan untuk menilai keefektifan organisasi disampaikan Kim Cameron. Dia (1978) memberikan analisis berikut:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seringkali lebih fokus pada tujuan-tujuan administrator sekolah dari pada yang dirumuskan oleh guru, siswa, wali murid dan konstituen lainnya. Para peneliti cendrung hanya menanyai para manajer tentang isi tujuan sekolah dari pada konstituen lainnya. Mereka gagal mencatat perbedaan harapan yang diekspresikan oleh tujuan operatif sekolah. </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam banyak hal para peneliti mengabaikan keserbaragaman tujuan dan sifat keaneragaman tujuan. Model Tujuan cendrung konsisten dalam tataran logika dan isi, padahal kenyataannya tujuan sekolah itu berbeda. Misalnya, tujuan tata tertib dan tujuan budaya seringkali muncul berdampingan di sekolah. Administrator dan guru berharap untuk memelihara lingkungan sekolah yang aman dan tertib, perasaan saling percaya, loyalitas kelompok, saling suka dan kebersamaan antar siswa. Selama tujuan-tujuan itu menampak dalam keharmonisan yang nyata (keserbaragaman), konflik-konflik pokok pun (keanekaragaman) akan terus mendasari tujuan-tujuan itu. </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Semua tujuan keorganisasian bersifat retrospektif (berhubungan dengan masa lalu). Tujuan difungsikan untuk memberikan justifikasi terhadap aksi pendidikan dan para pendidik, bukan untuk mengatur aksi itu. .</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tujuan-tujuan keorganisasian bersifat dinamik, sementara itu Goal Model bersifat statik. Tujuan karena faktor-faktor kontekstual bisa berubah dan berbeda, sementara model tetap sama </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tujuan ofisial (tujuan resmi) organisasi boleh jadi tidak menjadi tujuan yang operatif. Karena kesulitan dan kompleksitas melakukan analisis terhadap operasi-operasi aktual, peneliti bisa jadi tidak bisa mengidentifikasi tujuan operatif secara akurat. Karena itu, ia mengandalkan diri pada pendapat-pendapat perorangan tentang apa tujuan-tujuan yang diimplikasikan oleh praktek-praktek operasional. Hasilnya, tujuan ofisial mendapat tekanan yang lebih besar dibanding pentingnya tujuan operatif.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Problem besar lainnya yang berkaitan dengan model prestasi tujuan adalah satu, isi pokok (Kanter dan Brinkerhoff, 1981, 330-331). Hasil yang diperoleh dari ukuran yang dipakai (<i>outcome measure</i>) tidaklah merupakan indikator-indikator murni dari kualitas kinerja, karena masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain . Misalnya, kualitas guru dan siswa, teknologi yang tersedia, dan keanekaragaman pengaruh faktor lingkungan terhadap pengawasan organisasi. Di dunia pendidikan, hasil-hasil yang dinilai bergantung secara luas pada status sosioekonomi. Wilayah sekolah yang kaya mencapai skor tes yang lebih tinggi dibanding dengan wilayah yang memiliki pengaruh latar belakang permulaan start siswa yang lebih baik secara akademik. Robert Wimpelberg, Charles Tedlie, dan Samuel Stringfield (1989, 95) beralasan bahwa faktor sosioekonomi boleh jadi merepresentasi kumpulan faktor yang .bersekongkol berkerja bersama-sama untuk atau melawan keefektifan sekolah. </li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">Berdasarkan kritik-kritik kuat di atas, para sarjana (Yuchtman dan Seashore, 1967) menyimpulkan bahwa Model Tujuan yang dipakai untuk keefektifan organisasi tidak mencukupi. Bahkan mereka mengusulkan <i>System Resource Model</i> (Model Sumber Sistem). Usul ini didukung secara kuat oleh bukti<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> dari hasil-hasil kerja belakangan ini (Etzioni, 1960; Katz dan Kahn, 1966, 149-170) </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">B. Model Sumber Sistem Keefektifan Organisasi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Definisi</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Serupa dengan pandangan sumber terikat mengenai lingkungan luar yang dibicarakan dalam seri 11, Model Sumber Sistem mendefinisikan keefektifan sebagai kemampuan organisasi untuk mengamankan sebuah posisi tawar yang menguntungkan dalam lingkungannya dan memodali posisi itu untuk memperoleh sumber-sumber langka dan sumber-sumber yang bernilai. Konsep posisi tawar itu mengimplikasikan pengeluaran tujuan-tujuan spesifik sebagai ukuran puncak keefektifan. Agaknya, Model Sumber Sistem mengarahkan perhatian ke arah kapasitas organisasi yang lebih umum untuk memperoleh asset. Konsekwensinya, definisi keefektifan menekankan pada kesinambungan, proses perubahan tanpa akhir, dan pada posisi lebih, sumber-sumber bernilai dan sumber-sumber langka. Setiap waktu badan legislatif negara bagian akan berkumpul untuk menyesuaikan uang pajak untuk kepentingan sekolah. Proses ini sangat nampak. Organisasi-organisasi pendidikan berkompetisi dalam lingkungan politik negara bagian dengan agen-agen dan organisasi-organisasi transportasi, kesejahteraan sosial, lembaga pemasyarakatan, dan lainnya untuk mendapatkan komoditas bernilai dari dana bantuan negara bagian. Dengan proposal-proposal “sekolah pilihan” , kompetisi antara sekolah swasta dan negeri nampak semakin meningkat. Jika daftar-daftar sekolah negeri menurun, seperti yang mereka lakukan secara periodik, dan prospek ketenagakerjaan untuk pendidik melemah, maka kompetisi untuk siswa meningkat. Sejalan dengan itu Model Sumber Sistem, sekolah yang paling efektif akan mempertahankan perkembangan atau meminimalissasi kemerorotan lewat tawar-menawar yang menguntungkan dengan wali murid, murid, dan anggota dewan legislatif. Karena itu ukuran keefektifan berubah menjadi kemampuan organisasi memperoleh sumber. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">2. Asumsi dan Generalisasi</span> </b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Literatur yang berkenaan dengan Model Sumber Sistem mengandung asumsi-asumsi implisit (Yuchman dan Seashore, 1967; Campbell, 1977; Goodman dan Pennings, 1977, 147-184): </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pertama, organisasi diasumsikan sebagai sebuah sistem terbuka yang memanfaatkan lingkungan luarnya Dengan kata lain, organisasi diasumsikan sebagai sistem sosial yang terdiri dari berbagai dimensi: organisasi, kelompok dan individu, yang merupakan bentuk putaran saling interaksi sebagai dasar mengevaluasi keefektifan, sebagaimana telah disajikan dalam Seri 2.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kedua, sebelum sebuah organisasi mencapai bentuknya yang utuh, ia berhadapan dengan tuntutan persyaratan yang begitu kompleks. Tuntutan itu biasanya dibatasi pada sejumlah kecil tujuan-tujuan keorganisasian yang sarat nilai yang boleh jadi mustahil bisa dicapai.</li>
</ul><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebuah generalisasi muncul dari asumsi-asumsi itu, yaitu, untuk menambah keefektifan organisasi: harapan-harapan birokratik, kelompok-kelompok informal, dan individu butuh bekerja sama yang lebih baik untuk menghasilkan pengaruh lingkungan yang kuat, dibanding bekerja dalam organisasi-organisasi yang kurang efektif. Semua organisasi menekankan pada sumber-sumber yang cukup dan menghindarkan diri dari tekanan yang tak semestinya. Manajemen pendidikan, misalnya, menaruk kepentingan besar untuk menfasilitasi keharmonisan, karena aksi-aksi keharmonisan dalam sebuah Model Sumber Sistem dapat mempertinggi keefektifan organisasi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ketergantungan yang kuat pada lingkungan memaksa organisasi memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi penyesuaian untuk memenangkan kompetisi merebut sumber-sumber. Dari Model Sumber Sistem, organisasi yang efektif lewat cara mekanisme monitoring yang sensitif berusaha memperoleh informasi tentang perilaku baru yang dapat mengarahkan pada kemahiran memperoleh asset yang lebih banyak. Untuk menghindari dari kemerosotan pendaftaran, banyak perguruan tinggi, universitas, dan kantor pendidikan wilayah menyadap informasi tentang kebutuhan-kebutuhan pelayanan pendidikan yang diperlukan oleh calon siswa/mahasiswa yang tak biasa menjadi langgaganannya. Mereka berusaha menggali sumber-sumber kekayaan dari penduduk calon siswa/mahasiswa yang tak terlayani dengan cara menawarkan sebuah pelayanan unik untuk orang dewasa, kemudahan akses, dan program-program plus. Menurut Model Sumber Sistem, kreteria final, yang harus digunakan oleh peneliti untuk menilai keefektifan sekolah adalah konsistensi internal. Model Sumber Sistem memprediksi, organisasi yang efektif akan mendistribusikan sumber-sumber secara bijak pada suatu wilayah luas yang aneka ragam lewat mekanisme monitoring dan menyadapan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">3. Kritik Terhadap Model Sumber Sistem</span></b> . . <span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Mode Sumber Sistem yang dipakai untuk mengetahui keefektifan organisasi diduga banyak memiliki cacat, khususnya bila diterapkan dalam organisasi pendidikan (Cameron, 1978, 605; Scott, 1977, 75-89, Steers, 1977, 48; Kirchhoff, 1977). Penekanan terlalu banyak untuk satu hal pada <i>input</i> boleh jadi dapat merusak pengaruh pada <i>outcomes</i> (hasil). Ketika organisasi pendidikan dihabisi untuk pencapaian sumber-sumber, maka fungsi-fungsi pendidikan yang lain bisa terabaikan. Misalnya , demi menahan kecendrungan pendaftaran merosot, banyak sekolah tinggi dan universitas mengajak untuk mengintensifkan dan memperluas kompetisi dalam pencarian calon mahasiswa, maka akan terjadi tindakan kompromistis antara program kekerasan dan pencapaian kualitas.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kritik lain, diduga, ketika meningkatkan input atau meningkatkan perolehan sumber-sumber adalah merupakan sebuah tujuan operatif bagi organisasi, maka dengan demikian Model Sumber Sistem secara nyata menjadi Goal Model (Model Tujuan). Dengan demikian perbedaan pendekatan antara Model Tujuan dan Model Sumber Sistem boleh jadi hanyalah soal semantik yang berlebihan. Sebagaimana diungkapkan dalam penelitian Hall (1972, 100), “<i>Perolehan sumber-sumber benar-benar tak pernah terjadi, Itu hanyalah didasarkan pada apa yang organisasi harus capai – yaitu tujuan, tetapi diselesaikan lewat tujuan-tujuan operatif”.</i> Dengan kata lain, Model Sumber Sistem secara nyata membenarkan konsep tujuan operatif. Kenyataannya, Richard M. Steers (1977, 48) mengungkapkan, bahwa dua pendekatan itu adalah dua hal yang saling melengkapi (bersifat komplementer). Sesungguhnya, sebuah pendekatan yang mungkin – dalam keinginan puncaknya- adalah mengonsep keefektifan organisasi dengan cara mengkonbinasi dua pandangan tersebut. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Integrasi dan Perluasan Model Tujuan dan Model Sumber Sistem</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i>Goal Models</i> (Model Tujuan) dan <i>System Resource Models</i> (Model Sumber Sistem) mendistribusikan satu asumsi krusial, yaitu, “kemungkinan dan keinginan untuk mencapai satu seting kriteria dan dengan demikian mencapai satu statemen tentang keefektifan organisasi” (Connoly, Conlon, dan Deutsch, 1980, 212). Dalam Model Tujuan keefektifan didefinisikan dengan istilah pencapaian secara relatif sasaran-sasaran yang mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sarana fisik, energi manusia yang berupa siswa/mahasiswa dan karyawan, teknologi kurikulum, dan beberapa komditas seperti uang, yang bias ditukar dengan sumber-sumber lain. Sedangkan Model Sumber Sistem didasarkan pada konsep sistem terbuka yang meletakkan nilai-nilai besar di atas keharmonisan dalam pengoperasian komponen-komponen organisasi, kemampuan beradaptasi, optimalisasi kepemimpinan, penetapan kebijakan dan proses komunikasi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Beberapa teoritisi (Goodman dan Pennings, 1977, 147-184; Steers, 1977, 4-6, 48; Campbell, 1977, 50) telah berusaha mengitegrasikan dua pendekatan , dan walaupun pikiran-pikiran mereka sedikit berbeda, mereka sepakat bahwa penggunaan tujuan tidak dapat dihindari. Perilaku secara implisit dan eksplisit adalah tujuan yang menjadi sasaran, tak terkecuali perilaku keorganisasian. Bagaimanapun, dari bingkai kerja Model Sumber Sistem, tujuan bisa menjadi lebih bervariasi dan dinamis: tujuan-tujuan itu tidak statis, bukan keadaan puncak, tetapi relatif berubah secara periodik setiap saat. Lagi pula, pencapaian beberapa bagian dari tujuan dapat menyajikan sumber-sumber baru yang mengarah pada pencapaian tujuan-tujuan berikutnya. Jadi, ketika bingkai kerja sebuah sistem (model) digunakan, maka akan terjadi sebuah silus alami yang membentuk kekhasan tujuan dalam organisasi</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Agar supaya mencapai sebuah pemahaman dengan nuansa yang tajam tentang keefektifan organisasi, maka model yang integratif harus diperluas hingga meliputi tiga karakteristik tambahan:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Dimensi waktu</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Konstituen ganda</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kriteria ganda </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Dimensi Waktu</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebuah faktor yang diabaikan dalam penelitian organisasi dan penilaian keefektifannya adalah waktu. Padahal isu-isu waktu mutlak penting dan sentral. (Bluedorn dan Denhardt, 1988). Martin Burlingame (1979) berbicara mengenai ritme musim; Ia adalah siklus murni yang membuat ciri khas pada kalender sekolah. Tahun mulai pada musim gugur, kosong untuk liburan pada musim dingin, dan berakhir di akhir musim semi. Para pendidik tahu bahwa waktu-waktu tertentu dari satu tahun akademik berpotensi besar menimbulkan krisis, kerusakan ssstem, menurunya pencapaian tujuan. Beberapa hari di akhir tahun akademik , misalnya, terlihat kondisi yang semrawut. Menyadari hal itu, para pendidik mengembangkan mekanisme pengawasan untuk mengendalikan problem-prolem yang tampil dalam waktu yang singkat itu, misalnya memperketat penafsiran terhadap aturan-aturan disiplin, wisata lapangan, dan aktivitas spesial lainnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengaruh waktu pada keefektifan organisasi dapat dikonsepsikan dengan sebuah mata rantai kesuksesan dengan jarak berjenjang dari jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang (Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1976, 64). Bagi sekolah indicator representatif untuk keefektifan sekolah untuk jangka pendek meliputi, prestasi peserta didik, moral, kepuasan kerja dan loyalitas. Kriteria untuk jangka menengah, kesuksesan meliputi penyesuaian dan pengembangan organisasi sekolah dan program-program pengajaran, kemajuan karer para pendidik, dan kesuksesan mantan peserta didik terdahulu. Dari bingkai kerja Model Sumber Sistem, diketahui kriteria puncak untuk jangka panjang adalah kejayaan organisasi. Menurunnya pendaftaran siswa baru, penutupan sekolah, berkonsolidasi dengan kantor wilayah pendidikan yang kecil semuany itu mengejawantahkan adanya problem-problem jangka panjang yang berkaitan dengan kejayaan. Untuk mengilustrasikan poin-poin tersebut, Emil J. Haller dan David H. Monk (1988) menemukan bahwa antara tahun 1930 dan 1988 jumlah sekolah di wilayah kantor –kantor pendidikan di Amerika Serikat menurun dari 128.000 menjadi 14.000. Hanya selama tahun 1960 an saja jumlah sekolah di wilayah-wilayah kantor pendidikan telah tingga separuhnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengaruh lain dari waktu adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur keefektifan organisasi tidaklah konstan tetap. Sebagaimana para pendukung sekolah merubah pilihan mereka, tuntutan dan harapan baru berkembang pula untuk mendenisikan keefektifan sekolah. Selama tahun 1970 an, misalnya, sekolah-sekolah menekankan pada pertumbuhan sosioemosional dan hak keadilan para peserta didik., tetapi lewat reformasi laporan pada awal tahun 1980 an , publik mulai menuntut efesiensi, pertumbuhan kognitif dan keterampilan kerja agar kepentingan supemasi ekonomi menjadi lebih unggul (Wimpelberg, Teddlie dan Stringfield, 1989, 83-88) . Satu lagi tekanan tambahan yang diprediksi dalam tataran yang lebih tinggi, yaitu kemampuan berpikir dan pengembangan ekonomi pada tahun 1990 an. Sebagai konsekwensinya, kinerja yang dianggap efektif hari ini, rupanya menjadi tidak efektif besok hari, sejalan perubahan tuntutan dan pilihan (Cameron, 1984, 239-240). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sejalan dengan adanya kriteria spesifik mengenai perubahan keefektifan maka demikian pula organisasi, bergerak lewat siklus perjalanannya (Quinn dan Cameron, 1983). Pada awal tahapan kewirausahaan, fleksibilitas dan kecakapan memperoleh sumber menjadi kriteria prima. Bagaimanapun, sebagai organisasi yang matang criteria utama adalah komunikasi, stabilitas, produktivitas, efisiensi dan setting tujuan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Boleh jadi tidak sesuai atau tidak mungkin untuk menerapkan kriteria-kriteria lama pada tipe-tipe organisasi baru. (Kanter dan Brinkerhoff, 1981, 329). Bagi organisasi-organisasi yang menyederhanakan edisi baru dari kriteria lamanya, itu bisa relatif mudah untuk menerjemahkan aturan-aturan dari satu setting ke lainnya dan menetapkan kriteria keefektifan yang kokoh. “Organisasi-baru-yang beda” menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, hal itu terjadi karena kriteria keefektifan dan harapan orang luar tidak jelas. Misalnya, membuka yang baru, tetapi tradisional, sekolah tidak akan secara khusus memperhatikan dengan serius tentang kriteria keefektifan. Tetapi bila yang dibangun adalah sekolah alternatif, sekolah magnet, atau sekolah-sekolah pilihan, maka sekolah-sekolah itu akan mencipta tujuan-tujuan yang beda secara fundamental, kemudian pencapaian dalam ujian-ujian yang standard dan biaya per peserta didik menjadi kriteria yang kurang penting. Jadi bila tuntutan dasar para pembaharu berubah di sekolah, maka mereka juga harus memproduksi definisi baru dan ukuran baru tentang keefektifan sekolah </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Tujuan sekolah efektif bersifat berkesinambungan, jaadi lebih pada <i>berproses efektif</i> dari pada <i>menjadi efekif</i>.(Zammuto, 1982, 161). Oleh karena itu, ketika mendiskusikan keefektifan sekolah, dimensi waktu menjadi komponen yang esensial. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;"> 2. Konstituen Ganda </span><i> </i> </b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kriteria keefektifan selalu merefleksikan nilai-nilai dan bias-bias konstituen dan stakeholder, yaitu kepentingan individu atau kelompok di dalam atau luar sekolah yang memiliki dukungan dalam keefektifan organisasi (Cameron, 1978, 606). Bagi sekolah atau organisasi lain yang memiliki konstituen ganda atau kelompok-kelompok kepentingan yang juga ganda, kriteria keefektifan secara khas dirumuskan dari sejumlah pandangan. Ini maksudnya, stakeholder ganda memainkan peran penting, yaitu mendefinisikan tujuan dan menerima informasi penilaian dari mereka (Connolly, Conlon dan Deutsch, 1980). Untuk keperluan setting pendidikan, diskusi mengenai sebuah sekolah yang baik akan diikuti oleh para sarjana, orang tua, guru, politikus, birokrat, para pembayar pajak dan karyawan (Balderson, 1977). Daftar ini sekurang-kurangnya menggambarkan perbedaan sejumlah kepentingan kelompok-kelompok. Selanjutnya, literatur mengenai penampilan pengukuran membenarkan model politis organisasi (Kanter dan Brinkerhoff, 1981, 321-322). Sekolah dipandang sebagai medan tempur bagi dua stakeholder luar dan dalam yang bersaing mempengaruhi kriteria keefektifan dengan mengajukan kepentingan mereka masing-masing. Keefektifan kemudian menjadi kurang ilmiyah tapi lebih banyak mencerminkan sebuah konsep bermuatan politik.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebagai sebuah faktor yang lebih menyulitkan lagi, kelompok-kelompok konstituen menawarkan kriteria berbeda-beda. (Kanter dan Brinkerhoff, 1981, 324; Hall, 1980, 538). Misalnya, para manajer dan pejabat kantor pendidikan menekankan pada indikator-indikator birokratis untuk mengukur keefektifan, misalnya penggunaan fasilitas, prosedur anggaran, praktek-praktek personel, sebagian karena faktor-faktor itu mencerminkan hal-hal yang berada dalam pengawasan mereka (Scott, 1977, 87-89). Sebaliknya, para guru menekankan pada standard proses keefektifan. Mereka mengungkapkan bahwa keefektifan harus mencerminkan syarat-syarat kesesuaian dengan proses dan metode pembelajaran. Peserta didik, pembayar pajak dan politikus, bagaimanapun fokus pada ukuran-ukuran produk, hasil didikan dan efisiensi. Mereka menilai sekolah dari sudut pencapaian akademik, nilai-nilai lulusan, dan biaya per peserta didik. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Karena itu, sebuah kombinasi Model Tujuan dan Model Sumber Sistem memerlukan masukan berbagai macam konstituen yang dalam mendefinisikan dan mengevaluasi keefektifan sekolah menggunakan aneka kriteria. Pandangan demikian diistilahkan dengan pendekatan keefektifan keorganisasian yang “relativistic-multiple-contingency” artinya serba-mungkin-yang bersifat relatif (Keeley, 1984). Pendekatan relative berasumsi, “Tidak ada statemen tunggal tentang keefektifan organisasi yang bersifat mutlak atau yang diinginkan”. Dengan kata lain, berbagai stakeholder di dalam dan di sekitar organisasi sekolah memerlukan aneka jenis ukuran keefektifan yang berbeda-beda. Tak ada indikator keefektifan tunggal atau yang sederhana, daftar yang umumlah yang akan mencukupi (Kanter dan Brinkerhoff, 1981). Kekuasaan dan politik mempengaruhi definisi rumusan dan ukuran keefektifan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">3. Kriteria Ganda </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 14pt;"> </span></b><span style="font-size: 11pt;">Se</span>buah asumsi dasar di sepanjang diskusi yang ada tentang hal ini adalah bahwa keefektifan organisasi merupakan konsep multidimensional. Tak ada kriteria tunggal yang utama, seperti pencapaian peserta didik atau semua performan yang dapat memuat seluruh watak kompleks keefektifan sekolah. Dalam pendekatan kombinatif Model Tujuan dan Model Sistem Sumber, indikator-indikator keefektifan harus dijabarkan dari setiap fase lingkaran sistem terbuka sebagai input, transformasi dan output. Sesungguhnya, setiap variable fase, proses, atau outcome dapat dan telah digunakan sebagai sebuah indikator keefektifan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengembangan indeks multidimensional atau ukuran gabungan mengenai keefektifan organisasi menuntut adanya seleksi terhadap konsep-konsep pokok. Memilih variable keefektifan yang paling cocok dan paling representatif, bagaimanapun akan menjadi tugas melimpah. Misalnya, John P. Campbell (1977, 36-39) menggunakan tiga kategori untuk mengklasifikasi setumpuk daftar indikator keefektifan. Serupa dengan dia, Steers (1975) menemukan lima belas kriteria yang berbeda dalam sebuah sample yang berasal hanya dari tujuh belas penelitian keefektifan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sekedar memberikan saran dan petunjuk bagi kepentingan penelitian keefektifan organisasi, sebuah model teori diperlukan untuk memberikan petunjuk cara memilih indikator-indikator keefektifan (Stewart, 1976; Hall dan Fukami, 1979). Raymond F. Zammuto (1982, 4) yakin bahwa sebuah pendekatan yang berguna adalah untuk mengingatkan bahwa organisasi-organisasi itu penemuan-penemuan sosial untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia. Masyarakat berpartisipasi dalam hubungan yang berubah –ubah dengan organisasi untuk memperoleh hasil yang bermakna. Partipasi atau dukungan berkelanjutan terhadap organisasi bergantung pada kreasi organisasi dalam menghasilkan <i>outcome</i> yang bermakna menurut kacamata yang dirasakan oleh para partisipan. Dengan kata lain, sekolah memperoleh keuntungan mendapatkan lisensi untuk keluar dengan cara menciptakan outcome yang bermakna. Dalam konteks outcome yang bermakna, temuan Talcott Parsons (1960) menyajikan sebuah model yang sangat baik untuk menunjuki cara memilih kriteria yang spesifik . Karyanya telah digunakan oleh sarjana-sarjana lain untuk membimbing cara menganalisa keefektifan organisasi dan kebijakan pendidikan (Hall dan Fukami, 1979, Bowd dan Crowson, 1981). Parson telah membuat postulat bahwa kejayaan sebuah sistem sosial bergantung pada penguian empat fungsi penting. Fungsi-fungsi itu sangat fundamental untuk memperoleh sumber dan mempertimbangkan tujuan organisasi. Seperti telah dibahas dalam seri sebelumnya, semua sistem sosial harus memecahkan empat problem fungsional: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Adaptasi </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pencapaian tujuan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Integrasi </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Latency </i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Adaptasi diperhatikan karena sistem perlu mengontrol lingkungannya. Sekolah menjadikan dirinya akomadatif terhadap tuntutan-tuntutan mendasar yang datang dari lingkungan dan konstituennya., dengan cara mentransformasi situasi eksternal dan merubah program-program internal sehingga menemukan kondisi baru. Tanda-tanda umum dari adanya adaptasi sekolah adalah: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Innovasion (pembaharuan)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 14pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Development (pengembangan) </span><span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 14pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Growth (pertumbuhan)</span><span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pencapaian tujuan adalah kepuasan terhadap tujuan sistem. Sasaran-sasaran didefinisikan dan sumber-sumber digerakkan untuk mencapai tujuan-tujuan akhir yang diinginkan. Indikator khas yang menunjukkan sekolah mencapai tujuan adalah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pencapaian akademik </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span style="font-size: 14pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Penemuan sumber</span><span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span style="font-size: 14pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Kualitas peserta didik</span><span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span style="font-size: 14pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Pelayanan</span><span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Integrasi menawarkan solidaritas sosial dalam sistem – proses pengorganisasian, pengkoordinasian, penyatuan hubungan-hubungan sosial ke dalam sebuah kesatuan tunggal. Di antara perhatian-perhatian kemasyarakatan yang utama yang sangat dipedulikan oleh sekolah adalah: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kepuasan kerja para karyawan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Konflik interpersonal</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Absen peserta didik</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Moral</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i>Latency</i> adalah sarana keutuhan sistem nilai yang berupa pola-pola sistem budaya dan sistem motivasi. Sekolah-sekolah yang efektif mengharuskan adanya sebuah komitmen yang tinggi dan perilaku yang tepat khususnya di lingkungan pendidik dan peserta didik, untuk memperkuat nilai dan norma organisasi. Indikator yang menunjukkan sekolah berpenampilan efektif dalam soal fungsi latensi meliputi: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Loyalitas</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Senang hidup fokus pada kerja sekolah</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pearasaan bangga pada identitas lembaga </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Motivasi perorangan terhadap kerja sekolah.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Komitmen terhadap organisasi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kecocokan aturan dan norma. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">D.</span></b><span style="font-size: 14pt;"> <b>Sebuah Model yang Telah Dintegrasikan</b></span><b>: </b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Kriteria spesifik untuk mengukur masing-masing dari hal-hal tersebut dapat digambarkan dari karya Campbell (1977) dan Steers (1975). Hasil penggabungan aspek-aspek umum, kriteria atau indikator-indikator khusus, dan pandangan-pandangan lain mengenai keefektifan, semua digambarkan secara ringkas dalam tabel 1 berikut. Konsekwensinya, gabungan Model Tujuan dan Model Sumber Sistem tentang keefektifan organisasi bisa dijabarkan dengan menyertakan empat fungsi penting dari sistem sosial yang diperankan sebagai tujuan operatif. Dengan menambah indikator-indikator spesifik tentang pencapaian empat tujuan , dan dengan mempertimbangkan kerangka waktu dan konstituen yang dapat dipakai di masing-masing indikator, kita bisa menyempurnakan model tersebut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Sebagaimana telah diilustrasikan dalam tabel berikut, hasilnya berupa formulasi teori yang l;ebih komperhensif untuk mengarahkan usaha-usaha riset ke depan. Para peneliti yang menggunakan model ini untuk penelitian keefektifan organisasi sekolah akan melalui proses tiga langkah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama menentukan konstituen yang akan mendefinisikan tujuan-tujuan operatif yang dianggap penting. Para penliti bisa mendefiniskan sendiri atau boleh jadi didefiniskan oleh beberapa sekolah, kelompok politisi dan kelompok lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kedua, mereka men-spesifikasi-kan aspek-aspek waktu, apakah memfokuskan pada tujuan jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketiga mengidentifikasi seluruh indicator criteria. Untuk membuat evaluasi keefektifan sekolah yang komperhensif, mereka harus menyertakan outcome dari setiap empat tujuan penting. Misalnya, penelitian komperhensif keefektifan sekolah untuk jangka pendek dan menengah dari sudut pandang peserta didik, maka dapat digunakan keinovasian kurikulum, prestasi akademik, kepuasan siswa menerima pembelajaran, dan perasaan bangga terhadap identitas yang berkaitan dengan sekolah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 45pt;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 1: Model Integratrif tentang Keefektifan Organisasi</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 45pt;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 145.5pt;" valign="top" width="194"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Aspek-aspek</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Kefektifan</span></b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 150.95pt;" valign="top" width="201"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Pandangan</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tambahan</span></b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 144.55pt;" valign="top" width="193"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Indikator </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Ganda</span></b></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 145.5pt;" valign="top" width="194"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 136px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 51px; z-index: 1;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="51" /></span><span style="font-size: 10pt;">Adaptasi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 150.95pt;" valign="top" width="201"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Waktu</span></div><div class="MsoNormal"><span style="position: relative; z-index: 5;"><span style="height: 12px; left: 134px; position: absolute; top: -8px; width: 51px;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" width="51" /></span></span><span style="font-size: 10pt;">Kontstituen</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 144.55pt;" valign="top" width="193"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Penyesuaian</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Inovasi</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Pertumbuhan</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Pengembangan</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 145.5pt;" valign="top" width="194"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 136px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 51px; z-index: 2;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" width="51" /></span><span style="font-size: 10pt;">Pencapaian Tujuan </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 150.95pt;" valign="top" width="201"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Waktu</span></div><div class="MsoNormal"><span style="position: relative; z-index: 6;"><span style="height: 12px; left: 134px; position: absolute; top: -5px; width: 51px;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif" width="51" /></span></span><span style="font-size: 10pt;">Kontstituen</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 144.55pt;" valign="top" width="193"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Pencapaian</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kualitas</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Perolehan sumber</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Efisiensi</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 145.5pt;" valign="top" width="194"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 136px; margin-top: 3px; position: absolute; width: 51px; z-index: 3;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="51" /></span><span style="font-size: 10pt;">Integrasi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 150.95pt;" valign="top" width="201"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 134px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 51px; z-index: 7;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" width="51" /></span><span style="font-size: 10pt;">Waktu</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kontstituen</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 144.55pt;" valign="top" width="193"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kepuasan</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Iklim</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Komunikasi</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Konflik</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 145.5pt;" valign="top" width="194"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 136px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 51px; z-index: 4;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image006.gif" width="51" /></span><i><span style="font-size: 10pt;">Latency</span></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 150.95pt;" valign="top" width="201"><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 12px; margin-left: 135px; margin-top: 1px; position: absolute; width: 51px; z-index: 8;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" width="51" /></span><span style="font-size: 10pt;">Waktu</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kontstituen</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 144.55pt;" valign="top" width="193"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Loyalitas</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Minat hidup sentral</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Motivasi</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kebanggaan Identitas</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">III. RISET BERDASARKAN </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">KRITERIA KEEFEKTIFAN PILIHAN</span></b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Beberapa konsep yang telah diusulkan sebagai indikator keefektifan organisasi, telah mendapatkan perhatian secara detail pada seri sebelumnya. Lainnya, seperti produktivitas dan efesiensi, dalam pengertian ekonomi klasik dan ekonomi swasta, nampaknya kurang dipraktekkan di organisasi sekolah. Sedikit indikator yang memiliki relevansi tinggi dengan sekolah, bagaimanapun telah menjadi bahan riset, tetapi belum dibahas. Konsep-konsep berikut ini akan dianalisis sebagai indikator keefektifan:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Adaptabilitas (fleksibilitas dan inovasi)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Pencapaian</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Kepuasan kerja</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Minat hidupfokus</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dengan catatan, semua itu adalah indikator-indikator dari (secara berturut-turut): adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan <i>latency</i>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Adatabilitas (Kemampuan Menyesuaikan)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Di antara semua kriteria keefektifan organisasi. Steers (1975, 547) menemukan bahwa adaptabilitas, dan konsep fleksibilitas dan innovasi yang berhubungan secara tertutup, paling sering dipakai sebagai ukuran-ukuran keefektifan oleh para peneliti. Perangkat kriteria ini berkaitan dengan kemampuan organisasi memodifikasi prosedur-prosedur pengoperasiannya bersama kekuatan-kekuatan luar dan dalam yang memasukkan perubahan.. Bagi sekolah, adaptabilitas bisa didefinisikan sebagai kemampuan para pendidik professional dan para penentu kebijakan lain untuk merasakan kekuatan-kekuatan perubahan dan kemampuan berinisiatif menciptakan kebijakan dan praktek baru untuk menjawab tuntutan-tuntutan mendesak. Para penentu kebijakan yang bertindak atas nama sekolah berharap bisa memproduksi performan yang baik, menghindari penurunan, dan beradaptasi ketika keefektifan cenderung menurun sedang terjadi atau mengantisipasinya bila belum terjadi (Ford dan Baucus, 1987).. Akan tetapi adaptasi seringkali tidak efektif. Penyebabnya adalah para professional di sekolah. Misalnya, guru dan manajer sekolah terus menerus menggunakan satu model yang dianggap pernah sukses padahal prakteknya sekarang tidak efekktif, dan tak mau berinovasi mencoba yang baru. Sebuah penjelasan sangat penting tentang hal tersebut agar bisa memanfaatkan lebih lanjut banjirnya informasi pendidikan yang penting sekali adalah bahwa penentu kebijakan tidak mengadaptasikan sekolah dengan harapan dan kebutuhan sekarang. Dengan kata lain, struktur organisasi tradisional, penentuan kebijakan yang sentral, dan budaya berbagi pengertian, yang banyak mewarnai watak sekolah merintangi dan menghalangi usaha-usaha untuk membuat perubahan-perubahan fundamental yang banyak dituntut oleh para penentu kebijakan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Ukuran</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Berbeda dengan temuan-temuan Steers, Campbell (1977) menmukan, walaupun banyak orang menulis tentang kriteria adaptasi, tetapi relatif sedikit usaha mengukurnya. Ketika keadaptasian diukur, kuisioner adalah yang paling umum dipakai sebagai instrumen pengukuran. Bagaimanapun, kuisioner yang dilengkapi dengan sarana psikometrik yang memadai guna menilai fleksibilitas dalam organisasi pendidikan adalah terbatas. Banyak penelitian lebih menilai kesiapan beradaptasi dari pada respon adaptif yang aktual.. Alasannya, walaupun para manajer dan guru mampu dan berencana serta melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mendorong kesiapan berinovasi, ketika sebuah respon adaptif datang, maka sekolah mungkin beradaptasi atau mungkin tidak. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Peneltian</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><b> </b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"> Ada dua penyelidikan dalam setting pendidikan yang menyajikan riset tentang adaptabilitas yang jujur dan khas. Eugene W. Ratsoy , Gail R. Babcock, dan Brian J. Caldwell (1978) menggunakan prosedur kuesioner untuk meneliti adaptabilitas sekolah untuk menggantikan program lama dengan program pendidikan guru berbasis universitas. Mereka menemukan bahwa sekolah menampilkan: kesiapan untuk </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Kesiapan untuk berkembang di sepanjang program tersebut. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Kesiapan untuk menambah “guru yang mahasiswa”, </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Kesiapan untuk mengganti peran kerja-sama guru dengan program tersebut. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Singkatnya, kriteria yang dipakai adalah kesiapan beradaptasi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Cecil Miskel (1977) menggunakan model kontingensi kepemimpinan, yang menghubungkan karakter personal kepala sekolah dan faktor-faktor situasional dengan tingkat usaha inovasi sekolah. Usaha inovasi telah dibatasi dalam bentuk sejumlah program baru yang dibuat dan difasilitasi untuk mengembangkan fungsi organisasi sekolah. Sebuah ukuran yang berbentuk kuesioner menanyakan para guru dan kepala sekolah untuk mengidentifikasi usaha-usaha modifikasi dan inovasi terbaru di program-program sekolah atau di proses-proses yang berlangsung selama satu tahun akademik. Sekolah-sekolah yang memiliki tingkat teknologi dan pengalaman yang rendah, dan para kepala sekolah yang berorentasi pada kestabilan tidak inovatif sekali. Ketika penlitian ini ntidak hanya mengukur kesiapan berubah, penelitian ini tidak menspesifikasi kekuatan-kekuatan luar (<i>external forces</i>) yang membantu mendorong melakukan adaptasi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Jadi, walaupun adaptabilitas merupakan sebuah inidkator penting keefektifan organisasi, tetapi gaung ukuran-ukurannya masih mengalami kekurangan. Karena itu studi-studi riset yang teliti mengusulkan, penyedikan area yang lebih intensif itu diperlukan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">B. Pencapaian</span> <span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ketika membicarakan performan sekolah, banyak orang tua dan kelompok masyarakat lainnya, para pemegang kebijakan di pemerintahan, dan para sarjana membatasi keefektifan organisasi secara sempit. Kadang yang mereka maksudnya adalah skor yang dicapai peserta didik dalam tes berstandard yang mengukur keterampilan kognitif. Sementara banyak yang menyadari adanya kriteria lain. Mereka biasanya mengabaikan peran sekolah dalam mengembangkan motivasi, kreativitas, rasa percaya diri, aspirasi, dan optimisme yang semuanya adalah sesuatu yang diperlukan bagi kesuksesan masa depan di sekolah dan kehidupan dewasa. Misalnya, walaupun para peneliti (Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980, 111-171) mencatat pentingnya sikap, nilai-nilai dan hal-hal penting lain yang diperoleh peserta didik dari sekolah, mereka membatasi pembahasan mereka tentang keefektifan secara total hampir sebatas pada keterampilan kognitif<b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Ada dua alasan yang nampak membantu menjelaskan sikap terlalu percaya pada skor hasil ujian berstandard. Yang pertama bersifat politis dan kedua bersifat praktis. Eric A. Nushek (1978) beralasan, beberapa konstituen pendidikan penting melihat skor ujian memiliki nilai intrinsic. Walaupun banyak pendidik tidak menyetujui, orang tua, peserta didik, dan para penentu kebijakan di pemerintahan selalu mempercayai tes ( ujian) itu bersifat esensial untuk mengukur akuntabilitas. Lagi pula, skor tes berstandard dapat disajikan secara umum ke hadapan publik; karena mengukur prestasi kognitif lebih mudah dari pada mengukur non kognitif. (Hanushek, 1978; Maudaus Airasian dan Kellaghan, 1980). Dalam tulisan Charles E. Bidwell dan John D. Kasarda (1975, 57) disebutkan, “Tujuan pendidikan sekolah bermacam-macam dan tak jelas, sementara prestasi akademik peserta didik terang di hadapan mereka. Kemudian, hanya itu hasil sekolah dan kantor pendidikan wilayah yang bisa dinilai secara luas dan terbuka ke public”. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Walauoun kelayakan, lebih dari sekedar teori, seringkali juga menunjuki program-program riset keefektifan sekolah, akan tetapi pencapaian peserta didik adalah sebuah indikator penting bagi pencapaian tujuan. Kemudian, begitu banyak konstituen berpengaruh yang mempercayai adanya nilai intrinsik dari prestasi peserta didik yang diukur dengan tes pencapaian yang standard. Keadaan demikian mengharuskan para manajer dan pendidik mengarahkan perhatian pada masalah faktor apa saja yang dapat menghantarkan sekolah memperoleh skor tes yang lebih tinggi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Ukuran</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Secara esensial, semua sekolah dan kantor pendidikan wilayah dan banyak negara bagian memiliki program-program tes. Di akhir tahun 1970 an, ada dua puluh sembilan negara bagian telah mempertimbangkan kompetensi yang didasarkan pada hasil program-program pengetesan (Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980, 166). Pada akhir tahun 1980 an seluruh Negara bagian benar-benar telah memiliki tipe program tes untuk peserta didik , pendidik, atau program tes untuk keduanya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Yang paling sering dipakai instrument tes yang terdapat dalam sederetan sub-sub skala yang diakui untuk mengukur anekaragam keterampilan. Yang dipakai secara luas adalah tes-tes pencapaian standard yang berisi <b><i>Iowa Test of Basic Skill</i></b> dan <b><i>Metropolitan Achievement Test</i></b>. Sebenarnya seluruh deretan tes mengukur pengetahuan tentang Bahasa Inggris, matematika, sains, ilmu-ilmu sosial serta bidang-bidang materi lain yang merupakan bentuk bagian-bagian skala pencapaian tambahan. Skor SAT dan ACT juga telah populer dipakai sebagai indikator-indiokator keefektifan sekolah. Selama masa dua dekade yang lalu peran-peran baru dan harapan-harapan baru untuk pengujian berstadard telah muncul. Sebagian dari peran dan harapan baru itu adalah, pengawasan internal ujian untuk memberi petunjuk tentang ketentuan-ketentuan ruang kelas sekarang muncul bersamaan dengan pengawasan eksternal ujian untuk menyetir pilihan-pilihan kebijakan (Airasian, 1987)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Akses data pencapaian yang sudah siap, menurunkan tugas-tugas koleksi data para peneliti.; Bagaimanapun, beberapa sarjana mempermasalahkan bahwa tanggungjawab utama tes-tes berstandard adalah tes-tes itu relatif tidak sensitif terhadap pencapaian peserta didik yang berasal dari sekolah-sekolah spesifik (seperti sekolah kejuruan, ptj) Maudaus Airasian dan Kellaghan, 1980, 146). Isi sebuah bidang materi seperti seni bahasa terlalu luas, dan tekanan pada kandungan isi materi antar wilayah-wilayah sekolah sangat berbeda. Tes-tes standard itu tidak bisa mengukur secara tepat pencapaian, keterampilan, proses dan hal belajar, yang semuanya itu penting sekali bagi pembelajaran di sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;"> 2. Penelitian</span></b><span style="font-size: 14pt;"> </span> . <b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Secara teoritik, penelitian-penelitian yang menggunakan data dari skor hasil tes berstsndard sulit diterima dalam manajemen pendidikan. Ada dua pendekatan untuk menyelidiki pencapaian kognitif sebagai sebuah indikator keefektifan organisasi yang terdapat dalam literatur: Pertama tertuju pada <i>riset fungsi produksi</i>. Penelitian ini populer di pertengahan tahun 1960 an. Ia juga diistilahkan dengan <i>analisis output dan input</i>. Tekniknya telah dikembangkan oleh para ahli mikroekonomi untuk memprediksi output yang dihasilkan oleh sebuah sistem yang memakai seperangkat input. Itulah variabel independennya. Hanushek (1989) menegaskan bahwa model yang mendasari adalah jujur. Penelitian ini berasumsi bahwa output yang dihasilkan oleh proses pendidikan berrelasi secara langsung dengan sederet input. Dalam sebuah setting sekolah, kelompok-kelompok input biasamya diklasifikasikan sebagai: sumber-sumber keluarga, sumber-sumber sekolah, karakteristik-karakteristik komunitas, sumber-sumber peserta didik, dan karakteristik-karakteristik teman sepermainnan. Sementara itu outputnya adalah skor yang diperoleh dari tes pencapaian Lau, 1978). Tujuan utamanya lebih pada memprediksi outcome, dari pada menjelaskan bagaimana hasil itu diproduksi. Karena itu, analisis statistik, kadangkala berupa beberapa bentuk analisis regresi yang dipakai untuk menyimpulkan penentu-penentu pencapaian yang spesifik dan peran setiap input dalam mempengaruhi performan peserta didik.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Penelitian pendidikan yang paling banyak berpengaruh yang merefleksikan pendekatan semacam ini adalah<i> Equality of Educational Opportunity</i> (Kesamaan dalam Memperoleh Kesempatan Berpendidikan) yang diketuai oleh James S. Coleman bersama kawan-kawan (1966). Dikenal secara populer dengnan “the Coleman Report”. Penelitian ini tetap menjadi survey pendidikan masyarakat Amerika yang paling luas dari yang pernah ada. Secara nasional, ada 645.000 peserta didik yang menjawab tes kemampuan dan pencapaian yang standard. Dan sebanyak itu pula berkas untuk mendeskripsikan latar-belakang keluarga mereka. Kira-kira 60.000 guru mengisi kusioner mengenai pengalaman pendidikan, kedudukan mengajar, perilaku, dan kemampuan verbal mereka. Terakhir, data tentang anekaragam variabel keorganisasian yang meliputi bentuk kelas, organisasi sekolah, perpustakaan, dan fasilitas laboratorium yang dikumpulkan lebih dari 4000 sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Temuan yang paling mengejutkan adalah mengenai peran sekolah dalam hal hasil pencapaian peserta didik. Ketika variabel latarbelakang keluarga menjadi variabel yang diamati, faktor-faktor sekolah menampilkan penjelasan sebagai varian kecil dalam menentukan hasil skor tes. Apa yang terjadi, mengapa bukan kesamaan materi sekolah yang paling besar, tetapi justru latarbelakang keluarga sebelum memasuki sekolah dan teman-teman sepermainan. Meragukan bahwa sekolah berkontribusi besar pada hasil pencapaian peserta didik. Hal ini telah diperkuat oleh hasil-hasil evaluasi terakhir yang dilakukan oleh Head Star and Title I terhadap program-program pendidikan pengganti (Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980). Pengaruh pendidikan terakhir ditemukan hanyalah kecil. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sejumlah besar penelitian tentang fungsi produksi diadakan terutama oleh ahli ekonomi yang terus berlangsung di akhir tahun 1960 an hingga awal tahun 1970 an. Beberapa tinjauan yang bermutu mengenai literatur ini masih tersedia. (Misalnya, Lau, 1978; Hanushek, 1978; Jamison, Suppes dan Wells, 1974; Averich, 1972; Murnane, 1981; Mackensie, 1983; Rowen, Bossert dan Dwyer, 1983) </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Banyak peneliti awal menyimpulkan dengan pesimis bahwa sekolah punya pengaruh kecil terhadap perkembangan peserta didik. Jika pandangan ini diterima, maka menimbulkan bangunan masalah baru yaitu masalah pengeluaran dana pendidikan tambahan, untuk menyediakan guru lebih banyak, fasilitas lebih baik, dan sumber-sumber kurikulum baru, dan masalahnya akan menjadi sangat sulit. Betulkah masalah tersebut diselesaikan dengan penambahan dana ? Dalam peninjauan ulang terhadap 187 penelitian akhir-akhir ini, Hanushek (1989, 45) menyimpulkan bahwa dua dekade riset fungsi produksi pendidikan mulai memroduksi hasil-hasil yang konsisten. Variasi-variasi dalam pengeluaran dana sekolah <b><i> tidak berhubungan secara sistematis</i></b> dengan variasi-variasi dalam performan peserta didik. Faktor-faktor yang diteliti adalah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Perbandingan jumlah guru-murid (ratio guru/murid)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tingkat pendidikan guru, gaji dan pengalamannya</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pengeluaran dana per murid</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Input-input manajemen</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Fasilitas</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Secara sederhana dia mengungkapkan, riset fungsi produksi menemukan sedikit bukti untuk mendukung pemikiran yang menyatakan cara uang dialokasikan untuk sekolah akan membantu perkembangan belajar murid. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dalam sebuah usaha menglarifikasi kesimpulan-kesimpulan Hanushek, Albert Shanker (1989) menawarkan sejumlah penjelasan yang meyakinkan. Sebagai pernyataan awal ia menegaskan bahwa “fakta-fakta” dalam tipe riset semacam itu tidak serta merta mengungkapkan diri fakta itu sendiri. Untuk membuat interpretasi yang beralasan terhadap temuan-temuan, sejumlah pertanyaan harus dikemukakan. Misalnya, Apa yang dimaksud dengan performan peserta didik ? Dalam lebih dari 70 persen penelitian, performan peserta didik itu diukur lewat tes standard. Ketika tes itu mengungkapkan sesuatu yang mendasar mengenai performan, maka hasilnya tidak menunjukkan kepada apakah peserta didik mampu menulis sebuah esai yang baik, menyusun pembahasan yang baik, atau menciptakan sesuatu. Bagaimana dengan temuan bahwa ratio guru-murid tak mempengaruhi munculnya perbedaan ? Shanker menawarkan dua penjelasan. Pertama, ratio bukankah sesuatu yang sama dengan bentuk kelas. Jumlah guru yang besar tidak bekerja secara tetap dengan peserta didik. Malahan mereka ditempatkan di tugas-tugas yang punya peran kecil (perbedaan kecil) bagi peserta didik. Kedua, kelas kecil boleh jadi tidak menggiring peserta didik memperoleh skor tes yang lebih baik dalam tes standard., tetapi kondisi kelas kecil yang sedemikian itu lebih banyak menciptakan semacam ini, yaitu guru-guru akan bisa memberikan penulisan tugas-tugas yang lebih banyak, dan lebih bisa menjelaskannya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Shanker menyimpulkan, bahwa tipe penelitian fungsi produksi tidak akan bisa ditolak, tetapi tidak dapat menciptakan masalah bahwa uang dan sumber lain tidak ada artinya dalam pendidikan. Berikutnya dia menyatakan, bahwa riset itu akan memberikan “jedah” kepada siapa saja yang mendesak bahwa uang lebih banyak pada saat yang sama akan mengembangkan keefektifan sekolah. Jika kebanyakan anak tidak bisa belajar dengan duduk sepanjang hari, tidak dapat belajar dengan mendengarkan pelajaran secara passif, tidak dapat mengikuti buku-buku teks dan buku-buku kerja yang telah ditentukan dengan setting langkah cepat, maka melakukan hal-hal tersebut dalam kelas yang lebih kecil dengan guru yang lebih berpengalaman dan terdidik dan dukungan administratif yang lebih besar tak akan membantu mereka belajar lebih baik.. Sebagai sebuah kritik keras, Shanker menegaskan, perubahan-perubahan fundamental harus terjadi di tengah-tengah sekolah-sekolah diatur dan harus ada fungsi untuk memajukan keefektifan organisasi mereka secara signifikan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Penelitian-penelitian fungsi produksi meninggalkan sedikit keraguan bahwa belajar di rumah sangatlah penting. Tak masalah bagaimana penelitian diukur, perbedaan-perbedaan dalam soal latar belakang sosioekonomik keluarga menunjukkan lahirnya perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam pecapaian prestasi peserta didik. Sebuah interpretasi yang masuk akal menyebutkan bahwa ukuran-ukuran status sosioekonomik adalah wakil-wakil yang sesungguhnya bagi kualitas lingkungan belajar di rumah (nutrisi, lingkungan fisik, sikap orang tua, pendidikan, dan seterusnya).. Masih ada sedikit ruang untuk meragukan bahwa perbedaan-perbedaan antara sekolah dan guru adalah penting bagi pencapaian prestasi. Sekolah tidak homogen dalam mempengaruhi peserta didik; Sekolah berbeda dalam soal keefektifan. Sebagaimana pernyataan Steven T. Bossert (1988), penelitian-penelitian input-output tidak mempertimbangkan secara khusus bagaimana para peserta didik menggunakan secara sungguh-sungguh sumber-sumber yang tersedia di sekolah. Larry Cuban (1984) mencatat, bahwa impulse awal di belakang penelitian sekolah efektif telah meningkatkan pencapaian akademik di masyarakat yang pendapatan ekonominya rendah, secara umum di sekolah-sekolah minoritas. Sebagai tambahan, itu adalah sebuah reaksi yang dilakukan oleh para peneliti di pertengahan hingga akhir tahun 1970 an terhadap kesimpulan-kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada tahun 1966 (Coleman Report) dan penelitian-penelitian fungsi produksi berikutnya, yang menyatakan bahwa sekolah memiliki pengaruh kecil terhadap performan akademik.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Selama tahun 1970 para sarjana dan pembela sekolah efektif (misalnya, Bloom, 1976; Brookover, 1978; Edmonds, 1979; Madaus, Airasian dan Kellaghan, 1980; Clark, Lotto dan Astuto, 1984) telah mengklaim bahwa dengan cara memfokuskan pada proses-proses pendidikan seperti metode-metode pembelajaran, organisasi ruang kelas, iklim dan budaya, maka karakter sekolah akan ditemukan bahwa sekolah berkorelasi secara konsisten dengan prestasi pencapaian peserta didik dalam tes standard dan dalam indikator-indikator penting lainnya mengenai keefektifan organisasi. Para peneliti ini menggunakan pendekatan lain dalam mengkaji performan sekolah. Pendekatan lain itu diistilahkan dengan sebutan “Riset Keorganisasian”, atau yang lebih umum “Riset Sekolah Efektif”. Walaupun frasa “sekolah-sekolah efektif”, “pencapaian dalam tes standard” secara umum digunakan dalam bodi literatur, tetapi itu satu indikator keefektifan organisasi. Sejumlah reviu dan analisis yang bermutu mengenai literatur sekolah efektif telah dipublikasikan (misalnya, Purkey dan Smith, 1980; Brophy dan Good, 1986; Bossert, 1988)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Para sarjana telah menyimpulkan apa yang mereka percayai sebagai formula satu - tiga, lima , enam, atau sepuluh faktor sekolah yang penting untuk meningkatkan skor dalam tes standard. Ronald Edmonds dan Dawrence C. Stedman (1987) mempopulerkan formula lima faktor sekolah efektif, dan mengamati bahwa kebanyakan pendidik akrab sekali dengan formula itu, yaitu: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, khususnya dalam soal-soal pembelajaran</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Harapan guru yang tinggi untuk meningkatkan pencapaian peserta didik. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Penekanan pada keterampilan-keterampilan dasar.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Lingkungan yang tertib</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> Frekwensi evaluasi peserta didik yang sistematik.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Daftar yang serupa berasal dari riset yang dilakukan oleh Terry A. Astuto dan David L. Clark (1985), Bossert (1988) dan Wimpelberg, Teddle dan Stringfield (1989). Formula jumlah factor yang lebih besar diusulkan oleh S.C. Purkey dan Marshall S. Smith (1983). Tabel 2 berikut berisi faktor-faktor sekolah efektif yang diringkas dari reviu Edmons, Purkey dan Smith serta Stedman</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 2: Tiga Set Faktor Proses dan Organisasi dalam Formula Sekolah Efektif</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 117pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Peneliti</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 324pt;" valign="top" width="432"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Faktor-faktor Keefektifan Sekolah</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 117pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Edmonds</span><span style="font-size: 10pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Smith </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">dan Purker</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Stedman</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 324pt;" valign="top" width="432"><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kepemimp[inan kepala sekolah yang kuat</span></li>
</ol><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Harapan yang tinggi terhadap peningkatan pencapaian murid</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Penekanan pada keterrampilan dasar</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Lingkungan yang tertib</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Frekwensi evaluasi murid yang sisitematik</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kepemimpinan pembelajaran</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;"> Manajemen sekolah</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kurikulum yang terencana dan bertujuan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Stabilitas staf</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pengembangan staf</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Waktu tugas</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pengakuan kesuksesan akademik</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Perencanaan yang bersifat kolaboratif dan kolegial</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tanggungjawab social</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Dukungan dan keterlibatan orang tua</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Dukungan kantor pendidikan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Suasana yang tertib</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pluralisme etnis dan rasial</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Partisipasi orang tua</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kekuasaan yang terbagi (tak terfokus)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Program-program pengayaan akademik</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Penggunaan keahlian dan training guru</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Perhatian perorangan pada murid</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Tanggungjawab peserta didik</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Penerimaan dan lingkungan yang mendukung</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pembelajaran yang bersasaran pada penyelesaian problem-problem akademik secara preventif.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ada statatemen sederhana, riset-riset sekolah efektif telah memiliki pengaruh yang hebat pada praktek sekolah. Good dan Brophy (1986, 582-586) dan Stedman (1987, 216-217) memberikan ringkasan sejumlah program-program perubahan, misalnya “<b>Proyect RISE</b> di Milwaukee” dan “the School Improvement Project di New York City”, semua didasarkan pada bodi riset sejenis ini. Program-program lain telah dilakukan di Atlanta, Chicago, Minneapolis, Pittsburgh, San Diego, St. Louis, Washington D.C.dan banyak lagi di wilayah-wilayah sekolah lain yang lebih kecil sebanyak di wilayah Negara bagian. (Cuban, 1984, 130). Namun demikian, usaha-usaha untuk menerapkan sebuah formula pengubahan jumlah faktor-faktor sekolah menjadi terbatas yang ditujukan untuk pengembangan performan akademik itu memproduksi hasil-hasil yang baur. Sejalan dengan Brophy dan Good, tujuan Project RISE nampaknya untuk mencapai beberapa kesuksesan. Skor yang dicapai dari tes pencapaian telah dikembangkan ke beberapa hal lain yang lebih luas, khususnya di bidang sekolah dan di area matematik. Stedman melakukan kritik tajam terhadap pendirian dan sikap Project RISE. Ketika mengetahui beberapa sekolah meningkatkan skor matematik mereka, dia menyatakan, kebanyakan sekolah-sekolah yang ada di bawah naungan program Project RISE terus menerus buruk dalam soal membaca. Kemudian, sekolah-sekolah yang mencapai sukses selalu diperlakuklan demikian yaitu mengajar untuk kepentingan tes.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dalam alur yang serupa, Cuban (1983, 695-696; 1984, 131-132, 148-151) menawarkan sebuah catatan peringatan tentang serbuan penerapan perubahan oleh (yang dikenal dengan sebutan) para pembela sekolah-sekolah efektif. Dia membuat daftar dan mengggambarkan beberapa problem signifikan, konsekwensi yang tidak diantisipasi yang ada di riset itu, dan penerapan temuan-temuannya tentang sekolah efektif. Problem-problem yang dimaksud meliputi: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tak ada seorangpun tahun bagaimana menumbuhkan sekolah efektif.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Konsensus ( kata sepakat) tentang definisi dari konsep-konsep kunci seperti keefektifan, kepemimpinan, iklim, dan lain-lain tak pernah ada.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Keefektifan didefinisikan sangat sempit, yaitu urutan skor tes.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Metode-metode riset yang lemah dipakai untuk menghasilkan temuan-temuannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sedangkan konsekwensi-konsekwensi yang tidak diantisipasi meliputi:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mengembangkan keseragaman, misalnya kurikulum standard, dan penggunaan buku teks dan buku kerja yang sama untuk wilayah yang luas</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Agenda pendidikan yang sempit, misalnya, musik, kesenian, berbicara dan rasa harga diri mendapatkan perhatian yang kecil.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Terjadinya konflik yang tinggi antara guru dan manajer di sepanjang kepemimpinan pembelajaran. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ketika Stedman (1987, 217-222) bersikap kritis sekali terhadap usaha-usaha sebelumnya untuk mensistensis literatur tentang sekolah efektif, dia menawarkan formula sembilan faktor (lihat tabel 2 di atas) . Walaupun ini merupakat perangkat kecil variabel sekolah, tetapi ia juga membatasi kemampuannya untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses-proses kompleks yang berkaitan dengan pencapaian akademik. Dia telah memusatkan perhatian pada penelitian-penelitian kasus terhadap contoh sekolah yang terbaik. Sekolah-sekolah itu meraih tingkkat kesuksesan yang tinggi dalam beberapa tahun walaupun murid-muridnya berasal dari keluarga berpendapatan rendah. Menurut Stedman, kebanyakan penelitian-penelitian ini memberikan deskripsi yang rinci mengenai praktek dan organisasi sekolah. Dia mengklaim, bahwa formula sembilan faktornya telah menghasilkan sebuah interpretasi yang sangat berbeda tentang literatur sekolah efektif. Misalnya, sekolah-sekolah yang sukses yang secara aktif mengembangkan identitas rasial dan identitas etniknya:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Memberikan lebih banyak perhatian individual pada murid-muridnya</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Melibatkan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah dan rumah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebagai sebuah resep, praktek-praktek sembilan faktor itu memiliki saling keterkaitan yang tinggi. Usaha di sebuah area menjadikan usaha di area lain lebih mudah. Misalnya, ketika sebuah sekolah telah menjadi lebih responsif terhadap pluralisme budaya, maka ketika itu pula sekolah mengembangkan komunitas yang lebih besar dan mengembangkan dukungan rumah tangga yang lebih besar pula. Mengenai semua klaim dan model yang berkenaan dengan sekolah-sekolah efektif yang telah ada itu, resep-sesep obat mujarab ini akan dipertimbangkan sebagai hipotesis kerja yang memerlukan pengujian lewat desain riset yang kuat, sebelum diterima sebagai obat penangkal untuk sekolah yang miskin performan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Mengenai riset yang berkaitan dengan kepala sekolah, ada empat karakteristik kepala sekolah efektif yang telah berhasil diidentifikasi secara khusus (Bossert, 1988, 346):</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama, tekanan pada tujuan dan produksi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kedua, pembuatan keputusan yang kuat dan bertenaga</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketiga, manajemen efektif.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Keempat, Keterampilan “human relation” yang kuat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hasilnya tidak sejelas sebagaimana para pendukung pernyataan program keefektifanm sekolah. Misalnya, Good dan Broophy (1986, 596) menyatakan, bahwa semua penelitian mengenai sekolah-sekolah efektif mendukung pentingnya kepemimpinan sekolah, tetapi membatasi pada keadaan yang bersesuaian dalam soal perilaku dan praktek yang menggambarkan sifat kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi pencapaian akademik. Dalam sebuah penilaian yang lebih kuat dan lengkap , Bossert (1988, 351) terakhir menegaskan, penelitian-penelitian sekolah efektif telah mencoba untuk menghidupkan kembali birokrasi yang ideal dengan menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang kuat diperlukan agar penstrukturan organisasi ditujukan untuk keefektifan Kesimpuilan itu bagaimanapun lemah, karena ada yang mengatakan, proses apa yang mesti distruktur atau struktur apa yang perlu diciptakan untuk menghasilkan kesuksesan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dari penelitian sekolah efektif itu , ada dua kesimpulan yang mendapatkan dukungan (Bossert, Dwyer, Rowen, dan Lee, 1982):</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama, perilaku administratif kepala sekolah itu penting bagi keefektifan sekolah.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Tida satu tipe manajemen yang menampakkan kecocokan untuk semua sekolah.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mirip dengan penelitian-penelitian kepemimpinan yang disebut dalam seri 9, temuan-temuan itu menegaskan kegunaan pendekatan kontingensi (pendekatan serba mungkin) bagi keefektifan organisasi dan kepemimpinan. Dengan kata lain, keefektifan bergantung pada kesesuian dan kecocokan dengan variabel-variabel situasi. Misalnya, bentuk dan sentralisasi hirarki administratif, organisasi program kurikulum, tipe prosedur pembelajaran di ruang kelas, iklim dan budaya sekolah, dan tipe kepemimpinan kepala sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Bagi para pendidik berpengetahuan, temuan-temuan dan klaim-klaim literatur sekolah efektif boleh jadi tak mengejutkan, tetapi mereka menyajikan permulaan dengan memilih cara yang sekolah bisa mempengaruhi pengembangan kognitif. Bagaimanapun, para pendidik yang sama sadar bahwa organisasi sekolah dan pencapaian akademik sangatlah kompleks dan bahwa formula lima hingga sepuluh sekalipun tak akan memecahkan masalah-masalah pengembangan keefektifan sekolah. Jika penentu kebijakan di pemerintahan dan publik mau percaya pada kebutuhan sumber tambahan, maka riset di jalur ini harus dikejar dan diperluas secara sungguh-sungguh untuk menggambarkan kompleksitas sekolah yang nyata. Sebagai tambahan, iklim dan budaya, perilaku guru dalam mengajar, organisasi ruang kelas, proses-proses birokrasi, motivasi, kepemimpinan dan komunikasi, akan diteliti di sekolah dan di ruang kelas untuk menambah penjelasan tentang bagaimana sekolah mempengaruhi prestasi pencapaian akademik, </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ringkasnya, walaupun tes-tes pencapaian standard mengandung perangkap politis, perangkap empirik, dan perangkap konseptual bagi para pendidik, akan tetapi untuk kepentingan mencari sebuah indikator keefektifan sekolah, maka itu semua penting dalam mengukur performan. Indikator ketiga tentang performan, yaitu kepuasan kerja, diterima dengan sikap sedikit lebih kontroversial dibanding pencapaian murid, walaupun yang ini juga sangat kurang difahami. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">C. Kepuasan Kerja</span> </b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Penelitian formal mengenai kepuasan kerja tak pernah ada hingga penelitian-penelitian Hawthornr mulai melakukannya pada awal tahun 1930 (lihat seri 1). Sebelum penelitian-penelitian ini, para manajer ilmiyah secara implisit telah mengenal konsep ini dalam kaitannya dengan buruh yang selalu lelah. Sejak tahun 1930 an kepuasan kerja mulai diteliti secara ekstensif. Edwin A. Locke (1976) misalnya mengestimasi bahwa minimum ada 3.350 artikel tentang kepuasan kerja dipublisikanpada awal tahun 1972. Selanjutnya angka itu berkembang lebih dari 100 artikel baru yang dipublikasikan setiap tahun. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mengapa kepuasan kerja begitu sangat menarik ? Asalnya, kepuasan kerja menjadi penting karena para pendukung awal pendekatan “Human Relation”: (baik dari kalangan teoritisi maupun manajer) yakin bahwa “seorang pekerja yang senang adalah seorang pekerja yang produktif”. Kemudian baru-baru ini, penelitian kepuasan kerja diintensifkan dengan pemusatan perhatian secara umum pada kualitas kehidupan kerja, yang dilambangkan sebagai contoh publikasi selama 1970an adalah publikasi kerja di Amerika serikat yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan, Pedidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat (Pubcation of Work in America, U.S. Departement of Healt, Education and Wlfare, 1973). Sekalipun rata-rata dengan penekanan konsep baru itu, tetapi pemahaman kita mengenai kepuasan kerja tetap dibatasi. Bagaimanapun, telah ada sedikit kesepakatan mengenai definisi yang tepat tentang kepuasan kerja. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Usaha klasik mendefiniskan kepuasan kerja itu telah dibuat pada tahun 1935 oleh Robert Hoppock (1935,47). Ia terus menerus mengalami kesulitan memformulasi definisi yang tepat karena keterbatasan jumlah informasi yang tersedia mengenai materi ini. , Namun demikian, ia telah mendefiniskan kepuasaan kerja sebagai <i>sebuah kombinasi keadaan-keadaan psikologis, fisiologis dan lingkungan yang membuat seeorang berkata, “saya puas dengan pekerjaan saya”</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Definisi konsep yang lain telah diformulasikan. Kepuasan kerja telah dipahami sebagai <i>orientasi afektif para individu pada tugas kerja yang mereka jabat saat itu</i>. (Vroom, 1964, 99). Mirip dengan itu, kepuasan kerja adalah <i>sebuah respon affektif seseorang terhadap pekerjaannya</i>; respon itu dihasilkan ketika pengalaman-pengalaman kerja berhubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai perorangan (Smith, 1967;. Muchinsky, 1987, 396). Akhirnya, seorang peneliti mendefiniskan kepuasan sebagai <i>keadaan emosional yang positif atau senang yang dihasilkan dari penilaian atas pekerjaan atau pengalaman-pengalaman kerja seseorang</i> (Locke, 1976. 1300). Dalam setting pendidikan, kepuasan kerja adalah sebuah keadaan afektif yang diorientasikan pada sekarang dan akan datang tentang mau dan tidak mau yang dihasilkan ketika pendidik itu mengevaluasi tugas kerjanya. Sekalipun beberapa definisi konsep yang diterima telah muncul, tetapi pengukurannya tetap merupakan sebuah problem. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;"> 1. Ukuran</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Metode-mtode khas pengukuran kepuasan kerja menggunakan kusioner yang berubah-ubah secara prinsip ke-langsung-annya dalam menilai konsep tersebut. Kebanyakan metode langsung (<i>direct method</i>) berupa sebuah pertanyaan tunggal, misalnya, Seberapa jauh anda puas dengan pekerjaan anda sekarang ?. Seluruh kusioner kepuasan kerja, dengan mengenyampingkan variasi-variasi yang ada, telah dikembangkan untuk mengukur variabel kriteria di beberapa penelitian (misalnya, Miskel dan Gerhadt, 1974; Miskel, Glanapp dan Hatley, 1975; Miskel, Defrain dan Wilcox, 1980). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 3. Seluruh Kuisioner Kepuasan Kerja</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 14px; left: -1px; position: relative; top: 12px; width: 590px; z-index: 9;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="590" /></span><span style="font-size: 10pt;"> </span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kategori respon: </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">sangat tidak Setuju</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">tidak setuju</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">netral</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">setuju</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">sangat Setuju. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">1.Sebagaimana saya evaluasi masa depan saya sebagai pendidik, saya merasa tingkat kepuasan saya akan meningkat </span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Saya agaknya tidak puas dengan pekerjaan saya.*)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">JIka saya cukup uang, saya akan hidup enak tanpa kerja, saya akan meninggalkan pekerjaan saya.*)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Saya selalu berpikir pindah pada pekerjaan lain.*)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Pekerjaan saya sebagai pendidik memberikan kepuasan pribadi.*)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Saya puas dengan pekerjaan saya</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kebanyakan pendidik lain lebih merasakan kepuasan kerja disbanding saya.*) </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 12px; left: -1px; position: relative; top: 10px; width: 590px; z-index: 10;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="590" /></span><span style="font-size: 10pt;"> </span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">*) Skor terbalik. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Edward Holdway (1978a, 1978b) menyusun ukuran yang lebih luas untuk menilai kepuasan kerja para guru hingga pada aspek-aspek kecil pekerjaan mereka. Didasarkan pada hasil interviu yang luas dengan para guru, meliputi item-item tentang: kontrak-kontrak guru, tinjauan pustaka, dan tes-tes utama. Dia memilih lima puluh dua item untuk mengukur tujuh faktor kepuasan kerja. Tujuh faktor dan contoh itemnya terdapat dalam tabel 4 berikut. Sebagaimana tertera di dalamnya, tabel itu menunjukkan bahwa:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Beberapa dimensi penting mengenai kerja guru diteliti secara cermat. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Isi yang bermacam-camam ini dikombinasi dengan fakta yang menunjukkan bahwa instrumennya dikembangkan secara hati-hati, </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kuisionernya dapat menyediakan sebuah ukuran yang baik sekali bagi masa depan penelitian. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 4: Faktor-faktor dan Item-item Contoh Kusioner untuk Menguji Kepuasan Kerja dengan Berbagai Aspeknya</span></b><span style="font-size: 10pt;">.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="height: 8px; left: -1px; position: relative; top: 6px; width: 590px; z-index: 11;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="590" /></span><span style="font-size: 10pt;"> </span></div><br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kategori respon: </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">tidak relevan dan tidak dapat diterapkan</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">sangat tidak memuaskan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">cukup tidak memuaskan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">sedikit tidak memuaskan</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">netral</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">kurang memuaskan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">cukup memuaskan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">sangat memuaskan</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Faktor Ke</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Materi Faktor</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: 10pt;">Item Pokok</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Peratama</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Pengakuan dan Status</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Status guru di masyarakat</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kedua</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Peserta Didik</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Sikap murid dalam belajar</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Ketiga</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Sumber-sumber</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Ketersediaan sumber pustaka</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Keempat</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Tugas Mengajar</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kebebasan memilih metode mengajar</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kelima</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Keterlibatan dengan manajer</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Keterlibatan dalam penetapan keputusan</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Keenam</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Beban Kerja </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Jumlah jam mengajar tiap minggu</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Ketujuh</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Gaji dan Keuntungan </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 234pt;" valign="top" width="312"><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Gaji</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Riset</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Selama tahun 1960 an dan awal 1970 an serangan, sanksi dan negosiasi professional telah memberikan fakta mengenai adanya sebuah keadaan umum yang menggambarkan ketidakpuasan di kalangan guru. Studi-studi riset menunjukkan, bahwa guru bagaimanapun secara tradisional tidak memiliki rasa puas. Dalam sebuah penelitian awal, Hoppock (1935, 155-156) menemukan temuan yang mengejutkan, kurang dari sepuluh prosen guru yang menjadi sampel tidak puas. Tak beberapa lama setelah itu, nampaknya Francis S. Chase (1951) menemukan, kurang dari delapan prosen guru tidak puas dengan pekerjaan mereka. Di awal tahun 1970 an, Rex Fuller dan Miskel (1972) juga menemukan kurang dari delapan prosen dari pendidik yang menjadi sampel tidak puas; Kenyataannya, 88,6 prosen menyatakan puas atau sangat puas dengan pekerjaan mereka. Kesimpulan yang cukup beralasan adalah, selama empat puluh tahun lebih, prosentase ketidakpuasan guru realatif stabil, level rendah, sepuluh prosen ke bawah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Satu faktor yang mungkin mendukung relatif rendahnya level ketidakpuasan adalah sebuah perangkat jawaban yang berbias sosial dari guru, yang selalu dikatakan, mereka puas melayani anak-anak. Konsekwensinya, untuk menyuarakan kepuasan kerja yang rendah boleh jadi tidak bisa diterima secara sosial untuk menjadi seorang pendidik professional. Dukungan yang memperkuat pernyataan itu ditemukan ketika data ukuran langsung dan tidak langsung mengenai kepuasan diperbandingkan. Fuller dan Miskel telah mengukur level kepuasan secara langsung dengan pertanyaan, “Secara keseluruhan, bagaimana kamu merasakan pekerjaanmu, yaitu hal-hal yang kamu lakukan di sekolah secara nyata ? Para guru menjawab kategori kelima dari tingkatan: sangat puas hingga ke sangat tidak puas, yang di skala dari satu hingga lima secara ketat. Nilai rata-ratanya (mean-nya) adalah 4,15. Sebaliknya Miskel, Doughlas Glasnapp, dan Richard Hatley (1972, 69-79) menggunakan ukuran tidak langsung (lihat tabel 2), mereka menemukan nilai rata-rata secara substansial lebih rendah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Beberapa teori yang lebih formal telah dirancang untuk menjelaskan level kepuasan kerja yang dimaksud. Salah satunya adalah “discrepancy hypotesis” (ketidaksesuaian hipotesis), diajukan oleh Patricia Cain Smith, L.M. Kendall, dan C.L. Hulin (1969). Mereka mengusulkan, kepuasan kerja, yang terbaik dijelaskan dengan mencari ketidaksesuaian antara motivasi kerja dari para pekerja tetap dengan insentif yang ditawarkan kepada mereka oleh organisasi. Konsep-konsep yang mirip dengan itu di dapat di <i>inducemence-contributions thories </i> (teori-teori sumbangan rangsangan) (Festinger, 1957). Pandangan-pandangan ini membuat postulat bahwa tingkat kepuasan kerja berrelasi dengan perbedan yang dirasakan antara apa yang diharapkan atau dirindukan sebagai imbalan yang jujur dan masuk akal (motivasi perorangan) dengan apa yang dialami secara nyata di dalam situasi kerja (insentif dari organisasi). Perangkat umum pendekatan-pendekatan kepuasan kerja diistilah dengan “<b><i>intrapersonal comparison theories”</i></b> (teori-teori perbandingan antar perorangan) (Muchinsky, 1987, 399-400).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dengan menggunakan sebuah pendekatan perbandingan antar perorangan untuk organisasi kependidikan, Max Abbort (1965) mengajukan hipotesis, sepanjang para pendidik menetap dalam sistem sekolah, sepanjang itu mereka berperforman sesuai dengan cara-cara yang berlaku dalam posisi yang telah ditentukan. Dalam melakukan yang demikian, para pendidik mengantisipasi hubungan antara performan yang diharapkan dan hadiah-hadiah dari kantor pendidikan daerah. Jika mereka berperforman dan upah yang diantisipasi tidak datang, atau jika mereka merasa, upahnya adalah negatif, maka hasilnya adalah ketidaksesuaian. Dalam mencari sebuah penjelasan mengenai ketidaksesuaian itu, pertanyaan para pendidik adalah jawaban yang akurat tentang persepsi mereka yang sebenarnya. Banyak perubahan dalam persepsi membuat mereka mengubah kepercayaan mereka agar bisa bersikap akomodatif terhadap ketidakadilan yang dirasakan. Seperti itu juga, sebuah perubahan melibatkan sesuah perubahan kesesuaian dalam jawaban-jawaban afektif mengenai kerja, yaitu, sebuah perubahan dalam level kepuasan kerja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Discrepancy (ketidaksesuaian) atau hipotesis perbandingan mengenai kepuasan kerja dikembangkan di luar analisis ini. Hipotesis itu disajikan secara deskriptif dalam Tabel 5, mengusulkan sebuah hubungan langsung yang bersifat positif antara level-level kepuasan kerja para pekerja dan tingkat kesesuaian antara kondisi kerja yang ideal dan kondisi kerja yang dirasakan. Jika kebutuhan-kebutuhan itu adalah memotivasi seseorang bekerja benar-benar puas lewat insentif yang diberikan oleh organisasi, maka tidak akan muncul “ketidaksesuaian” dan kepuasan kerja akan tinggi. Jika kebutuhan-kebutuhan perorangan lebih besar dari upah kerja yang diterima, maka ketidaksesuaian (discrepancy) muncul yang akan mendorong lahirnya ketidakpuasaan. Tetapi jika upah melebihi kebutuhan, maka ketidaksesuaian akan menghasilkan kepuasan kerja yang positif. Temuan-temuan Miskel, Glasnapp, dan Hatley (1975) mendukung hipotesis ketidaksesuaian (<i>discrepancy hypothesis</i>) untuk digunakan dalam setting pendidikan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pendekatan lain berusaha menjelaskan tingkat kepuasan kerja dengan cara menghubungkan kombinasi variabel dengan indikator-indikator kepuasan kerja. (Glisson dan Durick, 1988) . Variabel itu bisa dibagi dalam tiga kelompok:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Karakteristik tugas kerja</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Karakteristik organisasi tempat bekerja</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Karakteristik pekerja (usia, kelamin, pendidikan)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">The <b><i>general relationship hypothesis</i></b> (hipotesis hubungan umum), demikian sebutan istilahnya, berusaha mengkorelasikan kepuasan kerja dengan seluruh variabel secara benar seperti yang diajukan di dalam model sistem sosial (lihat seri 3) Beberapa reviu yang sangat baik mengenai riset yang menguji <i>general relationship hypothesis</i> telah tersedia. (Misalnya Locke, 1976; Holdway, 1978b; Rice, 1978). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Setelah melakukan reviu terhadap literature itu, Ratsoy (1973) menyimpulkan, kepuasan kerja guru, secara umum, rendah di sekolah, karena di sana guru merasakan adanya lapisan birokrasi yang tebal. Fakta lain, bagaimanapun, memberi kesan, bahwa statemen itu terlalu umum. Jika aspek-aspek birokratik khas sekolah berrelasi dengan kepuasan kerja, maka sebuah gambaran yang kompleks akan muncul. Faktor-faktor birokratik yang meningkatkan perbedaan-perbedaan status antar para professional, seperti hirarki otoritas dan sentralisasi, akan menghasilkan tingkat kepuasan yang rendah. Akan tetapi faktor-faktor yang mengklarifikasi kerja dan kebijakan sekolah yang mengaplikasikan kesamaan hasil akan menaikkan tingkat kepuasan yang tinggi (Gerhardt, 1971; Carpenter, 1971; Grassie dan Carss, 1973; Miskel, Fevurly, dan Stewart, 1979). Misalnya, mengaplikasikan secara jujur peraturan-peraturan yang membantu menggambarkan tanggungjawab kerja, akan meningkatkan kepuasan kerja para pekerja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Motivasi kerja juga berkorelasi secara konsistren dengan kepuasan kerja. Motivator dan kebutuhan-kebutuhan kesehatan dapat membantu kepuasaan para guru dan administrator (lihat Seri 7). Motivasi pengharapan ditemui juga berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru (Miskel, DeFrain, dan Wilcox, 1980; Miskel, McDonald, dan Bloom, 1983). Serupa dengan itu, misalnya iklim keorganisasian sekolah yang lebih terbuka dan lebih partisipatif (lihat Seri 8) akan mningkatkan level kepuasan guru (Miskel, Fevurly, dan Stewart, 1970; Grassie dan Carss, 1973).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kepemimpinan, pembuatan keputusan dan proses komunikasi juga mempengaruhi kepuasan kerja guru. Pengaruh-pengaruh bentuk kepemimpinan para manajer sekolah telah dikenal (Blocker dan Rchardson, 1963). Watak hubungan antara guru dan manajer dan kualitas kepemimpinan berhubungan tinggi dengan moral guru; Yang lebih baik hubungannya dan yang lebih baik kualitas kepemimpinannya, maka moral guru cendrung lebih baik. Temuan-temuan dewasa ini lebih memperkokoh pernyataan-pertanyaan di tahun-tahun awal mengenai adanya pengaruh ini. Partisipasi yang lebih besar dalam pembuatan keputusan, khususnya mengenai metode-metode pembelajaran, menghasilkan kepuasan kerja guru yang meningkat. (Balasco dan Alutto, 1972; Mohrman, Cooke, dan Mohrman, 1978). Selain itu, kurang peluang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan adalah sumber terbesar ketidakpuasan para guru (Holdaway, 1978b). Terakhir, kualitas proses komunikasi berrelasi dengan seluruh kepuasan kerja guru (Nicholson, 1980) Mengkomunikasikan secara jelas skop kerja para pegawai, bagaimana mereka berkontribusi berelasi dengan pencapaian tujuan-tujuan sekolah, bagaimana mereka mempertimbangkan misalnya, berkorelasi positif dengan kepuasan kerja. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Satu topik terakhir sehubungan dengan penelitian mengenai kepuasan kerja adalah hubungan antara kepuasan kerja dengan performan kerja. Secara intuitif, lebih banyak pendidik yang puas berperforma di level yang lebih tinggi daripada pendidik yang tidak puas. Kepercayaan semacam ini relative tidak berubah hingga sebuah analisis kritis terhadap literatur-literatur yang ada (Brayfield dan Crockett, 1955) mengungkapkan bahwa hubungan itu tidak sederhana, berhubungan langsung begitu saja. <orip dengan itu, reviu lain yang komperhensif tentang literature semacam itu (Haerzberg, Mausner, Peterson, dan Capwell, 1957) menemukan, bahwa kepuasan dan performa memiliki korelasi yang rendah tapi positif. Sama dengan hubungan yang rendah ini, sebuah kontroversi menguasi secara membabi buta variabel yang bisa menyebabkan adanya yang lain. (Greene dan Craft, 1979), yaitu performa dan kepuasan dipandangi baik sekali sebagai indikator yang terpisah dari keefektifan organisasi. Hanya saja dalam keadaan khusus kita bisa berharap adanya hubungan kausal antara keduanya: performa dan kepuasan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kita bisa menyimpulkan dari survey singkat ini bahwa selama pengetahuan mengenai kepuasan kerja cendrung menjadi agak terpisah, maka akan menjadi sebuah topik yang sangat menarik bagi para pendidik. Alasan adanya keterpisahan itu adalah banyak penelitian bergantung pada dasar-dasar teori dan hasil-hasilnya tetap mengenyampingkan fakta-fakta. Maka dari itu , tugas yang diperlukan adalah menerima teori yang koheren di area ini. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Minat Hidup Fokus</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;">Sebagai sebuah indikator fungsi <i>latency</i> kritis dari sistem sosial (lihat Tabel 1), minat hidup fokus dapat didefinisikan sebagai <i>sebuah perangkat sikap yang menetapkan pilihan individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dipilih secara sadar (dalam setting dipilih).</i> Bila diberi rentang yang luas untuk aktivitas hidup sehari-hari, setiap orang akan memilih sedikit saja untuk mendapat perhatian utamanya. Cinta yang kuat pada area minat yang sangat penting dan keterlibatan di dalamnya akan berkembang. Memilih aktivitas sekolah sebagai “minat hidup fokus”, maksudnya yaitu pembagian waktu, emosi, komitmen dan energi yang tidak proporsional yang dinvestasikan diorganisasi itu dalam kaitannya dengan aktivitas hidup yang lain, menyebabkan performa sekolah perlu dikembangkan seperti pekerja yang memiliki minat hidup fokus dalam setting kerja. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Ukuran</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b> </b>Ada dua instrumen cocok dipakai di sekolah yang siap untuk digunakan untuk e menilai minat hidup fokus para guru. Versi awal adalah <b>Central Life Interests Questionaire </b>(Kuisioner Minat Hidup Fokus) yang disaring untuk menghasilkan satu dari tiga puluh dua item. (Dubin dan Guldman, 1972). Setiap pertanyaan berupa sebuah tipe perilaku dan meminta seseorang untuk memberi tanda pada setting yang ia lebih suka (kerja, selain kerja, tak ada bagian setting yang dipilih). Sebagai ilustrasi misalnya, “Saya berminat pada (a). semua hal tentang pekerjaan saya, (b). segala hal yang sering saya lakukan di sekitar rumah atau di masyarakat, dan (c). hanya pada semua hal yang lakukan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Miskel, Glasnapp, dan Hatley (1975) mengembangkan pengukur minat hidup fokus yang lebih pendek dan agak lebih umum, khususnya dalam halsetting pendidikan. Tertera dalam Tabel 6, pengukur ini berisi tujuh item. Reabilitas estimasinya adalah 0,73.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">2, Riset</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Bukti-bukti melaporkan, variabel personal dan struktural di sekolah mempengaruhi kuat sekali minat hidup fokus para guru. (Miskel dan Gerhardt, 1974; MIskel, Glasnapp, dan Hatley, 1975; Dubin dan Champous, 1977; Miskel. DeFrain, dan Wilcox, 1980). Misalnya, sekolah merasa memiliki perbedaan-perbedaan status yang tinggi antara para guru dan para administrator, kurang berbagi dalam pembuatan keputusan, dan banyak aturan dan tata tertib yang cenderung dibebankan pada para guru yang memiliki minat hidup fokus yang rendah dalam kerja. Selain itu, temuan-temuan Dan C. Lortie (1975) mengusulkan, struktur karir dan upah kerja di sekolah meredakan perlawanan para guru yang menampilkan minat hidup fokus yang tinggi dalam mengajar. Dalam soal mengajar, sedikit kantor pendidikan memiliki sistem promosi untuk memberikan kepada para guru kesempatan bergerak naik dalam sebuah hirarki, dan kesempatan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dan upah yang lebih besar. Menjadi seorang administrator (manajer) atau seorang spesialis dapat mengaburkan identitas seseorang sebagai seorang guru, dan menggiring tidakadanya kontinuitas tugas yang dipakai untuk menampilkan performanya. Akibatnya, banyak guru melaporkan bahwa minat hidup fokus mereka tidak ada dalam pekerjaan mereka. Ada satu kesimpulan penelitian, hampir setiap guru pria dalam penelitian Lortie memiliki minat yang kuat pada pekerjaan sambilan (hobi) atau sebuah sumber tambahan pekerjaan untuk menambah pendapatan. Komitmen yang paling kuat datang dari guru-guru yang lebih tua dan guru-guru singgel. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 6: Ukuran Singkat Minat Hidup Fokus</span></b></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 11px; left: -1px; position: relative; top: 9px; width: 590px; z-index: 12;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="590" /></span><span style="font-size: 10pt;"> </span></div><br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;">Kategori respon: Tidak setuju sekali, tidak setuju, netral, setuju, setuju sekali.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Minat hidup fokus saya terdapat di luar pekerjaan saya di sekolah.*)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Minat utama hidup saya adalah semua yang berhubungan rapat dengan kerja saya di sekolah. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Ketika saya susah, itu seringkali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.*)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Saya percaya bahwa hal-hal lain lebih penting daripada kerja saya di sekolah.*)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Kebanyakan tenaga saya dkerahkan untuk pekerjaan saya di sekolah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Ketika berbicara dengan teman-teman, saya lebih suka bicara mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kerja saya di sekolah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Perhatian fokus saya pada hal yang berkaitan dengan kerja saya di sekolah. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: -1px; margin-top: 11px; position: absolute; width: 590px; z-index: 13;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" width="590" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">*) Memiliki skor terbalik</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Mirip dengan itu, Philip A. Cusick (1981) telah menemukan, kebanyakan guru dalam penelitiannya memasukkan urusan besar waktu dan usaha dalam tugas mengajar, dan menghoramati tugas mengajar sebagai pekerjaan satu-satunya. Namun bagaimanapun tidak setiap guru bersikap seperti itu. Sejumlah guru mengembangkan keluarga, menjalankan bisnis pribadi, atau melakukan pekerjaan sambilan (<i>part-time work</i>). Kenyataannya, para pendidik menjalani semua kelompok usaha dalam mengisi waktunya di luar kerja, <i>outside jobs</i>. (Wisniewsk dan Kleine, 1984). Untuk menmabah informasi mengenai waktu luar kerja, Cusick tekah mengamati, ada sejumlah angka yang sama dengan tugas-tuigas yang masih berhubungan dengan kerja, (<i>inside jobs</i>), misalnya, melatih, menjadi kepala bagian, mengajar di sekolah musim panas (<i>summer school</i>), dan mengisi kelas-kelas malam. Cusick yakin, fenomena guru punya tugas ganda: <i>inside dan outside jobs</i>, punya implikasi bagi kepentingan riset dan praktik, karena pekerjaan ganda itu memiliki pengaruh signifikan terhadap kurikulum dan tugas mengajar. Waktu dan tenaga yang digunakan untuk menjalankan pekerjaan ganda itu, dapat membuat guru melanggar waktu dan usaha yang diperlukan bagi pekembangan kurikulum, persiapan pelajaran, dan tenaga untuk mengajar. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ketika temuan-temuan itu menggambarkan sebuah potret yang agak negatif, temuan-temuan itu juga memberikan pemikiran mengenai metode-metode untuk mengembangkan minat yang berkaitan dengan kerja para guru. Agar pendidik memiliki minat hidup fokus dalam setting kerja, situasinya harus menghasilkan kesempatan-kesempatan yang luas yang tak merintangi perolehan upah. Misalnya, pikiran-pikiran yang ada dalam teori motivasi pengharapan. Pikiran itu telah mengajukan hipotesis, agar minat hidup fokus para guru tersentral pada sekolah, hubungan-hubungan antara performa pendidik dan penerimaan insentif yang diinginkan harus digambarkan secara jernih. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -72pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">E.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Keseluruhan Keefektifan Keorganisasian</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Penggunaan empat fungsi penting dari sebuah sistem sosial sebagai kriteria bukanlah tak disukai. Paul E. Mott (1972) mengkombinasikan beberapa hasil penting untuk memformulasi sebuah model keefektifan keorganisasian. Dia telah mengintegrasikan komponen-komponen berikut: kuantitas dan kualitas produk, efisiensi, adaptabilitas, dan fleksibilitas. Mott beralasan, lima kriteria itu mendefiniskan kemampuan sebuah organisasi untuk memobilisasi sentra-sentra kekuatannya untuk beradaptasi dan bertindak mencapai tujuan. Sekolah-sekolah efektif memproduksi prestasi pencapaian murid yang lebih tinggi, lmengembangkan sikap para muridnya lebih positif, melakukan adaptasi dengan tekanan-tekanan lingkungan lebih baik, dan menyelesaikan masalah-masalah internalnya<span dir="RTL"></span><b><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> lebih bijak. Secara jernih, pandangan Mott ini bersesuaian dengan model sumber sistem pencapaian tujuan mengenai keefektifan keorganisasian yang dintegrasikan dan dikembangkan dalam seri ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1. Ukuran</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Walaupun kita telah menolak indikator-indikator tunggal, namun ukuran singkat yang umum yang didasarkan secara kuat pada sebuah model teoroitik dan digunakan bersama instrument-instrumen lain, dapat mulai mengembangkan pemahaman kita tentang keefektifan keorganisasian. Mott telah mengembangkan sebuah ukuran delapan-item untuk digunakan dalam sebuah varitas sekolah (Miskel, Fevurly, dan Stewart, 1979; Miskel, Bloom, dan McDonald, 1980). Indeks yang dihasilkan oleh <b>Index</b> <b>of</b> <b>Perceived Organisational Effectiveness </b>(Indeks Keefektifan Keorganisasian yang Dirasakan)<b> </b> diragakan dalam Tabel 7. Kehati-hatian pengembangan dan reabilitas yang diistimasi tinggi membuatnya sebagai calon kuat yang berguna sebagai sebuah ukuran menyeluruh dalam penelitian-penelitian masa depan. Berdasarkan fakta, Mott menyimpulkan, data-data menganjurkan, penilaian-penilaian subjektif mengenai pekerja agar dijaga secara tepat dan tetap menyediakan sebuah ukuran valid yang jujur. mengenai keefektifan keorganisasian. Dukungan terhadap kesimpulan itu dewasa ini telah diberikan oleh Wayne K. Hoy dan Judith Ferguson (1985). Dengan menggunakan <b>Index</b> <b>of</b> <b>Perceived Organisational Effectiveness </b>dan bingkai kerja teoritik yang dikembangkan dalam serini, mereka menemukan, keefektifan menyeluruh yang dirasakan di sekolah-sekolah menengah berhubungan secara signifikan dengan seluruh dari empat indikator <b>Parson System Imperatives: </b>adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan <i>latency</i><b>.</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">Riset</span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Mott (1972, 179-185) telah memperluas penggunaan <b>Index</b> <b>of</b> <b>Perceived Organisational Effectiveness. </b>Ia<b> </b>menemukan<b> </b>sedikit hubungan signifikan antara sentralisasi pembuatan kebijakan dan keefektifan. Dalam organisasi yang sentralisasi tinggi, keefektifan cenderung lebih kecil. Selain itu, keefektifan menjadi lebih besar ketika para pemimpin menyediakan struktur tugas yang lebih banyak untuk dikerjakan, dan ketika kondisi telah terbuka. Temuan-temuan dalam setting sekolah mendukung kesimpulan-kesimpulan Mott tersebut (Miskel, Fevurly, dan Stewart, 1979). Formalisasi, kompleksitas struktur sekolah, dan iklim yang partisipatif semua sangat kond<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">ع</span></b>sif bagi keefektifan keorganisasian. Serupa dengan itu, Miskel, McDonald, dan Bloom (1983) menemukan, keefektifan sebagaimana dirasakan oleh guru berhubungan kuat dengan hal yang pokok itu di area disiplin peserta didik, dukungan para ahli pendidikan spesial, waktu untuk aktivitas ruang kelas, dan motivasi pengharapan yang tinggi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Dari apa yang telah dibahas sejauh ini, jelaslah bahwa banyak variabel yang diperlukan untuk menilai secara tepat pengaruh-pengaruh yang kompleks dari proses-proses administratif dan orgnisasional terhadap keefektifan sekolah. Walaupun pengetahuan di bidang ini masih agak terbatas, namun kita, dari riset yang telah dilakukan, bisa menggambarkan beberapa implikasi praktis.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b>IV. SUMBER-SUMBER KONSEPTUAL DAN APLIKASINYA</b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Pengantar</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"> </span>Pada pokoknya, usaha-usaha merubah sekolah menggambarkan upaya-upaya mengembangkan keefektifan keorganisasiannya. Sebagaimana disebut di awal seri ini, banyak laporan menyebut, usaha itu dengan istilah reformasi fundamental atau revolusi datar dalam struktur dan prsoses sekolah. A. Harry Passow (1988, 251) mengamati, sejarah reformasi sekolah itu menunjukkan bahwa usaha-usaha yang berlangsung baru-baru ini akan berlalu dalam waktu singkat. Sebagai bukti, Passow menyebut Charles E. Silberman (1970, 50), yang telah menyimpulkan, gerakan reformasi tahun 1960an telah menghasilkan perubahan banyak, tetapi sekolah tetap secara luas tidak berubah. Serupa dengan itu Jonas F. Soltis (1988, 244) mencatat telah terjadi banyak pembicaraan mengenai: pemberdayaan para guru dalam materi kurikulum, kontrol yang lebih banyak terhadap pembelajaran di sekolah dan pembagian wewenang dalam penetapan personel, pemerintahan bersama, dan kemandirian untuk bisa mengatur sendiri pekerjaan yang menjadi profesinya (<i>self-regulation of profession</i>) . Semua reformasi itu direncanakan untuk mengoreksi sebuah sistem yang didasarkan pada pemikiran yang tak seimbang, terlalu banyak <i>top-down</i> (dari atas ke bawah) dan pelatihan memberikan kekuasaan bottom-up (dari bawah ke atas) tidak diberikan cukup. Soltis menegaskan, para konstituen yang sangat kuat tidak setuju dengan penilaian terdahulu itu dan akan berusaha memboikot banyak reformasi dasar agar tidak menjadi kenyataan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 10pt;">Tabel 7: The Index of Peceived Organisational Effectiveness</span></b></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 7px; left: -1px; position: relative; top: 5px; width: 590px; z-index: 58;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="590" /></span><span style="font-size: 10pt;"> </span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Setiap pendidik menghasilkan sesuatu selama kerja. Bisa berbentuk “produk” atau “pelayanan” Berikut adalah daftar produk dan pelayanan yang cuma sebagian kecil saja dari sesuatu yang sebenarnya dihasilkan dari sekolah:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Renacana-rencana pelajaran Belajar murid Prestasi atletik</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Proyek-proyek komunitas Pengajaran Program seni dan musik</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Kurikulum baru Pertemuan guru-orang tua </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Silahkan ditandai jawaban anda dengan mencongkreng garis yang sesuai pada setiap item. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 10pt;">Anda tahu di sekolah anda, aneka macam barang dihasilkan oleh orang-orang. Berapa banyak mereka menghasilkan?</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 14;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Hasil rendah</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 15;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Lumayan rendah</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 17;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Cukup</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 16;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Tinggi</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 18;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Sangat Tinggi </span></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b></div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Seberapa bagus kualitas produk dan pelayanan yang dihasilkan oleh orang-orang yang anda tahu di sekolah anda? <b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></b></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 27px; position: absolute; width: 26px; z-index: 20;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="26" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 49px; margin-top: 83px; position: absolute; width: 26px; z-index: 23;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="26" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 19;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 44px; position: absolute; width: 26px; z-index: 22;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="26" /></span><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 64px; position: absolute; width: 26px; z-index: 21;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="26" /></span><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;"> ٌ</span></b><span style="font-size: 10pt;">Kualitas rendah</span></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Lumayan rendah</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;"> Sedang</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;"> Bagus</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;"> Sangat Bagus</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Apakah orang-orang di sekolah anda mengambil output maksimum dari sumber-sumber yang tersedia (uang, orang-orang, peralatan, dll) ? Seberapa besar efisiensi yang diusahakan ketika mereka melakukan pekerjaan mereka ?</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 24;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Tidak efisien</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 25;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Lumayan efisien</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 27;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Tidak terlalu efisien</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 26;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Sangat efisien</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 28;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Sangat efisien sekali </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="4" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Seberapa baik pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang di sekolah anda, dalam mengantisipasi masalah dan dalam melakukan tindakan preventif agar masalah itu tidak terjadi atau mengurangi pengaruhnya ? </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 29;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Jelek</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 30;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Lumayan jelek</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 32;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Cukup baik</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 31;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Baik</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 33;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Baik sekali</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.7pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span style="font-size: 10pt;">5. Seberapa besar orang-orang di sekolah anda menguasai informasi mengenai inovasi-inovasi yang dapat mempengaruhi cara mereka melakukan pekerjaan mmereka? </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 38;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Tidak menguasai informasi</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 26px; z-index: 34;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Agak tidak menguasai</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 36;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Cukup baik</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 35;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Mengunguasai dengan baik</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 37;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Menguasai dengan baik sekali</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">6. Ketika perubahan dibuat dalam soal metode, hal-hal rutin, peralatan atau lainnya, seberapa cepat orang-orang di sekolah anda menerima dan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan itu ?</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 43;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Sangat lambat menerima dan menyesuaikan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 26px; z-index: 39;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Agak lambat</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 41;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Cukup cepat</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 40;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Cepat</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 42;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Spontan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="position: relative; z-index: 57;"><span style="height: 2px; left: -1px; position: absolute; top: -1633px; width: 590px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="590" /></span></span><span style="font-size: 10pt;">7. Seberapa banyak orang-orang di sekolah anda siap menerima dan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan ?</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 49;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Kurang jauh dari separuh siap menerima dan menyesuaikan </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 26px; z-index: 44;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="26" /></span><span style="position: relative; z-index: 48;"><span style="height: 2px; left: -104px; position: absolute; top: -986px; width: 26px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="26" /></span></span><span style="font-size: 10pt;"> Kurang dari separuh</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 46;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Lebih dari separuh</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 45;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Mayoritas</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 47;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Hampir semua orang </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 10pt;">8. Seberapa baik kerja yang dilakukan oleh orang-orang di sekolah anda dalam menanggulangi hal-hal darurat dan gangguan-gangguan? </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 55;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Jelek</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 26px; z-index: 50;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" width="26" /></span><span style="position: relative; z-index: 54;"><span style="height: 2px; left: -104px; position: absolute; top: -986px; width: 26px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" width="26" /></span></span><span style="font-size: 10pt;"> agak jelek</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 47px; margin-top: 8px; position: absolute; width: 26px; z-index: 52;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Pas</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 48px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 51;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><span style="font-size: 10pt;"> Baik</span></div><div class="MsoNormal"><span style="height: 2px; margin-left: 49px; margin-top: 10px; position: absolute; width: 26px; z-index: 53;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" width="26" /></span><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Sangat baik</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="position: relative; z-index: 56;"><span style="height: 2px; left: -1px; position: absolute; top: -13px; width: 590px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" width="590" /></span></span> </div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kebutuhan dan tantangan yang dihadapi dalam mengupayakan perubahan adalah : sejumlah pendekatan yang luas, ideologi-ideologi yang kuat, dan literatur yang sangat banyak tentang perubahan keorganisasian yang direncanakan. Bagaimana seorang manajer tahu yang mana yang akan digunakan dalam melakukan perubahan ? Jawaban saya adalah proses yang terus menerus yang memiliki dasar-dasar konseptual dan yang menggunakan varitas strategi yang simultan, daripada memilih satu dalam satu waktu. Salah satu pendekatan berbasis teori untuk kepentingan perubahan yang direncanakan adalah <i>pengembangan keorganisasian</i> (<b><i>organizational development</i></b>), atau yang populer dengan sebutan <b> OD</b> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Strategi Pengembangan Keorganisasian mengenai Perubahan yang Direncanakan</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b> </b>Pengembangan Keorganisasian (<i>Organizational Development</i>) atau OD dilahirkan sebagai sebuah perangkat teknik yang didefinisikan secara longgar selama tahun 1950an, pertama diaplikasikan dalam setting sekolah selama pertengahan tahuan 1960an, digunakan sebagai istilah yang menggaung selama awal tahun 1970an, dijual sebagai sebuah obat mujarab oleh para konsultan yang ditunjuk selama pertengahan tahun 1970an, dan baru menunjukkan harapan sebagai sebuah perangkat pendekatan yang berguna bagi perubahan yang direncanakan (<i>planned change</i>) di sekolah selama tahun 1990an. W. Warner Burke dan Leonard D. Goodstein (1980) telah memberikan sebuah sejarah yang rinci tentang OD. Pendekatan-pendekatan OD telah dimatangkan sebagaimana harapan para pendukungnya sehingga menjadi lebih realistik dan sehat. Kritik dan penilaian diterima. Misalnya, C. Brooklyn Derr (1976) sebagai seorang pembela awal, akhirnya mempersoalkan kesesuaiannya dengan sekolah. Michael Fullen, Mathew B, dan Gib Taylor (1980) akhirnya melakukan reviu ulang secara kritis terhadap literatur-literatur OD dan menyimpulkan, bagaimanapun OD adalah sebuah pendekatan yang berguna bagi kemajuan sekolah. Serupa dengan itu, Marshall Saska dan Burke (1987, 409) menyimpulkan, bahwa OD di tahun 1980an telah menuai penghormatan yang lebih besar, dan bahwa OD mendapatkan banyak intervensi sehingga OD bisa menjadi praktek yang standard.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> OD (<i>Organizational Development</i>) bertujuan melibatkan kemajuan keefektifan organisasi dan kualitas kehidupan kerja (Sashkin dan Burke, 1987). Beberapa definisi pengembangan organisasi diajukan di sepanjang dua puluh lima tahun yang lalu. Demi kepentingan sekarang, kita akan mensintesiskan (Hornstein dkk,, 1971; Schmuck dan Miles, 1971; Huse dan Cummings, 1985) sebagian dan membatasinya pada proses pengubahan iklim dan budaya organisasi sekolah dengan menerapkan informasi yang diperoleh dari ilmu-ilmu tentang perilaku selama periode usaha yang direncanakan dan usaha yang diteruskan demi kepentngan perbaikan keefektifan organisasi. Ada empat poin kebutuhan perluasan yang harus dibuat. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pertama, proses itu ditujukan untuk merubah system, bukan hanya individu. Itulah yang membedakan OD dari training laboratorium dan program-program pengembangan pendidikan dan manajemen yang hanya atau utamanya menekankan pada perubahan-perubahan individu. Tekanan itu pada fenomena keorganisasian, seperti pemecahan masalah, komunikasi, pembangunan tim, kepemimpinan dan performa. Dalam pemfokusan pada organisasi, OD tidak berasumsi, mengubah individu itu tidak penting; OD hanya mengakui, dalam menambah perubahan kemampuan dan sikap individu, situasi di mana para individu bekerja juga harus dimodifikasi agar terjadi kondisi yang sistemik, berkekuatan (<i>powerful)</i> dan perubahan permanent. Sebagaimana Sashkin dan Burke (1987, 397-398) menyatakan, “Kami lebih suka untuk menekankan ulang pada dua pentingnya tujuan OD: (1) mengembangkan kualitas kehidupan kerja para anggota organisasi, dan memajukan <i>outcome</i> (hasil) yang berperforma rendah, ada dalam garis bawah.” </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Kedua, budaya atau iklim organisasi itu meliputi seperangkat asumsi-asumsi yang diberikan dan dipelajari yang mengatur perilaku individu (lihat Seri 8)..William A. Firestone dan H. Dickson Cobett (1988, 323, 335-338)_mengatakan, budaya adalah hal kuno, walaupun tidak abadi, ia merupakan kekuatan yang menfasilitasi status quo. Budaya membantu mengklarifikasi apa yang penting dan yang tidak pada saat kita ragu melakukannya. Dengan kata lain, budaya mendirikan sebuah perangkat pendirian yang lama dan selalu dijadikan kriteria penilaian yang tak terucapkan. Banyak inovasi harus berhadapan dengannya agar bisa dietrima tanpa perjuangan. Secara terbatas, OD berusaha mempertimbangkan perubahan norma dan nilai yang dapat mendukung kemajuan organisasi. Usaha-usaha merubah norma dan nilai berkali-kali melibatkan usaha peningkatan tingkat kolaborasi (kerjasama), partisipasi (peranserta), dan keyakinan, dan melibatkan usaha pengurangan tingkat terjadinya konflik. Idea ini muncul untuk membantu menjelaskan sistem-sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma yang muncul agar bisa mempertimbngkan perubahan dan keefektifan. Firestone dan Corbett (1988, 336) mengamati bahwa, bekas-bekas karakteristik semacam itu ditemui ada beberapa jumlahnya di semua sekolah. <span dir="RTL"></span><b><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span></b>Apa yang membedakan sekolah berperforma tinggi dari sekolah yang kurang sukses bukanlah sesuatu yang sederhana untuk dijelaskan dari aspek-aspek budaya, tetapi faktanya banyak anggota mengekspos aspek-aspek budaya itu dalam kata dan perbuatan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ketiga, OD lebih fokus pada mengembangkan perubahan terencana secara sadar dari pada menegmbangkan gerak organisasi. Beberapa porsi sumber organisasi (waktu, energi, uang, …) harus dikaitkan dengan sebuah program pembangunan kembali dan peneliharaan yang berkelanjutan. Karena organisasi-organisasi sekolah tidak bisa ditransformasi secara mudah atau cepat. Untuk perubahan serius dan yang terus menerus secara mandiri (<i>self sustained change</i>) memerlukan usaha dua sampai tiga tahun.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Keempat, teori-teori, temuan-temuan penelitian dan metodologi-metodologi yang berasal dari sosiologi dan psikologi sosial menyajikan semacam dasar informasi untuk OD. Sebagaimana Hornstein dan kawan-kawan (1971) telah observasi, perbedaan fase intervensi OD menuntut adanya perbedaan teknik perubahan. Mereka membuat postulat dua fase – suatu periode diagnosis diikuti dengan suatu periode intervensi. Dua periode ini tidak berurutan secara kaku karena proses diagnosis itu ada dalam suatu intervensi itu sendiri. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Fase diagnosis OD meliputi: mengumpulkan data, mengidentifika area masalah, dan menentukan sebab-sebab yang menjadi masalah. Dalam mengikuti fase ini, para partisipan harus membuat keputusan tentang teknologi intervensi yang mana yang akan dipakai. Beberapa kemungkinan teknologi yang bakal dipilih meliputi: pengembangan tim, sessi-sessi pemecahan masalah antar kelompok, intervensi pelatihan, konsulatsi proses-proses tentang tugas, pelatihan laboratorium, dan konsultasi proses antar perorangan. Jelas, penggabungan yang berbeda dari teknologi-teknologi tersebut bisa digunakan untuk mencapai program perubahan yang paling tepat. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebagai sebuah proses perubahan budaya, OD menjanjikan pengurangan masalah yang berhubungan dengan manajemen dan kepemimpinan yang ada di organisasi pendidikan. Untuk menfasilitasi usaha perubahan yang banyak, Firestone dan Corbett (1988, 330-331) membuat hipotesis, empat tugas sentral harus dilakukan. Tugas-tugas itu adalah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama, mendapatkan sumber-sumber, misalnya, waktu, bantuan administrasi, dan fasilitas-fasilitas yang nyaman secara fisik</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kedua, menyanggah proyek dari intervensi, gangguan yang menyulitkan dan kritik yang datang dari luar.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Memberi upah pada staf atas usaha-usaha mereka </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mengadaptasikan prosedur-prosedur pelaksanaan yang standard (misalnya, aturan formal dari kantor pendidikan daerah, skedul, dan merode-metode penilaian) dengan usaha-usaha pengembangan (inovasi)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penanggungjawab melaksanakan empat tugas itu bisa staf kantor pendidikan daerah, kepala sekolah, guru, dan konsultan luar. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Huse dan Cumings (1985) mengonsep pengembangan keorganisasian (OD) sebagai bingkai kerja yang mencakup perubahan individual, perubahan struktural, perubahan teknologikal, dan umpan balik survey sebagai pendekatan-pendekatan spesifik di dalam strategi perubahan menyeluruh. Berikut pembahasan mengenai masing-masing cakupan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Merubah Individu</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Strategi OD untuk mengubah individu berasumsi, sekurang-kurangnya hingga beberapa tingkat, pertumbuhan individual terjadi secara simultan bersamaan dengan kemajuan keorganisasian. Strategi khas untuk mengubah individu melibatkan usaha-usaha berikut: training atau pendidikan, konseling (penyuluhan), seleksi (pemilihan) dan penempatan, dan terminasi (pemberhentian). Di sekolah, training dan pendidikan mungkin dirasakan mendapat tekanan yang paling besar. Kantor pendidikan daerah seringkali membiayai pendidikan kesarjanaan para guru dan administrator, dan meningkat hingga penetapan syarat-syarat kontrak pendidik untuk pelayanan pendidikan. Selain itu, hanya sedikit prosentase sekolah yang memulai tahun ajaran baru tanpa ada waktu walaupun hanya beberapa hari untuk pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Merubah individu, sebagai bagian dari pendekatan pengembangan keorganisasian, walaupun secara tak langsung, sudah sejak lama dianggap yang utama. Dalam sebuah penelitian besar tentang program-program pengembangan staf, Judith Warren Little dan kawan-kawan (1987) menemukan, kantor pendidikan daerah membelanjakan sejumlah uang yang cukup besar untuk kepentingan aktivitas pelayanan. Misalnya, program-program pengembangan staf untuk para guru dan administrator mengkonsumsi sekitar 1,8 persen atau $ 366 juta dari Dana Pendidikan California. Rata-rata , biaya total per pendidik professional $ 1.700. Meskipun temuan-temuan penelitian menyebutkan, para profesional berkomitmen dalam mengembangkan kemampuan pengetahuan dan prakteknya, dan menyebutkan, bahwa kantor pendidikan daerah memiliki kapasitas yang berkembang untuk mengatur dan mengadakan program-program pengembangan staf, akan tetapi para peneliti menyimpulkan, pertunjukan jumlah aktivitas pengembangan staf dan insentif itu nampaknya tidak menghasilkan sebuah perubahan yang substansial dalam berpikir atau performa para guru kelas di California. Nyatanya, sumber-sumber itu diaklokasikan untuk upaya-upaya memperkuat pola-pola pengajaran dan struktur-struktur konvensional sekolah yang ada. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Temuan-temuan Little dan kawan-kawan memberikan dukungan lebih lanjut bagi perhatian Daniel Katz dan Robert L. Kahn. Ia menyatakan, “usaha-usaha untuk merubah organisasi dengan merubah para individu memiliki sebuah sejarah panjang ketidakakuratan teori dan kegagalan praktek” (1978, 658). Program-program yang lalu, mengembangkan keefektifan, terlalu tidak menghargai hasil-hasil organmisasi dan terlalu menyepelekan proses-proses perubahan. Jadi, program-program yang diarahkan pada individu harus mempertimbangkan penggabungan karakteristik dan kriteria keefektifan sekolah yang bersangkutan. Menempatkan tekanan pada pelatihan dan pendidikan, seperti yang banyak dilakukan sekolah, untuk memajukan sekolah tidaklah cukup; nyatanya , ada bukti menyebutkan bahwa bentuk-bentuk training yang biasa dapat mengembangkan fungsi organisasi (Katz dan Kahn, 1978, 660). Jelasnya, diperlukan strategi-strategi tambahan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Merubah Struktur Sekolah </span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pendekatan langsung untuk mengembangkan performa keorganisasian adalah dengan merubah variabel-variabel struktural sekolah yang berupa bentuk-bentuk hirarki, kebijakan-kebijakan pemberian upah, proses-proses sentralisasi atau desentralisasi pengambilan keputusan, dan frekwensi komunikasi (Galbraith, 1977b; Child, 1984). Banyak laporan-laporan pembaharuan tahun 1980an, misalnya menyerukan untuk melakukan penstrukturan kembali sekolah lewat manajemen dan pemberdayaan guru berbasis internet. Pada umumnya, tujuan modifikasi-modifikasi struktural adalah mengintegrasikan (kerja menghubungkan dan kerja mengkoordinasi bagian-bagian atau fungsi-fungsi organisasi sekolah) misalnya, pengajaran dan administrasi seluruh pencapaian tugas (Huse dan Cummings, 1985, 41) Contoh-contoh khas pendekatan ini meliputi salah satu dari sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan; merubah pola-pola, isi, quantitas, dan bentuk-bentuk komunkiasi; dan mengembangkan tujuan-tujuan operatif lewat proses-proses kelompok.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Richard Beckhard dan Reuben T. Harris (1977, 69-70) menyerukan kembali, struktur-struktur keorganisasian di awal-awal didasarkan pada disain organisasi militer dan Gereja Katholik. Dari pada menyandarkan pada struktur yang tidak sesuai dan ketinggalan zaman, sekolah-sekolah sebaiknya didesain sesuai dengan tuntutan-tuntutan kerja pendidik professional dan murid. Karena itu, merubah strategi-strategi akan dapat menguji tipe-tipe tugas yang berbeda-beda dan desain organisasi sekolah lewat cara-cara pengoptimalan kerja melakukan tugas-tugas itu. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Merubah Teknologi</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Strategi lain adalah mengubah teknologi cara organisasi sekolah memberikan program-program pendidikan untuk merubah peserta didik. Di sekolah teknologi meliputi:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Metode-metode administrative dan pemgajaran,</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Aliran kerja (skop dan urutan kurikulum)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Metode –metode pembelajaran dan sarananya (misalnya, computer, videodisc, dan televise).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Contoh-contoh umum merubah tekonologi meliputi:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Memperkenalkan prosedur pembelajaran yang baru (seperti belajar kolektif)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Program-program kurikulum</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pindah ke susunan ruang kelas di ruang terbuka atau sekolah-sekolah dalam sebuah sekolah,</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Mengatur pengetesan dan proses-proses penilaian program</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Melembagakan prosedur-prosedur evaluasi untuk para pendidik</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam menilai gerakan pembaharuan tahun 1980an, Bill Honig (1988, 261) menekankan teknologi sebagai sebuah poin pengungkitan kunci dalam mengimplementasikan kurikulum yang halus dan teliti. Misalnya, pembuatan kurikulum inti (<i>core curriculum</i>); teks-teks, soal-soal dan kurikulum yang sejajar; dan sebuah paket tanggung jawab yang komperhensif yang menyajikan perubahan-perubahan dalam teknologi yang bisa “membuat sebuah perubahan” dalam soal keefektifan sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><ol start="4" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">Merubah Lewat Umpan Balik Survey</span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Umpan balik survey merupakan strategi popular untuk membuat perubahan. Prosedur umpan balik meliputi pengumpulan dan penganalisaan secara sistematik informasi mengenai sekolah dan melaporkan data pada individu atau kelompok yang kena sasaran. Para partisipan dalam program perubahan dapat menggunakan informasi kepentingan penilaian, pemecahan masalah, dan perencanaan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Ada empat syarat meningkatkan pengaruh program-program perubahan dengan menggunakan umpan balik survey (Mann, 1971):</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Pertama, Jika anggota sekolah berpartisipasi dalam desain pembuatan desain, pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran data, mereka harus merasa diuntungkan mendapat bantuan di dalam pemecahan-pemecahan yang diusulkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Kedua, jika para partisipan membahas informasi kongkrit yang berkaitan erat dengan fungsi mereka, maka mereka harus yakin perubahan nampak lebih bisa diselesaikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Ketiga, jika para anggota memperoleh pengetahuan tentang sukses relatif dari aksi dan perbuatan mereka, mereka harus termotivasi untuk menciptakan usaha-usaha tambahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR">Keempat, jika norma-norma kelompok berkembang dalam mendukung perubahan, mereka harus dapat mendorong inisiatif-inisiatif perorangan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kekuatan umpan balik survey untuk mengembangkan proses-proses keorganisasian telah ditampilkan dalam suatu jangka panjang, dalam sebuah penelitian berskala luas tentang metode-metode perubahan dalam organisasi bisnis (Bowers, 1973). Strategi ini telah menghasilkan banyak sekali kemajuan-kemajuan yang sangat konsisten dalam jangka panjang bagi penggunanya. Selain itu, perubahan-perubahan yang dihasilkan tetap berlangsung setelah program selesai. Dengan sikap meremehkan, dengan penafsiran yang lebih konservatif, Edgar F. House dan Thomas G. Cummings (1985, 135) menegaskan, pengaruh umpan balik survey adalah pada sikap dan persepsi mengenai situasi. Mereka percaya, umpan balik survey itu dipandang yang terbaik sebagai sebuah jembatan antara usaha mendiagnosis problem-problem keorganisasian dan usaha mengimplementasikan metode-metode pemecahan masalah yang aktif. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Secara garis besar, OD itu didasarkan pada teori, mengkonsumsi sumber, dan merupakan pendekatan yang kompleks untuk membuat perubahan, akan tetapi ada yang menawarkan kekuatan yang signifikan untuk keperluan mengembangkan keefektifan organisasi sekolah. Setiap program harus didesain khusus untuk satuan kondisi yang muncul di suatu situasi sekolah yang bersangkutan. Sialnya, sebagaimana Good dan Brophy (1986, 585) amati, beberapa pendidik seenaknya mengambil perencanaan-perencanaan yang dikembangkan di wilayah atau sekolah lain dan menerapkannya dengan sedikit atau banyak modifikasi. Fenomena kopian ini telah dan sedang menampak jelas sebagian dalam penerapan formula keefektifan sekolah. Untuk mengharapkan pengaruh yang signifikan, program-program OD harus direncanakan secara spesifik dengan menggunakan cara-cara yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan unik dan populasi sekolah yang menjadi target. Sebuah deskrispsi program OD yang didesain secara spesifik untuk sebuah sekolah tinggi urban yang luas, akan disajikan berikut ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-size: 14pt;">Sebuah Sampel Program Perubahan yang Direncanakan di Sebuah Sekolah Tinggi Urban</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b> </b>George J. Crawford, Cecil Miskel, dan M. Claradine Johnson (1980) telah mengembangkan dan berpedoman pada sebuah program OD selama tiga tahun. Bertempat dekat pusat kota, populasi dari sekolah tinggi terdiri dari 2000 mahasiswa dan 100 anggota staf professional.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sasaran utama program ini adalah mengembangkan keefektifan organisasi sekolah. Statistik skorsing siswa, angka dropout, dan tingkat kegagalan menunjukkan, sekolah itu tidak berjalan secara eefektif. Misalnya, 8,2 % mahasiswa telah diskorsing, 30 % mahasiswa tingkat II (tahun kedua) droup out dari kuliah, dan 33 % mahasiswa tahun kedua gagal dalam sekurang-kurannya satu mata kuliah. Selain itu, angka tinggi mahasiswa droup out dari kalangan minoritas yang tidak proporsional jelas menuntut perhatian. Sekolah itu dapat digambarkan sebagai lembaga pendidikan yang memberikan kurikulum tradisional, dan melakukan kontrol mahasiswa dengan menggunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam penjara (<i>custodial approach</i>). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Program perubahan ini menggunakan empat pendekatan yang biasanya dipakai untuk melakukan intervensi sosial, seperti yang telah dibahas di atas. Strategi merubah individu didasarkan pada model psikologi sosial, khususnya pada pemikiran baru-baru ini dari Kurt Lewin (1951). Dia memahami perubahan sebagai sebuah modifikasi kekuatan-kekuatan yang menegakkan pola-pola perilaku stabil dari para individu dalam organisasi. Dia percaya, perilaku dalam banyak waktu yang disediakan adalah hasil dari dua set kekuatan: (1) mereka yang berusaha memelihara perilaku yang ada dalam sebuah keadaan keseimbangan, (2) dan mereka yang meningkatkan perubahan. Ketika kekuatan-kekuatan itu kira-kira seimbang, maka status quo cenderung tegak. Untuk menghasilkan perubahan dalam perilaku yang diperlihatkan dalam organisasi, maka ada dua pilihan (1) kekuatan-kekuatan menaikkan perubahan harus dikembangkan, kekuatan-kekuatan itu harus mengusahakan perilaku yang konstan diturunkan, atau (2) mengkombinasikan keduanya. Konsekwensinya, fakultas dan kelompok-kelompok yang dibentuk staf meningkatkan keterampilan-keterampilan hubungan antar pribadi mereka, dan menggunakan sebuah proses tiga tangga: (1) pencairan (<i>unfreezing</i>), (2) pengubahan (<i>changing</i>), dan (3) pembekuan (<i>freezing</i>) sikap, nilai, norma, keterampilan dan perilaku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Strategi-strategi memodifikasi struktur dan teknologi sekolah dimulai dengan mengembangkan dua puluh statemen tujuan, yang dirangking berdasarkan kepentingan oleh para partisipan. Selama akhir pertengahan tahun pertama dan permulaan tahun kedua, beberapa program baru sudah diperkenalkan. Penyuluh sebaya, kurikulum pendidikan karier, dan pusat penelitian independen dilembagakan sebagai modikasi-modifikasi program pembelajaran. Sedangkan perubahan-perubahan lain yang terakhir yang terkait meliputi: seorang guru baru sebagai penasehat program, prosedur pendaftaran yang direvisi untuk pemilihan mahasiswa yang lebih baik dalam kelas-kelas, dan publikasi daftar gambaran kursus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Umpan balik survey telah digunakan sepenuhnya selama program perubahan. Dua set data biasanya dikumpulkan dan dibagikan kepada staf dalam sesi-sesi diskusi. Tingkat kegagalan, droup out dan skorsing ditabulasi tahunan. Sebagai tambahan, pada empat kesempatan –sebelum program dimulai dan di akhir setiap tahun akademik – semua anggota staf dan kelompok mahasiswa pilihan mengisi profil sekolah dalam bentuk kusioner dan tes mengenai keadaan sekolah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebagai sebuah program perubahan tentang pengembangan organisasi sekolah, intervensi berakhir setelah tiga tahun dan melibatkan fakultas, staf, dan mahasiswa ke dalam penilaian, diagnosis, dan transformasi sekolah yang dilakukan secara sistematik. Aktivitas-aktivitas OD mengarah secara simultan pada organisasi dan individu. Tekanan diarahkan pada pengembangan skill dan sikap untuk mengembangkan komunikasi-komunikasi sekolah dan untuk mengembangkan tingkat partisipasi dalam penentuan pemecahan masalah mahasiswa. Nilai-nilai, sikap, dan keterampilan yang dilibatkan itu dipikirkan bisa menjadi kepentingan fundamental bagi kualitas kehidupan di sekolah tinggi. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Pengaruh apa yang dibuat oleh program gabungan ini pada keefektifan keorganisasian sekolah ? Jelasnya, kemampuan sekolah untuk beradaptasi telah ditingkatkan. Sekolah itu telah kehilangan tradisinya, keluar dari karakternya sehingga menjadi fleksibel dan innovatif. Hasil-hasil yang menunjukkan pencapaian tujuan, bagaimanapun, sedikit agak kurang jelas. Bagi mahasiswa kulit putih, angka skorsing dan kegagalan meningkat tipis. Bagi mahasiswa kulit hitam, angka kegagalan, droup out, dan skosing cenderung agak menurun. Dalam soal penampilan fungsi integrasinya (masalah iklim sekolah), secara keseluruhan sekolah menjadi lebih sedikit terbuka dan partisipatif. Partisipasi yang lebih besar dalam soal proses pengambilan keputusan, kerjasama tim, dan pembangunan tim, misalnya, menampilkan hasil-hasil yang bernilai. Terakhir, beberapa bukti kemajuan performa berdasarkan kriteria <i>latency</i> telah tersajikan dalam profil kuisioner sekolah. Komitmen terhadap tujuan-tujuan organisasi yang telah dirasakan, meningkat pada awala-awal tahapan program dan diperkuat hingga akhir program. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Namun demikian, peningkatan dramatis dalam soal tingkat keefektifan sekolah tidak menampak. Akan tetapi keuntungan-keuntungan yang berkaitan dengan penghargaan terhadap empat kriteria mendukung pendirian bahwa usaha-usaha perubahan yang terencana dengan menggunakan aneka ragam strategi dapat memajukan fungsi organisasi pendidikan. Selain itu, dimana perubahan positif dicapai, ia menampakkan tahan lama, akan tetapi berakhir juga (Seashore dan Bowers, 1969).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebuah masukan akhir, memperhatikan dan mengambil teori dan riset, bagaimanapun harus ditambahkan. Usaha-usaha pengembangan keorganisasian bukanlah obat mujarab untuk pemecahan masalah-masalah keorganisasian. Bahkan usaha-usaha itu merupakan aktivitas-aktivitas yang makan sumber yang boleh jadi secara bertahap dapat mengembangkan keefektifan sekolah dalam suatu tahapan periode waktu yang terlalu panjang dan lama. Selain itu, diperlukan riset tentang proses-proses perubahan yang didasarkan pada konsep tambahan. Sambil mengkritisi riset sebelumnya, Andrew H. Van de Ven dan Everett M. Rogers (1988) memrekomendasikan, penyelidikan di masa depan fokus pada perubahan sebagai proses dinamis yang terus menerus di mana variabel-variabel saling bertalian dan berurai di sepanjang waktu. Dalam bentuk yang serupa, Saskin dan Burke (1987, 412) menyimpulkan, praktek OD dan perubahan, tanpa sebuah teori yang koheren, bidang ini akan mudah diserang, dan kemungkinan OD dan perubahannya akan tetap menjadi terpecah-pecah, karena tak koheren sebagai sebuah disiplin. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">V. RINGKASAN</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Keefektifan organisasi memainkan peran yang begitu sentral dalam teori dan praktek pendidikan. Karena itu sebuah pemahaman yang lebih baik tentang konsep itu adalah penting bagi bidang ini. Ada dua pendekatan umum yang mendominasi penelitian: <i>a goal perspective</i> (perspektif tujuan) dan <i>system resource model</i> (model sumber sistem). Bagaimanapun, perbedaan antara keduanya, lebih banyak menampakkan pada kata-kata, bukan pada substansi, karena itu pendekatan itu bisa digabung menjadi satu bentuk, yaitu <i>integrated goal system resources model</i> (model gabungan sumber sistem tujuan) untuk menganalisa keefektifan keorganisasian di sekolah. Penggabungan itu bisa dibuat dengan menggunakan empat fungsi sistem sosial yang diperkenalkan oleh Parson sebagai <i>multiple operative goals for organizations</i> (tujuan-tujuan operatif organisasi yang bersifat ganda) yaitu: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Adaptation</i> (penyesuaian), indikatornya: kemampuan beradaptasi, innovasi, pertumbuhan dan pengembangan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Goal achievement</i> (pencapaian tujuan), indikatornya: pencapaian, kualitas, tambahan sumber dan efesiensi.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Integration</i> (penggabungan), indikatornya: kepuasan, iklim, komunikasi dan konflik.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><span dir="LTR"><i>Latency</i> (hal yang tersembunyi), indikatornya: loyalitas, motivasi, identitas dan minat hidup terfokus.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2">Keempat fungsi sistem sosial itu memberi petunjuk pemilihan indikator-indikator keefektifan. Indikator-indikator itu adalah beberapa konstituen<i> </i>sekolah di seluruh masa panjang dan masa pendek. Bagi sebuah sekolah keefektifan jelas bukanlah satu hal. Ia komplek dan merupakan fenomena multidimensi yang dibatasi dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan dan sumber-sumber sistem. Sialnya, kebanyakan riset tentang keefektifan sekolah membahasnya satu per satu, padahal keefektifan bukanlah satu hal melainkan multi dimensi, dan kebanyakan riset tidak didasarkan pada petunjuk sebuah model teori.</div><div class="MsoBodyText2"><br />
</div><div class="MsoBodyText2"> Para manajer yang berusaha mengembangkan keefektifan sekolah harus melibatkan perubahan keorganisasian yang terencana. Sudah tentu, perubahan itu bisa dikonsepsikan di bawah payung pengembangan organisasi (OD). Dengan menggunakan aneka ragam strategi, maka fokusnya akan terarah pada perubahan simultan dari perubahan individual, struktural dan faktor-faktor teknis. </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><b> </b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoBodyText" style="margin-top: 6pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt;">BIBLIOGRAFI</span></b></div><div align="center" class="MsoBodyText" style="margin-top: 6pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Airasian, Peter, “State Mandated Testing and Educational Reform: Context and Consequences.” <i>American Journal of Education</i> 95 (1987): 393-412<b><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Averich, H.A. S.J. Carroll, T.S. Donaldson, HJ. Kieling, dan Pincus, <i>How Effective Is Schooling: A Critical Review and Synthesis of Research Findings</i>, Santa Monica, CA: Rand, 1972. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Astuto, Terry A. dan David L. Clark, “Strenght of Organizational Coupling in the Intructionally Effective School”, Urban Education, 19 (1985): 331-356</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Balesco,James A., dan Joseph A. Alutto, “Decisional Participation and Teacher Satisfaction.” Educational Administration Quarterly 8 (1972): 44-58.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Balderson, James H., “Who Likes the ‘the Good School?’ <i>The Canadian Administrator</i> 16 (1977): 181-194.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Beckhard, Richard, dan Reuben T. Harris. <i>Organizational Transition: Managing Complex Change. </i>Reading, MA: Addison-Wesley,1977.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Bidwell, Charles E. dan John D. Kasarda, “School Distrct Organization and Student Achievement.”<i>American Sociological Review </i>40<i> </i>(1975): 55-70. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Blocker, C.E. dan R.C. Rchardson, Twenty-Five Years of Morale Research-Critical Review”, <i>Journal of Educational Sociology</i> 36 (1963).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Bloom, Benjamin S., <i>Human Chaacteristics and School Learning</i>, New York: McGraw-Hill, 1976 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Bluedorn, A.C., dan Denhardt, Robert B., “Time and Organization”, <i>Journal of Management</i> 4 (1988): 299-320</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Bossert, Steven T., School Effects, dalam “<i>Handsbook of Research on Educational Administration</i>”, Ed. Norman J. Boyan, 341-352, New York: Longman, 1988.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Bossert, David C. Dwyer, Brian Rowen, dan Ginny V. Lee. “The Instructional Management Role of the Principal.” <i>Educational Administration Quarterly </i>18 (1982):34-36.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Bowers, David G., “OD Teqniques and Their Results in 23 Organizations: The Michigan ICL Study” , <i>Journal of Applied Behavioral Science</i> 9 (1973)</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Brayfield,.Arthur H. dan Walter H. Crockett, “Employee Attitudes and Employee Performance”, <i>Psychological Bulletin</i> 52 (1955): 396-424.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Brookover, Wilbur B., dkk, “Elementry School Social Climate and School Achievement”, <i>American Educational Reasearch Journal</i> 15 (1978): 301-318</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Brophy, Jere E., dan Thomas L. Good, “Teacher Behavior and Student Achievement”, dalam <i>Handbook of Research on Teachiing</i>, 3<sup>rd</sup> ed. Merlin C. Wittrock, 328-375, New York: Macmilan, 1986.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Burke , W. Warner dan Leonard D. Goodstein, <i>Trends and Issues in OD: Current Thori and Practice</i>, San Diego: University Associates, 1980 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Burlingame, Martin. “Some Neglected Dimensions in the Study of Educational Administration.” <i>Educational Administration Quarterly </i>15 (1979): 1-18. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Cameron, Kim, “Measuring Organizational Effectiveness in Institutions of Higher Education”, <i>Administrative Science Quarterly</i>, 23 (1978): 604-632.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Cameron, <span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span>Kim, “The Effectiveness of Ineffectiveness”, <i>Research in Organizational Behavior</i> 6 (1984): 235-285 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Campbell, John P., “On the Nature of Organizational Effectiveness”, dalam <i>New Perspectives on Organizatinal Effectiveness</i>, Ed. Paul S. Goodman dan Johannes M. Pennings, 13-55, San Francisco: Jossey-Bass, 1977:. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Carpenter, Harrel H., “Formal Organizational Structural Factor and Perceived Job Satisdfaction of Classroom Teacher”, <i>Administrative Science Quarterly</i>, 16 (1971): 71-93. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Chase, Francis S. “Factors for Satisfaction in Teaching.” <i>Phi delta Kappan </i>33 (1951): 127-132.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Child, John. <i>Organization: A Guide to Problems and Practices</i>, 2<sup>nd</sup> ed. London: Harper & Row, 1984.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Clark, David L., Linda S. Lotto dan Terri A.Astuto, “Effective School and School Improvement: A Comparative Analysis of Two Lines of Inquiry”, Educational Administration Quarterly, 20 (1984): 41-68.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Cohen, David K. ‘Schooling More and Liking It Less: Puzzles of Educational Improvement.” <i>Harvard Educational Review</i> 57 (1987): 174-177.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Coleman, dkk. <i>Equality of Educational Opportunity</i>. Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 1966.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;"><span style="position: relative; z-index: 62;"><span style="height: 2px; left: 31px; position: absolute; top: -5529px; width: 26px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span></span>Connolly, Terry, Edward J. Conlon dan Stuart Jay Deutsch, “Organizational Effectiveness: Multiple Qu-Constituency Approach”, <i>Academy of Mangement Review</i>, 5 (1980): 211-217.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Crawford, George J., Cecil Miskel, and M. Claradine Johnson. “A Case Analysis of an Urban High School Renewal Program.” <i>Urban Review </i>12 (1980).</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Cuban, Larry. “Transforming the Frog into a Prince: Effective Schools Research, Policy, and Practice at the District Level.” <i>Harvard Educational Review</i> 54 (1984): 129-151.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Cuban, Larry. “Effective School: A Friendly but Cautionary Note.” <i>Phi Delta Kappan</i> 64 (1983): 695-696.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Cusick, Philip A. “ A Study of Networks among Professional Staffs in Secondary Schools.” <i>Educational Administration Quarterly </i>17 (1981): 114-138.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Derr,C. Brooklyn, “O.D. Won’t Work in Schools”, <i>Education and Urban Society</i>, 8 (1976): 227-241.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Dubin dan Daniel R. Goldman. “Central Life Interests of American Middle Managers and Specialists.” <i>Journal of Vacational Behavior</i> 2 (1972): 133-141.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Edmonds, Ronald. “Some Schools Work and More Can.” <i>Social Policy 9</i> (1979): 28-32.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Etzioni, Amitai. <i>Modern Organizations</i>, Englewood Cliffs, Nj: Prentice-Hall, 1964.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Etzioni, Amitai, “Two Approach to Organizational Analysis: A Critque and Suggestion.” <i>Administrative Science Quarterly</i> 5 (1960): 257-278.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Festinger, Leon A. Theory of Cognitive Dissonance. Evanston, IL: Row, Peterson, 1957.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Firestone, William A. and H. Dickson Corbett. “Planned Organizational Change.” In <i>Handbook of Research on educational Administration</i>, edited by Norman J. Boyan, 321-340. New York: Longman, 1988. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Ford, Jeffrey D., and David A. Baucus. “Organizational Adaptation to Performance Downturns: An Interpretation-Based Perspective.” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review </i>12 (1987): 366-380.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Fullan, Michael, Matthew B. Miles, and Gib Taylor. “Organization Development in Schools: The State of the Art.” <i>Review of Educational Research </i>50 (1980): 121-183. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Fuller, Rex, dan Cecil Miskel. “Work Attachments and Job Satisfaction among Public School Educators.“ Paper presented at the Annual Meeting, American Educational Research Association, Chicago, 1972. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Galbraith, Jay. <i>Organizational Design</i>. Reading, MA: Addison-Wesley,1977b.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Gerhardt, Ed. “Staff Conflict, Organizational Bureaucracy, and Individual Satisfaction in Selected Kansas School Districts.” Ph.D. diss., University of Kasas, 1971.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Gibson, James L., John M. Ivancevich, and James H. Donnelly, Jr. <i>Organizations: Behavior, Structure, and Processes,</i> rev. ed. Dallas, TX: Business Publication, 1976.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Glisson, Charles, and Mark Durick. “Predictors of Job Satisfaction and Organizational Commitment in Human Service Organization.” <i>Administrative Science Quarterly </i>33 (1988): 61-81.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Good, Thomas L., and Jere E. Brophy. “School Effects.” In <i>Handbook of Research on Teaching, </i>3<sup>rd</sup> ed., edited by Merlin C. Wittrock, 570-602. New York: Macmillan, 1986.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Goodman, Paul S., and Johannes M. Pennings. “Toward a Workable Framework.” In <i>New Perspectives on Organizational Effectiveness, </i>edited by Paul S. Goodman and Johannes M. Pennings, 147-184. San Francisco: Jossey-Bass,1977. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Grassie Mc Grae C., and Brian W. Carss. “School Structure, Leadership Quality, Teacher Satisfaction.” <i>Educational Administration Quarterly </i>9 (1973): 15-26.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Greene and Robert E. Craft, Jr. “The Satisfaction-Performance Controversy-Revisited.” In <i>Motivation and Work, </i>2<sup>nd</sup> ed., edited by Richard M. Steers and Lyman W. Porter, 270-287. Mew York: McGraw-Hill, 1979.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Hall, Richard H. <i>Organizations: Structure and Process</i>. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1972.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Hall, Richard H. “Effectiveness Theory and Organizational Effectiveness.” <i>Journal of Applied Behavioral Science</i> 16 (1980): 536-545.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hall, Douglas T., and Cynthia Fukami. “Organizational Design and Adult Learning.” <i>Research in Organizational Behavior </i>1 (1979): 125-167.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Haller, Emil J., and David H. Monk. “New Reforms, Old Reforms, and the Consolidation of Small Rural Schools.” <i>Educational AdministrationQuarterly</i> 24 (1988): 470-483.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hanushek, Eric A. “A Reader’s Guide to Educational Production Functions.” Paper presented at the Conference on School Organization and Effects, National Institute of Education, 1978.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hanushek, Eric A. “The Impact of Differential Expenditures on School Performance.” <i>Educational Researcher </i>(May 1989): 45-51,62.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Holdaway, Edward A. “Facet and Overall Satisfaction of Teachers.” <i>Educational Administration Quarterly</i> 14 (1978a): 30-47.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: -1px; margin-top: 11px; position: absolute; width: 26px; z-index: 63;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span><i> Job Satisfactions: An Alberta Report</i>. Edmonton, Alberta: University of Alberta, 1978b.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Honig, Bill. “The Key to Reform: Sustaining and Expanding Upon Initial Success.” <i>Educational Administration Quarterly </i>24 (1988): 257-271.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hoppock, Robert. <i>Job Satisfaction. </i>New York: Harper , 1935.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hornstein dkk. <i>Social Intervention. </i>New York: Free Press, 1971.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Hoy, Wayne K. dan Judith Ferguson, “A Theoreitical Frame Work and Exploration of Organizational Effectiveness in School”, <i>Educational Administration Quarterly</i>, 21 (1985): 117-134</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Huse, Edgar F., and Thomas G. Cummings. <i>Organizational Development and Change</i>, 3<sup>rd</sup> ed. St. Paul, MN: West, 1985.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Jamison, Dean, Patrick Suppes and Stuart Wells. “The Effectiveness of Alternative Instructional Media: A Survey.” <i>Review of Educational Research </i>44 (1974): 1-67.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Kanter and Derick Brinkerhoff. “Organizational Performance: Recent Devel-opments in Measurement.” <i>Annual Review of Sociology </i>7 (1981): 321-349.<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Katz, Daniel and Robert L. Kahn. <i>The Social Psyichology</i> <i>of Organizations, </i>1<sup>st</sup> ed. New York: Willey, 1966. <span style="position: relative; z-index: 61;"><span style="height: 2px; left: 15px; position: absolute; top: -5545px; width: 26px;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Katz, Daniel, and Robert L. Kahn. <i>The Social Psychology of Organizations</i>, 2<sup>nd</sup> ed. New York: Wiley, 1978.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Keeley, Michael. “Impartiality and Participant-Interest Theories of Organizational Effectiveness.” <i>Administrative Science Quarterly </i>29<i> </i>(1984): 1-25.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Kirchhoff, Bruce A. “Organization Effectiveness Measurement and Policy Research.” <i>Academy</i><i> of Management</i><i> Review </i>2 (1977): 347-355.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Lau, Lawrence J. “Education Production Function.” Paper presented at the Conference on School Organization and Effects, National Institute of Education, 1978.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Lewin, Kurt. <i>Field Theory in Social Science</i>. New York: Harper and Row, 1951. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Little, Judith Warren, dkk. <i>Staff Development in California: Executive Summary. </i>San Fransisco: Far West Laboratory for Educational Research and Development, 1987.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Locke, Edwin A. “The Nature and Causes of Job Satisfaction.” In<i> Handbook of Industrial and Organizational psychology</i>, edited by Marvin D. Dunnette, 1297-1349. Chicago: Rand McNally, 1976. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Lortie, Dan C. <i>Schoolteacher: A Sociological Study</i>. Chicago: University of Chicago Press, 1975. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">MacKensie, Donald E. “Research for School Improvement: An Appraisal and Some Recent Trend.” <i>Educational Research </i>12 (1983): 5-17.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980, 111-171</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Mann, Floyd C. “Studying and Creating Change: A Means to Understanding Social Organization.” In <i>Social Intervention, </i>edited by Harvey Hornstein et al., 294-309. New York: Free Press, 1971.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Miskel, Cecil, “Principle’ Attitude toward Work and Co-Workers, Situational Factors, Perceived Effectiveness, and Innovation Effort”, <i>Educational Administration Quarterly</i>, 13 (1977): 51-70.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: -1px; margin-top: 12px; position: absolute; width: 26px; z-index: 59;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span> dan Gerhadt, “Peceived Bureaucrazy, Teacher Conflic, Central Life Interests, Voluntarism, and Job Satisfaction”, <i>Journal of Educational Administration</i>, 12 (1974): 97-118. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: -1px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 26px; z-index: 60;"><img height="2" src="file:///C:/DOCUME%7E1/WINDOW%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" width="26" /></span> David McDonald, dan Susan Bloom, “Structural and Expectancy Linkages within Schools and Organizational Effectiveness”, Educational Administration Quarterly, 19 (1983): 49-82</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Miskel, Douglas Glasnapp, and Richard Hatley. “A Test of the Inequity Theory for Job Satisfaction Using Educators’ Attitudes toward Work Motivation and Work Incentives.” <i>Educational Administration Quarterly </i>11 (1975):38-54.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Miskel, Doughlas Glasnapp, dan Richard Hatley. <i>Public School Teachers Work Motivation, Organizational Incentives, Job Satisfaction, and Primary Life Interest, Final Report. </i>Washington, DC: Office of Education, Departement of Health, Education and Welfare, 1972.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Miskel, JoAnn Defrain, and Kay Wilcox. “A Test of Expectancy Work Motivation Theory in Educational Organization.” <i>Educational Administration Quarterly </i>16 (1980): 70-92. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Miskel, Robert Fevurly, and John Stewart. “Organizational Structure and Processes, Perceived School Effectiveness, Loyalty, and Job Satisfaction.” <i>Educational Administration Quarterly</i> 15 (1979): 97-118.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Mohrman, Allan M., Jr., Robert A. Cooke, and Susan Albers Mohrman. “Participation in Decision Making: A Multidimensional Perspective.” <i>Educational Administration Quarterly </i>14 (1978):13-29.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Muchinsky, Paul M. <i>Psychology Applied to Work, </i>2<sup>nd</sup> ed Chicago: Dorsey, 1987.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Murnane, Richard J. “Interpreting the Evidence on School Effectiveness.” <i>Teachers College Record</i> 83 (1981): 19-35.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Nicholson, Jean Hagewood. “Analysis of Communication Satisfaction in an Urban School System.” Ph.D. diss., George Peabody College for Teachers of Vanderbilt University, 1980.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Parsons, Talcott, <i>Structure and Process in Modern Societies</i>, Glencoe, IL:: Free Press, 1960</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Passow A. Harry. “Whither (or Wither?) School Reform?” <i>Educational Administration Quarterly </i>24 (1988): 246-256.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Publication of Work in America, U.S. Departement of Healt, Education and Wlfare, 1973</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Purkey, S.C., and Marshall S. Smith. “Effective Schools: A Review.” <i>Elementary School Journal</i> 83 (1983): 427-452.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Quinn, Robert E., and Kim Cameron. “Organizational Life Cycles and Shifting Criteria of Effectiveness: Some Preliminary Evidence.” <i>Management Science</i> 29 (1983): 35-51</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Ratsoy, Eugene W., Gail R. Babcock, and Brian J. Caldwell. <i>Organizational Effectiveness in the Educational Practicum Program-1977-1978.</i> Edmonton, Alberta: University of Alberta, 1978.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Ratsoy, Eugene W. “Participative and Hierarchical Management of Schools: Some Emerging Generalizations.” <i>Journal of Educational Administration</i> 11 (1973): 161-170.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Rice, Alan William. “Individual and Work Variables Associated with Principal Job Satisfaction.” Ph.D. diss., University of Alberta, 1978.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Sashkin, Mashall, and W. Warner Burke. “Organizational Development in the 1980’s.” <i>Journal of Management</i> 13 (1987): 393-417. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Schmuck, Richard A. dan Matthew B. Miles, <i>Organization Development in Schools</i>, Palo Alto, CA: National Press Books, 1971</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Scott, W. Richard, “Effectiveness of Organizational Effectiveness Studies”, dalam <i>New Perspectives on Organizational Effectiveness</i>, Ed. Paul S. Goodman dan Johannes M. Pennings, 63-95, San Francisco: Jossey-Bass, 1977. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Seashore, Stanley E. dan David G.Bowers, “Durability of Organizational Change”, <i>American Psychologist</i>, 25 (1969): 227-233. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Smith, Patricia Cain, L.M. Kendall, and C.L. Hulin. <i>The Measurement of Satisfaction in Work and Retirement. </i>Chicago: Rand McNally, 1969.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Smith, Patria Cain, “The Development of a Method of Measuring Satisfaction: The Cornell Studies”, dalam <i>Studies in Personel and Industrial Psychology</i>, Ed. Edwin A. Fleishman, 343-350, Hoewood, IL: Dorsey,1967 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Soltis, Jonas S. “Reform or Reformation.” <i>Educational Administration Quarterly </i>24 (1988): 241-245.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Stedman, Lawrence C. “It’s Time to We Changed the Effective Schools Formula.” <i>Phi Delta Kappan</i> 69 (1987): 214-224.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Steers, Richard M. <i>Organizational Effectiveness: A Behavioral View. </i>Santa Monica, CA: Goodyear, 1977. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Steers, Richard M. “Problem in the Measurement of Organizational Effectiveness.” <i> Administrative Science Quarterly </i>20 (1975): 546-558.<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Stewart, James H., “Factors Accounting for Goal Effectiveness: Longitudinal Study”, dalam <i>Organizational Effectiveness: Thery, Research, Utilization</i>, Ed. S. Lee Spray, 109-121, Kent. OH: Ken State University Press, 1976; </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;">Van de Ven, Andrew H. dan Everett M. Rogers, “Innovations and Organization.” Communication Research 15 (1988): 632-651</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Vroom, Victor H., <i>Work and Motivation</i>, New York: Wiley, 1964. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Wimpelberg, Robert K. Charles Teddlie, dan Samuel Stringfield, Sensitivity to Contex: The Past and Future of Effective Schools Research,” <i>Educational Administration Quarterly</i> 25 (1989): 82-107 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Wisniewsk, Richard, dan Paul Kleine, “Teacher Moon Lighting: An Ustudied Phenomenon.” Phi Delta Kappan 65 (1984): 103-113 </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Yuchtman, Ephraim, dan E. Seashore, “A System Resource Approach to Organizational Effectiveness”, <i>American Sociological Review</i>, 32 (1967) </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">Zammuto, Raymond F<i>., Assessing Organizational Effectiveness</i>, Albany; State Universiity of New York Press, 1982.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"> </div><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"> </div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-14413065948168845532011-02-06T15:38:00.000+07:002011-02-06T15:38:22.913+07:00Hukum Menyentuh Kemaluan Pada Saat Punya Wudluk<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
Oleh: syarqowi Dhofir<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><span>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">APAKAH<span> </span>MENYENTUH KEMALUAN (DZAKAR)<span> </span>MEMBATALKAN WUDLUK ?</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 36pt;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 46.15pt;" valign="top" width="62"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Nomer</b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 152.35pt;" valign="top" width="203"><div style="text-align: center;"> </div><div class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Nama Madzhab/</b></div><div> </div><div class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Pendukung</b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.75pt;" valign="top" width="128"><div style="text-align: center;"> </div><div class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Hukum</b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.85pt;" valign="top" width="128"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Cara Menyentuh</b></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 46.15pt;" valign="top" width="62"> <div class="MsoBodyText">1</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 152.35pt;" valign="top" width="203"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -9pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Imam Syafi’ie dan pendukungnya</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -9pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Ahmad<span> </span>dan Daud</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.75pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Membatalkan wudluk</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.85pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Bagaimanapun bentuk menyentuhnya</div><a name='more'></a><br />
</td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 46.15pt;" valign="top" width="62"> <div class="MsoBodyText">2</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 152.35pt;" valign="top" width="203"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -7.85pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Imam Abu Hanifah<span> </span>dan pendukungnya</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.75pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Tidak Membatalkan </div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.85pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Bagaimanapun bentuk menyentuhnya</div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 46.15pt;" valign="top" width="62"> <div class="MsoBodyText">3</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 152.35pt;" valign="top" width="203"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -7.85pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Imam Malik dan pendukunya</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.75pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Bisa membatalkan dan bisa tidak </div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 95.85pt;" valign="top" width="128"> <div class="MsoBodyText">Tergantung pada cara menyentuhnya</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><span>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">CARA MENYENTUH KEMALUAN (DZAKAR) YANG BAGAIMANA YANG MEMBATALKAN DAN YANG TIDAK, SEBAGAIMANA PENDAPAT KETIGA ? </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 36pt;">Ada tiga pendapat tentang cara menyentuh<span> </span>(Lihat Tabel berikut !)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 36pt;"><br />
</div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 36pt;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 32.4pt;" valign="top" width="43"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Nomer</b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 144pt;" valign="top" width="192"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Sudut Pandang </b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Membatalkan </b></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 105.7pt;" valign="top" width="141"> <div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;"><b>Tidak Membatalkan </b></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 32.4pt;" valign="top" width="43"> <div class="MsoBodyText">1</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 144pt;" valign="top" width="192"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -9pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Menyentuh dengan sengaja atau tidak </span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: -1.15pt; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Menyentuh dengan sengaja </div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 105.7pt;" valign="top" width="141"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Menyentuh dengan tidak sengaja </div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 32.4pt;" valign="top" width="43"> <div class="MsoBodyText">2</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 144pt;" valign="top" width="192"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -7.85pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Merasa lezat atau tidak ketika menyentuhnya</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Merasa lezat </div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 105.7pt;" valign="top" width="141"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Tidak merasa lezat </div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 32.4pt;" valign="top" width="43"> <div class="MsoBodyText">3</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 144pt;" valign="top" width="192"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 7.85pt; text-align: left; text-indent: -7.85pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Menyentuh dengan telapak atau punggung tangan </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Menyentuh dengan telapak tangan<span> </span></div></td> <td style="padding: 0cm 5.4pt; width: 105.7pt;" valign="top" width="141"> <div align="left" class="MsoBodyText" style="text-align: left;">Menyentuh dengan punggung tangan </div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><span>C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">APA YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PERBEDAAN </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><span dir="LTR"> MADZHAB ATAU PENDAPAT ? </span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 27pt;">Yang menyebabkan terjadinya perbedaan madzhab atau pendapat adalah:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt; text-indent: 0cm;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Adanya dua hadits yang isinya bertentangan: yang satu mengandung pernyataan membatalkan wudluk dan yang lain tidak. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;">a. Hadits yang membatalkan:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;">Artinya: Jika salah seorang dari kamu menyentuh dzakarnya, hendaknya ia berwudluk<span> </span>(Hadits ini “masyhur” tersebut dalam buku “muwaththa’” karya Imam Malik)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;">b. Hadits yang tidak membatalkan</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;">Artinya: Telah datang seseorang, nampaknya ia adalah orang Baduy (penduduk pedalaman Arab)<span> </span>kepada Rasulullah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang menyentuh dzakarnya setelah ia berwudluk?. Rasulullah menjawab, “Itu ‘kan hanya omonganmu tentang dia”</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR">Karena perbedaan cara menafsir dua hadits yang bertentangan itu. Dalam hal ini ada<span> </span>tiga cara ulama menafsirkan dua hadits yang bertentangan:</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Thoriqatun Naskhi</i>: Cara menafsir dengan menganggap yang satu hadits menghapus keberlakuan hadits yang lain. Atau mengesahkan yang satu dan membatalkan keberlakuannya yang lain. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Thoriqatut<span> </span>Tarjih</i>: Cara menafsir dengan memilih salah satu hadist yang dianggap lebih kuat.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Thoriqatul<span> </span>Jam’i</i>: Cara menafsir dengan menyatukan isi kedua hadits tanpa mempertentangkannya. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 37.5pt; text-indent: -19.5pt;"><span>D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">BAGAIMANA PENDAPAT ULAMA YANG MENGGUNAKAN<span> </span>MADZHAB TAFSIR HADITS YANG BERBEDA MENGENAI HAL TERSEBUT ?</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Menurut ulama yang menggunakan Thoriqatun Naskhi</i>: Hadits yang tidak mewajibkan wudluk telah dinasakh oleh hadist yang mewajibkannya. Karena itu mereka berpendapat wajib berwudluk bila menyentuh kemaluan. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Menurut ulama yang menggunakan Thoriqatut<span> </span>Tarjih</i>: Hadits yang tidak mewajibkan wudluk lebih kuat dari hadits yang mewajibkan. Karena itu menyentuh kemaluan pada saat punya wudluk, tak mengharus mengambil wudluk kembali. </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><i>Menurut ulama yang menggunakan Thoriqatul<span> </span>Jam’i</i>: Dua hadist itu tidak bertentangan, yang satu melengkapi yang lain. Menyentuh kemaluan bisa membatalkan wudluk dan bisa juga tidak. Tergantung pada bagaimana keadaan menyentuhnya. Yang dimaksud dengan “tergantung pada keadaan” itu adalah:</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 99pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 135pt; text-indent: -72pt;"><span>1). Apakah menyentuhnya dengan sengaja atau tidak</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 135pt; text-indent: -72pt;"><span>2). Apakah menyentuhnya dengan telapak tangan atau punggung tangan?</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 135pt; text-indent: -72pt;"><span>3).</span> Apakah ketika menyentuh merasakan lezat atau tidak?</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 37.5pt; text-indent: -37.5pt;"><span>E.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">KESIMPULAN</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;">Apakah menyentuh kemaluan (dzakar) pada saat punya wudluk, membatalkannya atau tidak,<span> </span>bergantung pada:</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Keyakinan seseorang<span> </span>mengenai cara menafsir dua atau lebih hadits yang nampaknya bertentangan.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Madzhab yang dianutnya dan dianut masyarakat sekitarnya.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Kepribadiannya dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama, seperti tingkat ke-waro’-an (kehati-hatian), cara berpikir, dan lain-lain </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Lingkungan alam,<span> </span>apakah ia hidup di lingkungan yang banyak air atau tidak.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR">Lingkungan sosial dan budaya. Di lingkungan budaya yang menyentuh kemaluan dianggap sebagai hal biasa maka akan berkecendrungan untuk berpendapat “tidak membatalkan”. Sebaliknya, di lingkungan budaya yang menganggap menyentuh kemaluan sebagai sesuatu yang tabu dan memalukan maka akan cendrung berpendapat “membatalkan”.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt;">.<span> </span></div><div class="MsoBodyText"><span> </span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 72pt;"><span> </span></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-56966404296482256922011-02-06T15:29:00.002+07:002011-02-06T15:33:16.853+07:00MASALAH HIDUP<div style="color: black; text-align: left;"></div><div class="MsoTitle" dir="LTR" style="color: black; text-align: left;"><span style="font-size: 12pt;">Oleh: Syarqawi Dhofir</span></div><div class="MsoTitle" dir="LTR" style="color: black; text-align: left;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td height="9" width="0"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td></td> </tr>
</tbody></table><span style="font-size: 12pt;"> </span><i><span style="color: red;">Bahan pembinaan wawasan intelektual Yang Disampaikan Pada Pelatihan Pengkaderan HMI </span></i></div><div class="MsoSubtitle" dir="LTR" style="color: red; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoSubtitle" dir="LTR" style="color: black; text-align: left;">A. Problem Pokok Hakikat Hidup</div><div class="MsoSubtitle" dir="LTR" style="color: black; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1. Ada mahkluk hidup, lalu apakah barang hidup ini?</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2. Apakah yang membedakan barang hidup dengan barang mati?</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; text-indent: 0cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Apakah hidup, apa pula makna hidup dan apa pula hakikat hidup ? </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; text-indent: 0cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Apakah yang kita maksud dengan hidup?<a name='more'></a></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; text-indent: 0cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Pada objek apakah hidup dapat diterapkan? </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; text-indent: 0cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kalau hidup sebagai himpunan, lalu apa unsur-unsur dan ciri-cirinya? </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; text-indent: 0cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Bagaimanakah barang hidup itu cocok dengan gambaran kita?</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 18pt; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">B. Penyelesaian Masalah Menurut Mekanisme</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-right: 0cm; text-align: left; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1. Hidup itu adalah sesuatu yang mekanis.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2. Yang dimaksud “sesuatu yang mekanis” menunjuk pada tiga arti:</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">a. Sesuatu yang menunjuk pada teori mesin </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">b. Sesuatu yang menunjuk pada fisio-kimiawi</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;"><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">c. Sesuatu yang menunjuk pada proses kerja kausalistik</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3. Mekanisme yang paling banyak diterima adalah teori fisiko-kimiawi.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4. Teori fisiko-kimiawi memandang organisme hidup itu sebagai sistem kimiawi yang rumit yang bergerak menurut hukum-hukum yang amat rumit.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">5. Buktinya menurut <b>Sherrington</b>: sel-sel hidup itu pabrik protein. Pada proses hidup seperti kegiatan otot yang hanya dapat terjadi karena otot tersusun dari molekul-molekul protein sedemikian rupa sehingga dapat mengembang dan mengempes. Bila mengembang (tegang) maka manusia dapat menggerakkan sesuatu. Tapi siapa yang mengembang-kempiskan?</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">6. Otot dapat mengembang dan mengerut karena “disosiasi elektrolit” (penguraian elektrik) sehingga otot itu menampak sebagai “motor listrik” . Tapi molekul protein tidak dapat berkembang biak sendiri, lalu bagaimana mengarahkannya ke tujuan tertentu?.</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">7. Menurt Sherrington, ada protein yang dapat membaikkan jenisnya, seperti virus. Bahkan virus juga bisa berkembang. Tubuh seekor cacing dan wajah manusia adalah sama-sama merupakan proses kimiawi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun proses itu rumit. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">8. Proses kimiawi itu dapat menjelaskan hal-hal terkecil sekalipun tentang proses hidup. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">C. Penyelesaian Masalah Menurut Vitalisme</span></b><span style="font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Menurut <b>Driesch </b>Hidup itu adalah sesutua yang bersifat vitalis.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sesuatu yang bersifat vitalis adalah adalah “prinsip-prinsip hidup atau ciri-ciri khas hidup yang hanya dimiliki oleh yang-hidup dan tidak dapat dilekatkan pada yang-tidak-hidup.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Prinsip hidup atau ciri khas hidup (<b><i>entelekia</i></b>) itu adalah dasar bagi prinsip “hidup berfungsi” .</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Prinsip hidup berbeda tingkatannya dengan alam fisik.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Prinsip hidup tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip “fisika-kimia-mekanika”, tetapi berlainan hakikatnya. Lalu apa buktinya bahwa prinsip hidu itu ada?</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Buktinya adalah semua yang hidup selalu memiliki arah atau tujuan. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Arah atau tujuan itu tidak dapat dijelaskan dengan proses fisiko-kimiawi. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Lalu bagaimana dengan lahirnya sesutu yang cacat?</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Menurut Driesch, itu terjadi karena ada gangguan terhadap kegiatan entelekia. Menurt Sherrington, karena proses kimiawinya berjalan salah.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">10.</span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Bagi vitalisme hidup itu merupakan perkembangan yang teratur dan berhenti bila sampai pada tujuan atau arahnya. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">11.</span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Bagi vitalisme, reaksi fisiko-kimiawi memang dapat dijelaskan, tetapi tidak dapat menerangkan “keterahan”, “keteraturan” dan “keterkendalian”nya. Seperti mobil, seluruh geraknya dari roda hingga mesinnya dapat dijelaskan, namun sopir yang menjalankan, mengarahkan dan mengendalikan tidak bisa dijelaskan oleh paham mekanisme.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">12.</span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Henry Bergson (1859-1941), seorang vitalisme yang terkemuka, berpendapat bahwa hidup itu merupakan proses yang berarah tujuan , bergerak maju ke bentuk-bentuk hidup yang semakin tinggi hingga sangat muskil. Perkembangan itu karena adanya “hasrat hidup” (<b><i>elan vital</i></b>). Elan vital terus terus menerus mendorong organisme hidup terus bergerak menyerap hidup. Sehingga terbentuk bentuk-bentuk hidup yang baru . Lihat teori “evalusi”.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">D. Penyelesaian Masalah Menurut Paham Psikofisik</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Paham ini mengeritik Vitalisme: </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Proses hidup bertujuan itu ilusi. Ia tak lebih dari penjelasan tentang proses mekanisme secara fisiko-kimiawi.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -14.2pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Vitalisme menganut paham dualisme, di satu sisi mempercayai proses fisiko-kimiawi yang kongkrit namun tidak dapat dijelaskan secara mekanika, tapi di sisi lain menjelaskan tentang adanya prinsip hidup yang abstrak. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Paham Psikofisik sama seperti mekanisme dan vitalisme bahwa setiap organisme berwatak terahkan dan bertujuan. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perbedaannya dengan mekanisme dan vitalisme, arah tujuan itu bukan sebagai sesuatu yang berbeda dengan organisme, melainkan sebagai bagian, demikian <b>Ralph S. Lillie</b>.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Paham ini berkata, kualitas-kualitas hakiki yang melekat pada yang-bersifat-kejiawaan itu adalah pemberi arah atau tujuan (teleologis).</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Fisik sebagai sifat tetap, dan kejiwaan sebagai sifat hakiki.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sifat hakiki itu berfungsi pemberi arah atau arah itu sendiri. Namun yang-kejiwaan itu bersifat kealaman. Buktinya?</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Secara fisik, kegiatan hidup itu adalah “reaksi fisiko kimiawi” yang ada dalam diri organisme yang disebut dengan metabolisme.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Reaksi metabolisme ada dua: memecah dan membangun raga</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Untuk tetap ada hidup perlu adanya syarat-syarat hidup yang ada di luarnya. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Reorganisasi komponen menjadikan yang tak bernyawa menjadi bernyawa. Di sinilah muncul organisme hidup. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">11.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Yang-hidup itu berubah dan karena itu tidak pasti, sedangkan yang- tak-hidup tetap dan karena itu bersifat pasti. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">12.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Proses yang-hidup, merupakan proses membulatkan (bukan proses sepotong-sepotong) melalui proses organisasi penyaringan . </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">13.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Karena itu hidup merupakan proses sintetis yang membulatkan.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">E. Penyelesaian Masalah Menurut Teori Organisme Hidup (Holisme)</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 42.55pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kritik paham ini: paham psikofisik hanya menjelaskan perbedaan yang hidup dan yang mati, padahal hal tersebut sama dengan apa yang diakui oleh mekanisme atau vitalisme. Penjelasannya kabur, apakah hidup ini adalah proses kimiawi, atau entelekia atau sesuatu yang lain:</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 78pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Paham mekanisme mengabaikan apa yang dilebih-lebihkan oleh viatalisme</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 78pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Paham vitalisme mengabaikan apa yang dilebih-lebihkan oleh mekanisme</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 2cm; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 42.55pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Air terdiri dari oksigen dan hidrogen, keduanya adalah gas.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 42.55pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Ciri yang ada pada air bukanlah ciri yang ada pada masing-masing-masing gas dan sebaliknya.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 42.55pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Perpaduan antara dua gas itu menjadi kualitas-kualitas yang tak dimiliki oleh dua gas itu. Ini artinya keseluruhan yang baru memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan yang ciri komponen yang menyertainya. Namun kualitas-kualitas air sama coraknya dengan kualitas-kualitas gas.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Maka penelitian tentang sesuatu memerlukan penyelidikan tentang:</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Komponen-komponen yang menyertainya.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sistem organisasi komponen-komponen yang menyertainya.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Sesuatu itu sendiri (air).</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Dengan penyelidikan yang semacam itu maka akan didapati:</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Keberadaan “organisme hidup” , </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Kesimpulan bahwa “Substansi hidup itu tak ada, yang ada hanyalah organisme hidup”</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Buktinya:</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Rusaknya organisasi itu berarti rusaknya hidup, meskipun komponen-komponen masih tetap ada.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Ciri-ciri organisasi itu (organisme) menunjukkan ciri-ciri hidup bukan karena kekhususan komponen yang menyeratinya, melainkan karena sistem heterogenitas yang menghubungkan komponen-komponen dengan sendi-sendinya. Persendian ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang ada dalam sistem hidup tersebut. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Tokohnya: Bertalanffly. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Vitalisme berpendapat keseluruhan itu adalah organisme yang mengalami perkembangan, Entelekia mendorong ke arah organisme yang matang. Dan karena itu entelekia menjadi sebab dari segala sesuatu terjadi.</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">10.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Aristoteles menamakan sebab itu adalah “causa finalis” bukan entelekia. </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">11.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;"> Bagi Bertalanffly , keseluruhan yang menentukan kejadian-kejadian itu adalah keadaan organisme pada suatu keadaan keseluruhan</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 49.65pt; text-align: left; text-indent: -1cm; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><b><span style="font-size: 12pt;">Kesimpulan:</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Masing-masing faham memiliki sudut pandang sendiri-sendiri (objek forma) dalam melihat peristiwa hidup, yaitu: </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 2cm; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Adanya suatu prinsip yang bekerja yang ada di luarnya yang disebut entelekia (Vitalisme)</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 2cm; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Adanya proses kimiawi tanpa arah dari luar khususnya bila makhluk hidup cacat (Mekanisme)</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 2cm; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Akibat keadaan organisme yang bersangkutan (Psikofisik)</span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 2cm; text-align: left; text-indent: -21.25pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: 12pt;">Faktor pengaruh yang ada di luarnya yang berfungsi mengarahkan yang disebut telelogis sebagai hal yang bersifat kejiwaan (psikofisik) </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="color: black; direction: ltr; margin-left: 35.45pt; text-align: left; text-indent: -14.15pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">2. Semua jawaban itu masih<i> debatable</i>, tidak bisa dipilih salah satunya. </span></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-6309675809976028112011-02-05T16:26:00.001+07:002011-02-05T16:26:30.010+07:00MENGAKUI KESALAHANOleh: Syarqawi Dhofir<br />
<br />
Di negara-negara yang menggunakan hukum positif, advokasi (pembelaan) tumbuh pesat dalam bentuk lembaga. Pada mulanya, advokasi ditujukan untuk memberi perlindungan atas tindakan kejahatan yang berkdok hukum. Namun pada perkembangan berikutnya justeru menjadi lembaga pembebasan kesalahan dengan target minimal mengurangi beban hukuman. Dan kararena itu perkembangan advokasi berkembang mendua. Sebagian ke arah pembelaan yang sebenarnya, dan sebagian (dan ini yang lebih sering) ke arah menyuburkan budaya tak mengakui kesalahan. Situasi ini berbanding balik dengan hukum agama. Agama menyuburkan budaya mengakui kesalahan dengan memberi jaminan ampunan yang lebih besar. Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman, “Wahai hamba-hambaku, setiap malam dan siang kalian sebenarnya melakukan kesalahan, dan Akulah yang mengampuni semua kesalahan itu. Karena itu mintalah ampunan kepada-Ku pasti Aku ampuni.” Banyak ayat Quran dan hadis yang menganjurkan kita untuk selalu rajin mengakui kesalahan, kealpaan dan kekhilafan.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam bahasa agama mengakui kesalahan disebut taubat. Dunia tasawuf (dunia yang paling intens memberikan upaya-upaya agar manusia bisa menghampiri Allah dengan penuh kemisraan) menganggap taubat sebagai prinsip agama terpenting, jalan pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dan sumber utama semua maqam kewalian. Menurut hukum agama bertaubat artinya meninggalkan hal yang melanggar hukum untuk menuju kepada hal yang terpuji. Nabi Muhammad sendiri walaupun dikenal sebagai rasul yang mendapat jaminan bebas dari kekeliruan dan kesalahan (makshum) masih rajin memberikan pengakuan kesalahannya di hadapan Allah. Dalam pengakuan beliau disebutkan, “Saya mengakui kesalahan saya kepada Allah 100 kali setiap hari.” Selanjutnya beliau menegaskan, “Pintu pengakuan kesalahan tak pernah akan tertutup hingga matahari terbit dari barat.” Untuk memperoleh ampunan pintu pengakuan kesalahan terus dibuka oleh Allah untuk kita, “Siapa yang mengakui kesalahan sebelum sakaratul maut Allah akan menerima pengakuan itu” <br />
<br />
Orang yang mengaku salah (bertaubat), kata Rasululah seperti orang yang tak punya dosa. Dan Allah menjadikan malaikat pencatat amal perbuatan manusia lupa pada dosa-dosa orang itu. Allah juga melupakan semua anggota badannnya untuk menjadi saksi perbuatan salahnya dan kelak akan menemui Allah tanpa ada satu saksi pun yang bisa memberi kesaksian atas kesalahannya. Sudah tentu pengakuan kesalahan harus disertai jaminan tidak mengulangi lagi perbuatan salah yang sama, bila tidak Rasulullah menamakan orang itu dengan “mustahzi’ ”, orang yang mempermainkan Allah, naudzu billah.<br />
<br />
Selain jaminan tidak mengulangi, ada syarat lain yang harus dipenuhi agar pengakuan salah diterima Allah, yaitu penyesalan. Penyesalan dilakukan dengan dua cara: pertama merasa sedih atas perbuatan salah yang telah dilakukan. Kedua, bila kesalahan itu berhubungan dengan hak orang lain seperti merampas harta baik dengan cara korupsi, pencurian, penipuan dan lain-lain hendaknya hendaknya dilakukan dengan cara: 1. Memohon maaf lalu menggantinya bila mampu, 2. Meminta maaf lalu berjanji menggantinya bila punya pekerjaan yang diperkirakan mampu untuk menggantinya di masa yang akan datang, 3. Memintak maaf atas kejahatannya bila tak mampu dan siap menjalankan tugas apapun sebagai gantinya. 4. Menjelaskan kesalahannya bila yang dilalimi tidak mengetahuinya, tetapi bila dikhawatirkan orang itu bertambah marah bila tahu maka hendaknya ia memohon kepada Allah agar Allah merelakan dan mengampuninya. Demikian petunjuk Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim. <br />
<br />
Korupsi dan kejahatan lain sulit dikurangi -apalagi dihabiskan- hanya dengan cara penegakan hukum, tetapi lebih dari itu perlu juga disertai dengan pendidikan taubat, sebuah pendidikan nurani yang rajin mengakui kesalahannya di depan Allah maupun di depan manusia. Lalu……terserah anda !<br />
<br />
Syarqawi Dhofir<br />
Pondok Pesantren AL-AMIEN Prenduan<br />
Sumenep Madura Kode Pos 69465 Telp. 0817302415Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-85400781582970707942011-02-05T16:12:00.000+07:002011-02-05T16:12:29.618+07:00Wara'Bersikap penuh hati-hati, dan menjauhi sifat meremehkan dalam setiap tindakan disebut “warak”. Dengan singkat Imam Qusyairi mendefinisikan warak dengan “meninggalkan hal-hal yang masih syubhat”, apalagi yang jelas haramnya. Dalam budaya kiai, warak adalah sifat yang paling menonjol yang harus dimilikinya. Apalagi kiai yang sedang memegang jabatan-jabatan legislatif maupun eksekutif dan yudikatif. Kakak sepupu saya yang dikenal sebagai kiai dan sekarang menjabat ketua DPRD suatu hari datang bersilaturrahim pada pamannya dengan mengendarai mobil dinas DPRD. Begitu duduk sang paman langsung menyapanya dengan sebuah pertanyaan, “Sejak kapan kamu membuang sifat warakmu? ldimana kamu taruk kekiaianmu? apakah memang halal mobil dinas dipakai untuk keperluan pribadi ?” Sejak itu kakak saya tak suka lagi menggunakannya kecuali untuk keperluan dinas.<a name='more'></a><br />
<br />
Menurut Imam Ghazali sifat warak itu bertingkat empat. Tingkatan paling rendah adalah meninggalkan barang, niat dan tindakan yang jelas haram. Warak semacam ini dimiliki oleh “ahlul ‘adli” (orang adil). Tingkatan kedua, meninggalkan barang yang belum jelas halal dan haramnya alias syubhat. Warak semacam ini dimiliki oleh orang-orang shaleh. Tingkatan ketiga, meninggalkan sesuatu yang boleh hanya karena takut ada sesuatu yang tak boleh pada sesuatu yang boleh itu. Warak semacam ini dimiliki oleh orang-orang yang taqwa. Tentang tingkatan yang ketiga ini Umar bin khathab berkata, “Kami meninggalkan 90 % dari barang-barang halal hanya karena kami takut terjebak ke dalam sesuatu yang haram”. Berarti hanya 10 % dari barang halal yang diambilnya. Dan tingkatan tertinggi adalah meninggalkan semua yang bebas dari kealpaan. Tingkatan terakhir dan paling tinggi ini dimiliki oleh “ashiddiqien”, yaitu orang-orang yang membenarkan agama tanpa reserve, seperti ke-Islaman Abu Bakar Ashidieq yang selalu berkata, “Oh kalau itu dari Rasulullah, sudah pasti benar”. <br />
<br />
Sekedar ilustrasi, barangkali bisa menyentuh nurani kita untuk segera berlatih memiliki sifat warak, ada sebuah kisah sejarah yang sangat menarik. Suatu hari saudara perempuan Basyar al-Khafie berkunjung ke Imam Ahmad, seorang Imam madzhab yang madzhabnya tidak saja diakui oleh NU dalam AD/ARTnya, tetapi diakui pula oleh sebagian kaum muslimin lainnya di dunia. Ia bertanya, “Kami sedang menenun di halaman. Tiba-tiba obor-obor Ath-Thahiriyah lewat di depan halaman kami. Sinar obor itu sampai di halaman kami. Apakah boleh kami tetap menenun di bawah sinar obor itu ?” Imam Ahmad menjawab, “ Siapa kamu ? Semuga Allah mengampunimu.” Ia menjawab, “Saya saudara perempuan Basyar al-Khafie.” Imam Ahmad lalu menangis tersedu-sedu dan berkata, “ Kalau di antara kamu masih memiliki sifat warak yang benar, maka tak akan menenun di bawah sinar obor-obor itu.”<br />
<br />
Tentang keutamaan warak, Allah berfirman kepada Nabi Musa as., “Orang-orang yang selalu berusaha untuk mendekati-Ku tak akan pernah bisa mendekati-Ku sebaik yang dilakukan oleh orang warak dan zuhud.”Abu Hurairah, perawi hadits yang sangat populer dan alim berkata, “ Besok di akhirat tamu-tamu Allah adalah orang-orang warak dan zuhud.” Seorang putra dari Ali bin Abu Thalib sedang bernasehat di depan Ka’bah. Hasan Al-Bashrie menanyainya, “Apa dasar agama?”Ia menjawab,”Warak.” Lalu bertanya lagi,”Apa bencana agama ?”Ia menjawab, “Tamak.” Hasan al-Bashri sebagai seorang yang dikenal sebagai tokoh Ahlus Sunnah wal Jamaah, kaget mendengar jawaban itu dan berkata, “Seberat satu biji atom dari warak yang benar lebih baik dari seribu puasa dan shalat” <br />
<br />
Warak memang bukan monopoli kiai, tetapi sangat riskan sekali bila tak dimiliki oleh kiai. Lebih riskan bila tak dimiliki oleh kaiai yang menjabat jabatan-jabatan politik.. Dan lebih sangat riskan lagi bila sifat itu tak mewarnai keputusan-keputusan politik mereka. Sekedar sebagai renungan, sebaiknya kita melakukan instrospeksi, “Kita sendiri sekarang berada di tingkat warak yang ke berapa ? Dan bagaimana dengan pemimpin-pemimpin kita sendiri? Lalu apa yang harus kita lakukan bila ternyata berada di tingkat nol alias jauh dari warak ?”<br />
<br />
*Pondok Pesantren AL-AMIEN Prenduan Sumenep Madura <br />
Kode Pos: 69465 Telp. (0328) 821286Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-35955079254501106782001-02-05T19:30:00.000+07:002011-02-05T19:31:15.751+07:00DAFTAR RIWAYAT HIDUP SINGKAT<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
</style> <![endif]--><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>IDENTITAS</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;">1. Nama <span> </span>: Drs. Syarqawi Dhofir M.Pd.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;">2. Tempat/Tgl Lahir<span> </span>: Sumenep, 20 Desember 1959</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;">3. Nama Orang Tua<span> </span>: Alm. Muhammad Dhofir</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;">4. Alamat<span> </span>: Pondok Pesantren Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;"><span> </span><span> </span>Prenduan Sumenep Madura</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;"><span> </span><span> </span>Kode Pos 69465</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;">5. No. Telpon<span> </span>: 0817302415</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>PENDIDIKAN </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Madrasah Ibtidaiyyah Al-Wasliyah 6 Tahun (berijazah)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span> SMP Islam satu bulan (tak berijazah)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span> PGAN<span> </span>delapan bulan (tak berijazah)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> Tarbiyatul Muallimien Al-Islamiyah Al-Amien 6 Tahun (berijazah)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span> Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel<span> </span>(Sarjana Muda Pendidikan Agama)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>6.</span><span dir="LTR"></span>Fakultas Filsafat UGM<span> </span>Yogyakarta (Sarjana Muda Filsafat)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>7.</span><span dir="LTR"></span>Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta (Sarjana Filsafat)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>8.</span><span dir="LTR"></span>Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (S-2)</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">B. PENGALAMAN ORGANISASI</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Kepala Sekolah Marhalah Aliyah TMI (1988-1990)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Wakil Kepala SMP Tahfidz (1990-1994)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Kepala Sekolah SMA Tahfidz (1994-1997)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Pembantu Rektor I<span> </span>Studi Dirosat Islamiyah Al-Amien (1997-2007)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Anggota Dewan Pendidikan Sumenep (2002- Sekarang)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Yayasan Ponpes Al-Amien </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 33pt; text-indent: -18pt;"><span>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Konsultan Pusat Studi Dirosat Islamiyah Al-Amien (PUSDILAM)<span> </span>(2002-2005)</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span>C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>PENGALAMAN IKUT SERTA MENDIRIKAN SEKOLAH</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Madrasah Tsanawiyah Al-Amien Prenduan (1980)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span> Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Amien (1983)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span> SMP Tahfidz Al-Amien (1990)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> SMA Tahfidz (1993)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span> Pasca Sarjana (S-2) Program Studi Pendidikan Islam IDIA (2007) </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>PENGALAMAN MENGAJAR</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> M. Ts Islamiyah<span> </span>Prenduan <span> </span>Pragaan Sumenep</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span>. M. Ts. Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span> M.A. Al-amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> T.M.I. Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span> Madrasah Diniyah Pekamban</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>6.</span><span dir="LTR"></span> SMP Tahfidz <span> </span>Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>7.</span><span dir="LTR"></span> SMA Tahfidz. Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>8.</span><span dir="LTR"></span> M.A. Nurur Rahmah Pragaan Daya</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>9.</span><span dir="LTR"></span> Dosen Universitas Madura</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span> </span>Dosen Universitas Trunojoyo Bangkalan</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span> </span>Dosen Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>E.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>KEGIATAN SOSIAL </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Bertabligh / Berdakwah</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span>. Berkhotbah Jum’at dan Ied</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Mengisi Pengajian / Majlis Ta’liem</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Nara Sumber pada Kegiatan Diskusi, Seminar, Training dan Workshop</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Mengisi Pengajian Kitab Kuning<span> </span>di Masjid Syuhada Yogyakarta dan masjid- masjid<span> </span>di Madura</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"> <span>F.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>MENGARANG BUKU </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Konsep Ontologi Ibnu Rusyd (CV. Karunia Surabaya)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span> Pengantar Sosiologi ( Percetakan dan Penerbit Imam Bela)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span> Pengantar Metodologi Riset dengan Spektrum Islami<span> </span>( Percetakan dan Penerbit Imam Bela)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> Pengantar Logika dengan Spektrum Islami ( Percetakan dan Penerbit Imam Bela)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span>.Petunjuk Ringkas Menulis Karya Ilmiyah (IDIA)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>6.</span><span dir="LTR"></span> Pengantar Antropologi ( Percetakan dan Penerbit Imam Bela)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>7.</span><span dir="LTR"></span> IPS Sejarah untuk SMP tiga jilid ( Percetakan dan Penerbit Imam Bela) </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>8.</span><span dir="LTR"></span> IPS Geografi untuk SMP dua Jilid</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>9.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Pengantar Fisika satu jilid</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Pelajaran Tarjamah (dalam Bahasa Arab) Empat Jilid.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Kembali ke Fitrah Manusia</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>12.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Tiga Tahapan Kesadaran Nabi Ibrahim (Empirik, Rasional dan Spiritual)</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>G.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>MENULIS DI KORAN/MAJALAH </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Al-Muslimun Bangil</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Kiblat Jakarta</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Suara Masjid</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Himmah UII Yogyakarta</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Tebuireng</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>6.</span><span dir="LTR"></span> Harian Minggu Pagi Yogyakarta</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>7.</span><span dir="LTR"></span> Majalah Panji Masyarakat Jakarta</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>8.</span><span dir="LTR"></span> Kolom Hikmah Harian REPUBLIKA Jakarta</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>9.</span><span dir="LTR"></span> Jurnal Ilmiyah Reflektika </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>H.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>MENERJEMAH BUKU DARI BAHASA INGGRIS </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>1.</span><span dir="LTR"></span> Dasar Historis dan Teoritik Manajemen Pendidikan</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>2.</span><span dir="LTR"></span>. Sekolah sebagai Sistem Sosial</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>3.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Kekuasaan dan Otoritas </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>4.</span><span dir="LTR"></span> Struktur Organisasi Sekolah</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>5.</span><span dir="LTR"></span><span> </span>Motivasi Kerja di Sekolah </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"><span>6.</span><span dir="LTR"></span> Keefektifan Sekolah </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span>I.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>MENERJEMAH BUKU DARI BAHASA ARAB </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Konsepsi Ontologi Islam (Hanindita Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Bukti-bukti Adanya Allah di Abad Ilmu (Ananda Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Khazanah Inteletual Shufi<span> </span>empat jilid (Salahuddien Press Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Pola Pikir Cendikiawan Muslim (Integritas, Jakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Problema Ideologi (Salahuddin Press Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Problema Masa Kini (Salahuddin Press Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Serial Cerita Anak 22 judul (Karunia Surabaya)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Serial Certa Anak Remaja<span> </span>5 judul (Salahudin Press Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-indent: -54pt;"><span>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Jihad di Jalan Allah (Salahudin Press Yogyakarta)</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span>J.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>PENGALAMAN MENGELOLA PENDIDIKAN PESANTREN (DIASRAMAKAN)</div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -27pt;"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Pembantu Pengasuh di M.Ts. Putri Al-Amien (3 tahun)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -27pt;"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Wakil Pengasuh SMP Tahfidzil Quran Al-Amien (3 tahun)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -27pt;"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Kepala Sekolah SMA Tahfidzil Quran Al-Amien (2 tahun)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -27pt;"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Direktur Pesantren Tinggi Al-Amien (2 tahun)</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; text-indent: -27pt;"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span>Rektor I bidang Akademik<span> </span>IDIA (khusus untuk program “Nyantri sambil Kuliah” (sejak berdirinya 1998 hingga 2007)</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-73693193208819795312001-02-05T19:18:00.001+07:002011-02-05T20:17:34.579+07:00POLITIK BHINDARA<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;"><i></i></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Netralitas politik <b><i>Bhindara</i></b> tidak identik dengan sikap tak peduli dengan urusan politik. Passif pun tidak. Yakin pada kebijakan politik sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan bangsanya, <b><i>Bhindara </i></b>selalu aktif mengikuti perkembangan politik di negerinya. Bahkan bukan cukup “mengikuti”, tapi ikut serta pula mempengaruhi kebijakan itu dan memberi sumbangan pemikiran baik dalam bentuk konsep yang utuh, lobi maupun sekedar usul konstruktif. Lewat mana? Bukankah <b><i>Bhindara </i></b>tak punya kendaraan politik? </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Siapa bilang <b><i>Bhindara </i></b>tak punya kendaraan. Kalau satu tidak punya, kalau banyak kendaraan punya. Tokoh-tokoh parpol pusat hingga daerah selalu datang bershilaturrahim ke gubuk <b><i>Bhindara</i></b>. Santrinya yang sudah puluhan ribu menyebar di Republik ini<span> </span>banyak juga yang menjabat jabatan-jabatan penting di pemerintahan, pers, akademik dan dunia politik. Belum lagi teman <b><i>Bhindara</i></b> yang tak terhitung jumlahnya. Semua itu nilainya bagi <b><i>Bhindara </i></b>lebih dari sekedar satu kendaraan politik<span> </span>Kesempatannya pun tidak sekedar<span> </span>pada rapat-resmi. <a name='more'></a></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-size: 12pt;">Bhindara </span></i></b><span style="font-size: 12pt;">bukan hanya punya banyak kendaraan, tapi juga punya banyak jalur jalan untuk menyampaikan aspirasi dan pikirannya. Dari shilaturrahim, lobi, pertemuan informal, pertemua<span> </span>formal hingga<span> </span>institusi-institusi kekuasaan yang resmi. Sakin besarnya potensi itu, ada juga yang menyarankan untuk mendirikan partai politik sendiri. Namun, “Terima kasih atas sarannya”, jawab<span> </span><b><i>Bhindara </i></b><span> </span>untuk menolak dengan sopan. Mengapa menolak? </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Aku ini berjuang di dunia pendidikan dan dakwah. Dunia ini memiliki kepentingan seumur hidup manusia. Tidak musiman. Dan karena itu tidak bisa diintervensi dengan kepentingan-kepentingan sesaat yang bersifat temporal. Lagi pula dua dunia itu bergerak mencari teman, mendamaikan yang bersenketa, bukan mencari musuh. Sekali masuk dalam kotak politik tertentu, berarti harus siap bersaing dengan kotak-kotak yang lain. Pendidikan dan dakwah itu dunia pembebasan dari kebodohan, kemunafikan, kemiskinan, kemungkaran, ekstremitas dan kekufuran. Sekali <b><i>Bhindara </i></b>masuk dalam satu kotak partai politik<b><i> </i></b>itu artinya<span> </span>sama dengan masuk ke dalam dunia pembelengguan, atau paling tidak masuk pada ikatan tali kepentiongan sesaat, kepentinan golongan tertentu, dan kepentingan-kepentingan lain yang bersifat terbatas ”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Tetapi mengapa masih aktif juga di dunia politik, bukankah dengan begitu <b><i>Bhindara </i></b>juga tidak bebas dari kepentingan?</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">“Ya benar?”, jawab <b><i>Bhindara </i></b>dengan kalem sambil berenung.<b><i> “</i></b>Kami memang tidak bebas dari kepentingan, namun kepentingan kami berbeda dengan kepentingan partai. Kepentingan kami satu-satunya adalah menyebar <i>rahmah lil ‘alamien. </i>Dalam sepanjang sejarah kemanusiaan, tidak ada yang bisa melakukan demikian tanpa ajaran dari Islam. Keyakinan <b><i>Bhindara, </i></b>pluralitas<b><i> </i></b>agama, sifat egaliter, toleransi, demokrasi dan etika<span> </span>politik lainnya yang tertuang dalam sistem nation state semuanya akan bisa mencapai tujuan mulyanya hanya kalau ada dalam bingkai ajaran Islam. Sudah berapa banyak pikiran-pikiran spekulatif dari yang berwujud idea, konsep, teori hingga isme tertentu dicobakan, ternyata<span> </span>di awal-awalnya melahirkan <i>chaos</i>, di tengah-tengahnya melajukan <i>dehumanisasi</i> dan di ujung-ujungnya menimbulkan penyesalan.”</span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Atas dasar itu maka dalam pemilihan 2004 ini <b><i>Bhindara </i></b>nyumbang pikir untuk pembaca<b><i> Warkat, </i></b>dalam pemilihan calon anggota legislatif, silahkan masing-masing kita mengikuti suara partai yang diyakininya, tetapi dalam pemilihan presiden,<span> </span>baik pada tahap pertama, atau pun bila terjadi tahap kedua, hendaknya memilih berdasarkan perhitungan kepentingan “Islam”.<span> </span>Kepada teman-teman sebangsa yang berlainan agama, <b><i>Bhindara </i></b>sarankan, saudara tidak perlu ragu, yakinlah di bawah payung ajaran dan etika politik Islam, saudara lebih baik, dibanding berada di bawah payung konsep-konsep, idea-idea, teori-teori dan isme-isme lainnya. Islam di Indonesia belum menjadi “payung” baru mayoritas, anda yang minoritas sudah menikmati syurganya Republik. Lihat dan perhatikan nasib minoritas di kebanyakan negara! Masih tidak yakin? Silahkan pelajari Islam! </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Sejak menjelang kemerdekaan Republik, telah muncul perbedaan tentang bagaimana Islam diperjuangkan. Perbedaan itu melahirkan dua kelompok: formalis dan esensialis.<span> </span>Yang pertama berjuang dengan menggunakan simbol-simbol ke-Islam-an, seperti partai Islam, negara Islam, hukum Islam dan lainnya yang serba Islam. Sedangkan yang kedua tidak menggunakan simbol-simbol Islam, tetapi bermuatan etika politik Islam. Ketika Hatta, wakil presiden pertama ditanya oleh sekelompok insinyur muda yang muslim mengapa beliau tidak berjuang untuk Islam, beliau menjawab, “Sama dengan air minum di depan kita ini. Bila diberi sedikit gincu, warnanya akan berubah merah, tetapi rasanya tetap. Tetapi bila ditambah sedikit garam, warnanya tidak berubah, tetapi rasanya langsung berubah. Saya suka garam itu, dan teman-teman ada yang lebih suka gincu”. </span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 12pt;">Nampaknya, perbedaan antara esensialis dan formalis itu hingga kini tetap mewarnai perpolitikan ummat Islam di Indonesia. Ada sekelompok partai dengan tegas menjadikan Islam sebagai dasarnya seperti PBB dan PKS, dan ada pula sekelompok partai yang didirikan oleh tokoh muslim tidak mau menggunakan dasar Islam, seperti PAN dan PKB. Lalu bagaimana dengan<span> </span><b><i>Bhindara</i></b>?<span> </span>Bagi tradisi hidup <b><i>Bhindara </i></b>Islam itu harus <b><i>diyakini </i></b>di dalam hati, <b><i>dinyatakan </i></b>dengan lisan, <b><i>diamalkan </i></b>dengan perilaku dan <b><i>dipersaksikan </i></b>di hadapan publik. Maka tak ada kamus perbedaan antara fromalis dan esensialis dalam diri Bhindara, keduanya satu hal, yaitu ibadah kepada Allah. Bagi <b><i>Bhindara</i></b>, politik itu bagian dari ibadah yang juga dipersembahkan hanya semata demi, oleh dan untuk Allah. Bentuk (<b><i>form</i></b>)<span> </span>dan isinya (<b><i>essence</i></b>) harus sama, serasi, harmoni, dan saling terkait secara esensial maupun fungsional.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-87666807333898255612001-02-05T19:15:00.000+07:002011-02-05T19:17:09.870+07:00Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-33364934602601221482001-02-05T19:14:00.003+07:002011-02-05T20:38:19.212+07:00Guru Dalam Pendidikan<center><blockquote>DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT “PROFESIONALISME TINGKAT REGIONAL “Mempertegas Eksistensi Guru dalam Upaya Meningkatkan KualitasPendidikan”<br />
Oleh Forum Peduli Masyarakat <br />
DI GEDUNG GNI SUMENEP, MINGGU TGL: 31 AGUSTUS 2008<br />
</blockquote></center><br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 20.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="EN-GB"> LATAR BELAKANG PEMIKIRAN</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">1<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Keterlibatan swasta maupun negeri dalam pendirian institusi pendidikan tidak disertai dengan kemampuan rekruitmen guru yang memenuhi kualifikasi pada skala yang paling minim sekalipun.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">2<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Ada</span><span lang="EN-GB"> asumsi bahwa siapapun bisa menjadi guru, yang penting bisa menguasai pelajaran dan bisa menyampaikannya kepada peserta didik. Asumsi ini seakan membenarkan bahwa tugas guru hanya mentransformasikan informasi dan pengetahuan dari buku ke otak peserta didik.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">3<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Guru belum dianggap sebagai profesi terhormat yang menjadi cita-cita yang diidamkan oleh banyak orang. Profesi ini baru dianggap sebagai pelarian bukan sebagai pilihan idealisme. <a name='more'></a></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">4<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Guru dengan gaji yang rendah dan penghargaan yang juga rendah tak mampu membiayai hidupnya apalagi mengongkosi peningkatan profesinya sebagai guru dan pendidik. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">5<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Rutinitas pekerjaan keguruan mengakibatkan guru kehilangan kreativitas dan semangatnya untuk mengembangkan diri dan kemampuannya. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">6<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Menanggulangi masalah tersebut pemerintah mengikutsertakan para guru dalam uji kompetensi, lewat program sertifikasi agar mereka yang memiliki <span class="grame">kualifikasi akademik (berijazah S-1 atau memiliki Akta IV ke atas) memperoleh sertifikat sebagai guru profesional.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 56.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">7<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="LTR"></span><span class="grame"><span lang="EN-GB">Selain itu pemerintah melibatkan peran serta masyarakat lewat pengembangan kimite sekolah di tingkat sekolah dan kelompok sekolah, dan dewan pendidikan di tingkat kabupaten. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 38.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><span class="grame"><b><span lang="EN-GB">II. SERTIFIKASI GURU</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 20.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Dasar Sertifikasi Guru</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab XVI Pasal 61 ayat (3) sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi <span class="grame">yang</span> diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Sebagai penghargaan, pemerintah <span class="grame">akan</span> memberikan tunjangan profesi setara gaji pokok (Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen). Dengan demikian, uji kompetensi ini memiliki peran yang sangat penting karena <span class="grame">akan</span> menjadi pintu masuk yang menentukan seseorang guru itu profesional atau tidak dengan segala implikasinya. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Draff Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 20.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Tujuan, Manfaat dan Peran Sertifikasi Guru</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span lang="EN-GB">1.</span></b><span dir="LTR"></span><i><span lang="EN-GB">Tujuan</span></i><span lang="EN-GB"> sertifikasi (Samani, 2006:10) adalah:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Untuk menentukan tingkat kelayakan seseorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi <span class="grame">persyaratan dan</span> lulus uji sertifikasi. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><b><span lang="EN-GB">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><b><i><span lang="EN-GB">Manfaat</span></i></b><span lang="EN-GB"> (Fajar, 2006: 3-4) sertifikasi guru:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span>Sebagai <span lang="EN-GB">wahana penjaminan mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span>M<span lang="EN-GB">enjaga lembaga penyelenggaran pendidikan dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span>M<span lang="EN-GB">emperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><b><i><span lang="EN-GB">Peranan sertifikasi</span></i></b><span lang="EN-GB"> guru/dosen (fajar: 2006:8-10) : </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">g.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">h.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">i.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan;</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">j.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">k.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">C.<i>Harapan Cerah Bagi Guru Pasca Sertifikasi</i> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Penghargaan dan Perlindungan Guru<b> </b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 30pt;"><span lang="EN-GB">Tentang Penghargaan dan Perlindungan Guru, draf RPP: menyebutkan bahwa guru: </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Memiliki hak yang sama untuk mendapatkan penghargaan,</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span class="grame"><span lang="EN-GB">Berhak mendapatkan penghargaan adalah guru berprestasi, prestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan atau bertugas di daerah khusus.</span></span><span lang="EN-GB"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Yang gugur dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus memiliki hak yang <span class="grame">sama</span> untuk mendapatkan pengargaaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Berhak atas perlindungan hukum yang meliputi: tindak kekerasan, ancaman, perlakukan diskriminatif, intimidasi, perlakuan tidak adil dari serdik-ortu serdik-masyarakat-birokrasi-atau pihak lain. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Berhak atas perlindungan profesi yang meliputi: pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang menghambat pelaksanaan tugas. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Tentang Cuti dan Tunjangan Fungsional </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Setiap guru berhak untuk memperoleh cuti; waktu 12 hari kerja (selama tidak mengganggu proses pembelajaran secara keseluruhan); cuti studi.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span>G<span lang="EN-GB">uru yang diangkat pemerintah dan pemda diberi sebesar 50% dari gaji pokok; dan guru yang diangkat masyarakat (satuan pendidikan)diberi sebesar 25%. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Tunjangan khusus diberikan kepada guru yang bertugas di daerah khusus dan berhak atas rumah <span class="grame">dinas</span> yang disediakan pemda selama bertugas. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Maslahat tambahan antara lain berupa: suransi pendidikan; <span class="grame">bea</span> siswa; penghargaan; kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra-putrinya; pelayanan kesehatan-asuransi kesehatan; dan bentuk kesejahteraan lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 53.85pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-GB">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Mengenai Pengangkatan, Pembinaan, dan Pengembangan Guru</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-GB">Darft RPP tentang pengangkatan, pembinaan, dan pengembangan guru antara lain menyebutkan: pembinaan dan pengembangan profesi dan karier; pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional; melalui pelatihan, pendidikan lanjutan, program magang, penugasan dalam jabatan, rotasi kerja, penelitian, kelompok belajar, belajar berprogram, belajar mandiri, dan metode lain yang sesuai.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-GB">Pengangkatan dilakukan oleh pemerintah atau pemda berdasarkan peraturan perundang-undangan, kebutuhan baik nasional maupun daerah; dilakukan secara demokratis, transparan dan akuntabel; guru yang diangkat pemerintah atau pemda dapat ditempatkan pada jabatan struktural berdasarkan prestasi kerja, kebutuhan, keahlian dan formasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Pemindahan antara lain guru yang diangkat pemerintah atau pemda dapat dilakukan atau provinsi/kabupaten/kota/kecamatan/satuan pendidikan; berdasarkan kebutuhan baik nasional maupun daerah; guru yang diangkat masyarakat (satuan pendidikan) berdasarkan kesepakatan kerja.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">D. Tuntutan Terhadap Guru Pasca Sertifikasi</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">1. Kompetensi Pedagogik</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Ada</span></span><span class="grame"><span lang="EN-GB"> tuntutan terhadap guru pasca sertifikasi. Mereka dituntut memiliki </span></span><span lang="EN-GB">kompetensi pedagogic yang meliputi: antara <span class="grame">lain</span> memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: -15.15pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 38.85pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">2. Kompetensi Kepribadian </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 33.15pt;"><span lang="EN-GB">Mereka juga dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian: yang meliputi: (1) tindakan yang sesuai dengan norma hukum, norma sosial, bangga sebagai pendidik, (2) Penampilan yang mandiri dan dewasa dalam bertindak sejalan dengan etos kerja seorang pendidik. (3) Penampilan tindakan yang arif didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat (4) Terbuka dalam berpikir dan bertindak; (5) Berwibawa, (6) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat 7) Berakhlak mulya </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">3. Kompetensi</span></span><span lang="EN-GB"> Sosial </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 33pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Kompetensi</span></span><span lang="EN-GB"> sosial : meliputi (1) kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik; sesama pendidik, tenaga kependidikan; dan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.. (3) kepekaan social, (4) kepepedulian terhadap usaha memajukan masyarakat di semua sector.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 33pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: -15.15pt; text-align: justify; text-indent: 51pt;"><span lang="EN-GB">4. Kompetensi professional </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 33pt;"><span lang="EN-GB">Kompetensi professional, <span class="grame"> meliputi: (1) pengusaan, pendalaman, pengembangan, pengkajian dan penelitian terhadap substansi keilmuan yang terkait dengan bidang keahliannya, (2) kemampuan bersikap dan bertindak ilmiyah dalam menjalankan tugasnya, dan (3) kemampuan mengaplikasikan keahlian sehingga bisa dirasakan manfaat keahliannya oleh peserta didik, wali peserta didik dan masyarakat (punya efek social yang jelas).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">II. PROFESIONALISME GURU </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">A. Memahami Profesionalisme </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 33.15pt;"><span lang="EN-GB">Menurut wacana seharian, profesionalisme mengandung sekurang-kurangnya tiga makna: (1). <i>way of work</i> : cara kerja yang sesuai norma dank ode etik keahlian, (2) <i>expertice</i>: keahlian di bidang tertentu, dan (3) <i>system of payment</i> : cara pembayaran orang ahli yang dipekerjakan di bidang tertentu. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Dalam arti yang demikian maka guru <span class="grame">profesional</span> adalah guru yang memiliki keahlian di bidang keguruannya, bertindak sesuai norma dan kode etik keahliannya, dan dibayar sesuai aturan. <span class="grame">Menurut Muhamad Nurdin (2004:20) persyaratan guru yang profesional adalah sehat jasmani dan rohani, bertakwa, berilmu pengetahuan, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan serta menguasai bidang yang ditekuninya. Banyak syarat lain dikemukakan oleh ahli pendidikan, misalnya bertanggung jawab terhadap keberhasilan kerjanya, tidak peduli terhadap popularitas, mengacu pada kualitas produk dan pelayanan, dan berlangganan jurnal ilmiyah berlevel internasional sesuai bidangnya. Persyaratan terakhir ini untuk mengantisipasi ketertinggalan keahliannya dalam menangani persoalan. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"> Syarat-syarat itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="EN-GB">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Keahlian akademik: dinyatakan dengan gelar akademik, keterampilan aplikasi keahlian, pengalaman yang memadai dan pengembangan keahlian yang berkesinambungan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Tindakan ilmiyah: dinyatakan dengan tindakan yang mengikuti prosedur ilmiyah dan norma serta kode etik keahlian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah pula, bukan menurut prosedur birokrasi dan tradisi. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"></span><span lang="EN-GB">Kepribadian: dinyatakan dengan akhlaq mulya baik dalam berkomunikasi dengan orang lain (terutama masyarakat klien pengguna jasanya) , dengan Tuhan (Allah) , dengan dirinya senidri ataupun dengan alam semesta. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">B. Mengembangkan Profesionalisme </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Menurut Tatty S.B. Amran (1994:139) untuk mengembangkan profesional diperlukan <i>KASAH</i> adalah akronim dari <i>Knowledge (</i>pengetahuan<i>), Ability</i> (kemampuan), <i>Skill</i> <i>(</i>keterampilan), <i>Attitude (</i>sikap diri), dan <i>Habit </i>(kebiasaan diri).</span></span><span lang="EN-GB"> Menurut Muhammad <span class="grame">Hatta (</span>1954:5</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"> Pengetahuan dan kemampuan (<i>knowledge and ability) </i>yang dimaksud bukanlah pengetahuan dan kemampuan biasa (pengetahuan dan kemampuan tentang hal-hal biasa, kejadian sehari-hari), tetapi pengetahuan dan kemampuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode tertentu, dan pengetahuan yang dapat mempertajam kepekaan intuisi, baik berupa pengetahuan dan pengalaman yang dilahirkan dari praktek-praktek filosofis relijius. Profesionalisme apapun lebih-lebih guru amat bergantung kepada apakah keahliannya masih mampu memberi guna atau tidak. Untuk itu ia harus:</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Mengkritisi keahlian dan kemampuannya agar mengetahui kesalahan dan kealpaan yang dikandung di dalamnya, dan bisa memisahkan keahlian mana yang masih bisa dipertahankan (tetap digunakan) dan mana pula yang harus ditinggal (tidak digunakan)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Meneliti dan mengekplorasi untuk menemukan hal-hal baru yang bisa mengganti atau menambahkan pada keahlian dan praktek-praktek lama sehingga diperoleh kualitas hasil kerja yang lebih baik. </span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mengembangkan keahlian dan kemampuan yang ada agar menjadi lebih luas wawawasan wacananya dan bertambah pula pengalaman keahlian penggunaan nya.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mempertajam kemampuan dan kepekaan intuisinya lewat pembiasan berenung, berpikir, berdzikir, dan beribadah. Jangan sekedar mengandalkan pada bakat. Setiap hari akan terjadi kejadian dan perubahan baru. <span lang="EN-GB">Menurut Jeannette Vos (2003:87), jika seoran guru ingin bertambah luas pengetahuannya, maka <span class="grame">ia</span> harus menggunakan dunia ini sebagai ruang kelasnya. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Keterampilan (<i>skill)</i> merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat yang diketahui dari penerapannya.</span></span><span lang="EN-GB"> Seorang guru yang tugasnya mengajar dan peranannya di dalam kelas, keterampilan yang harus dimiliki adalah keterampilan yang diperlukan dalam kapasitasnya sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditur, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor (Nurdin, 2004:144-146). Dari kaca mata manajemen keterampilan itu dapat dikelompok ke dalam empat kategori (tiga diantaranya dikemukakan oleh Bafadal 1992:37):</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Keterampilan merencanakan pengajaran dan pendidikan, </span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Keterampilan mengimplementasikan pengajaran, </span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Keterampilan menilai pengajaran.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Keterampilan menindaklanjuti hasil evaluasi. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="grame"><span lang="EN-GB">Sikap diri<i> </i>(<i>attitude</i>) dan kebiasaan diri<i> </i>(<i>habit</i>) adalah cermin dari kepribadian. </span></span><span lang="EN-GB"> Menurut Zuhairini (1991:186) yang pertama merupakan kepribadian dari <span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span></span>hasil <span lang="EN-GB">sebuah proses sepanjang hidup, bukan terjadi secara tiba-tiba, terbentuk melalui perjuangan hidup yang sangat panjang dan dipengaruhi oleh banyak factor. Sedangkan yang kedua <span class="grame">adalah kebiasaan yang terus menerus dilakukan yang tumbuh dari dalam pikiran</span>. Ikhlas, rendah hati, melayani, dan mengacu pada kualitas hasil tindakan adalah bagian pokok sikap diri yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sedangkan yang tergolong habit <span class="grame">adalah menyapa dengan ramah, memberi pujian kepada anak didik dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan kepada kerabat, teman sejawat atau anak didik yang berprestasi dan lain-lain.</span> Menurut AA Gym (2003:156), <span class="grame">kebiasaan positif </span> yang harus terus dilakukan di antaranya: beribadah dengan benar dan istiqamah, berakhlak baik, belajar dan berlatih tiada henti, bekerja keras dengan cerdas, bersahaja dalam hidup, mem<span class="grame">bantu</span> sesama dan membersihkan hati selalu. Karena itu menyadari jabatan guru sebagai <i>public figure</i> di tengah peserta didik dan masyarakat yang sekaligus menjadi kliennya adalah penting dan merangsang guru untuk selalu mengembangkan profesionalisme keguruannya. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Guru <span class="grame">sebagai</span> <i>social worker </i>(pekerja sosial) sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, kebutuhan masyarakat <span class="grame">akan</span> guru belum seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Berbeda bila dibandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi <span class="grame">lain</span>, seperti dokter, pengacara, insinyur, dan sebagainya. Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap guru, menurut Tabrani Rusyan (Nurdin, 2004:192), disebabkan beberapa faktor yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapa pun dapat menjadi guru dapat menjadi guru, asalkan <span class="grame">ia</span> berpengetahuan, walaupun tidak mengerti didaktik metodik.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Kekurangan tenaga guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan profesional untuk menjadi guru.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, melakukan penyalah-gunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadi, semua itu menambah pudar wibawa guru di mata masyarakat.</span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="grame">G</span><span class="grame"><span lang="EN-GB">uru adalah profesi yang menuntut suatu keahlian khusus.</span></span><span lang="EN-GB"> Keahlian khusus ini <span class="grame">menuntut tunjangan sekian komponen seperti aneka ragam kompetenti tesebut diatas. Dan sekarang telah d</span></span><span class="grame">idukung oleh </span><span lang="EN-GB">pendidikan keguruan atau pendidikan profesi dan harus lulus uji kompetensi, yang sekarang dikenal demgam istilah sertifikasi, baik uji tulis, maupun uji performan dan portofolio. Yang demikian karena dalam tugas profesinya, guru memegang peran <span class="grame">sebagai perencana, pengelola, dan evaluator. Dari peran itu lahir peran-peran lain yang lebih teknis dan pragmatis seperti <i>manager of learning, agent of chang</i>, fasilitator, dan banyak lagi. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB">Wina Sanjaya (2005:142-143</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span>( </span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="EN-GB">meyakinkan dengan tegas bahwa profesi guru memenuhi persyaratan untuk disebut professional setelah mengadakan uji syarat dan ciri profesionalistas, sbb: Apakah: profesi guru (1). ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai </span>? (2) <span lang="EN-GB">menuntut suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga bisa dipisah secara tegas dengan profesi lain ? (3) memiliki </span>t<span lang="EN-GB">ingkatan kemampuan dan keahlian suatu profesi yang didasarkan pada tingkat pendidikan yang diakui oleh masyarakat ? dan (4) memiliki efek sosialyang dirasakan pengaruhnya oleh masyarakat ? </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">III. PERAN DEWAN PENDIDIKAN</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dewan pendidikan adalah lembaga sosial khusus bidang pendidikan yang diharapkan lahir dari prakarsa masyarakat., kalaupun pada awal pendiriannya dirangsang dan dimotivasi oleh Pemerintah Pusat. Untuk tingkat kecamatan dan desa atau sekolah dan sekelompok sekolah, lembaga itu disebut komite sekolah sedangkan untuk tingkat kabupaten disebut dewan pendidikan. Nama itupun bukan “trade mark” paten. Bisa diubah sesuai kemauan masyarakat yang memrakarsainya. </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Tujuan pokoknya yang paling substansial adalah pelibatan partisipasi masyarakat sebesar mungkin ke institusi pendidikan yang ada disekitarnya. Partisipasi itu penting, bukan saja karena keterbatasan dana pemerintah untuk mengongkosi lembaga pendidikan yang berkualitas, tetapi juga karena disadari pentingnya partisipasi tersebut bagi kesuksesan sekolah memperoleh dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya.</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.85pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Untuk itu dewan pendidikan dapat mengambil peran partisipasi yang lebih luas untuk banyak keperluan yang dibutuhkan oleh sekolah. Dari soal dana, guru, manajemen, sarana, karyawan hingga soal penciptaan lingkungan pendidikan. Sudah tentu termasuk didasalam soal pengembangan profesionalisme guru. Sekurang-kurangnya dewan diharapkan melakukan empat peran:</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i>Advisory</i></b>: memberi usul, saran, nasehat, pemikiran, idea dan lainnya yang sangat diperlukan oleh sekolah , pemerintah (diknas) dan masyarakat.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i>Supporting</i></b>: memberi dukungan baik berupa simpati, doa, dana maupun sarana untuk kepenluan pendidikan di sekolah dan masyarakat. </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i>Mediating</i></b>: menjadi jembatan perantara yang menutup semua sekat dan pemisah yang ada antara masyarakat dengan sekolah, antara sekolah dengan pemerintah atau masayarakat dengan pemerintah.<b><span lang="EN-GB"></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i>Controlling</i></b>: melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap kinerja sekolah, kepala sekolah, guru, karyawan, peserta didik, dan para pengelola pendidikan di diknas. <b><span lang="EN-GB"></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB"> </span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">DAFTAR PUSTAKA</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 2.85pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Amran, Tatty S.BB. 1994. <i>Kiat Wanita Meniti Karier. </i>Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Fajar, Arnie. 2006. <i>Peranan Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru.</i></span><i><span lang="EN-GB"> </span></i><span class="grame">Dalam Makalah Seminar Nasional Sosialisasi Sertifikasi Guru dalam memaknai UU No. 14 Tahun 2005.</span> <span lang="EN-GB">Bandung</span><span lang="EN-GB">: Disdik Jawa Barat.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Jalal, Fasli. 20006. <i>Gaji Guru Naik Mulai Januari 2007: Take Home Pay Minimal Rp. 3 Juta. </i><span class="grame">Dalam Pikiran Rakyat 6 Oktober 2006 hal.</span> 12.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Nurdin, Muhamad. 2004. <i>Kiat menjadi Guru Profesional. </i>Jogjakarta: Prisma Sophie.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span class="grame">Samani, Muclas dkk.</span><span lang="EN-GB"> 2006. <i>Mengenai Sertifikasi Guru di Indonesia</i>. Surabaya: SIC.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Sanjaya, Wina. 22005. <i>Pembelajaran dalam Impelementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. </i>Jakarta: Prenada Media.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span lang="EN-GB">Sardiman, A.M. 22001. <span class="grame"><i>Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.</i></span><i> </i>Jakarta: Raja Grafindo Persada.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span class="grame">Surayin.</span> <span class="grame"><span lang="EN-GB">2004. <i>Tanya Jawab Undang-Undang Republik Inodneia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.</i></span></span><i><span lang="EN-GB"> </span></i><span lang="EN-GB">Bandung</span><span lang="EN-GB">: Yrama Widya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span class="grame">Undang-Undang Republik </span><span class="grame"><span lang="EN-GB">Indonesia</span></span><span class="grame"><span lang="EN-GB"> Nomor 14 Tahun 2005 Tentang <i>Guru Dan Dosen.</i></span></span><i><span lang="EN-GB"> </span></i><span lang="EN-GB">2006. Jakarta: Eka Jaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span class="grame">Zuhaiirini, dkk.</span><span lang="EN-GB"> 1992. <i>Filsafat Pendidikan Islam</i>. Jakarta: Bumi Aksara.</span></div><div class="MsoNormal"><img height="1" src="file:///C:/DOCUME%7E1/XPPRESP3/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="1" /><img alt="setstats" height="1" src="file:///C:/DOCUME%7E1/XPPRESP3/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="1" /><img alt="1" height="1" src="file:///C:/DOCUME%7E1/XPPRESP3/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="1" /></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-81441907980494018812001-02-05T17:51:00.000+07:002011-02-05T17:52:04.722+07:00Kolom KonsultasiSyarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4061422459051799803.post-39112310989654940412001-02-05T16:26:00.003+07:002011-02-05T20:05:24.788+07:00dokumentasi jdn didelet<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuB-r2SaA_cbEBd0oStKK3Avc__HyuKVXPLcBoayYEymcMi8G0CthfmQjScq_VT0Qud50REC3ySzwHMJ4Nt66e4Y5-6U-qSLoYgxtuhRU-V9bM5lU6zeYOhtUjcfSVl-iPV9XARey_E6ch/s1600/bolpoint.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuB-r2SaA_cbEBd0oStKK3Avc__HyuKVXPLcBoayYEymcMi8G0CthfmQjScq_VT0Qud50REC3ySzwHMJ4Nt66e4Y5-6U-qSLoYgxtuhRU-V9bM5lU6zeYOhtUjcfSVl-iPV9XARey_E6ch/s1600/bolpoint.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz-FvU07mzbnY1YSOzZAb1iRdFIHQq8cy1NDR0CS3dpKPckf5eL45IkOJh4VnqlTZ5rRbVdtwKMEOADdUaLsMMnwzDJQgKma2X8xou-mZY6wStBI1g5B3IJKE50coO0O-Y4CBe2uIrvkaY/s1600/syarqowi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz-FvU07mzbnY1YSOzZAb1iRdFIHQq8cy1NDR0CS3dpKPckf5eL45IkOJh4VnqlTZ5rRbVdtwKMEOADdUaLsMMnwzDJQgKma2X8xou-mZY6wStBI1g5B3IJKE50coO0O-Y4CBe2uIrvkaY/s1600/syarqowi.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiXJgNArD2YHffjuZOk4u2ICp3Tg0Gy3lPBOP5UeJIoUYiTUYQG3CN0WynYRYgu4W-aHi9IjrRZRSqFHIptKNB3yS8TvWUg6ZTPPm6kw8B2LhRZu9IAyzULQqUs6XR9SSyf3QNpcttjfxW/s1600/post-footer.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="33" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiXJgNArD2YHffjuZOk4u2ICp3Tg0Gy3lPBOP5UeJIoUYiTUYQG3CN0WynYRYgu4W-aHi9IjrRZRSqFHIptKNB3yS8TvWUg6ZTPPm6kw8B2LhRZu9IAyzULQqUs6XR9SSyf3QNpcttjfxW/s320/post-footer.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd4-DLlv3K8NJTKZi7Dgv2h3HU7F8bLBdGqmjgMsR6ia4Jli5aJQmHnaTV-KJOr_tIGJ8ydKV_Rlj_1H7NusipxEPeF4xVuqjQaBwCQKHSct91NxzvTMRwz2sO3UtiyXeypGU6gqo7flp1/s1600/header.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="71" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd4-DLlv3K8NJTKZi7Dgv2h3HU7F8bLBdGqmjgMsR6ia4Jli5aJQmHnaTV-KJOr_tIGJ8ydKV_Rlj_1H7NusipxEPeF4xVuqjQaBwCQKHSct91NxzvTMRwz2sO3UtiyXeypGU6gqo7flp1/s320/header.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi34PCJqqzvnOgggsDZe03w9Onc2KuEEdnJn3MjRazVme19wREya8DShAIdGVrTUjDurZerO0BuuVjSJWnaKALCY-kClGtnaq0QwMObAOhz4BAD4TshKOxAdZPwbTXrkNnEYDd6Q184digy/s1600/nav.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi34PCJqqzvnOgggsDZe03w9Onc2KuEEdnJn3MjRazVme19wREya8DShAIdGVrTUjDurZerO0BuuVjSJWnaKALCY-kClGtnaq0QwMObAOhz4BAD4TshKOxAdZPwbTXrkNnEYDd6Q184digy/s1600/nav.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqUVG-kxUc2Ax-g0AOqQKdjLFXJ5OUJvxnkJ8AAdsauIIUHqrsfnE4k2f_iLdUhd_r4o6WOyOEH3XUZfMe7UES2MxxLkPLmtzkvlT9Q36GpYOCnea06ngdw5XKUgF5Us-aTYoQqLcDs1ve/s1600/nav-hover.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqUVG-kxUc2Ax-g0AOqQKdjLFXJ5OUJvxnkJ8AAdsauIIUHqrsfnE4k2f_iLdUhd_r4o6WOyOEH3XUZfMe7UES2MxxLkPLmtzkvlT9Q36GpYOCnea06ngdw5XKUgF5Us-aTYoQqLcDs1ve/s1600/nav-hover.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJtWnJ9MycDDHXChyphenhyphen9hTXH1KyjhWgdN7S9t4PTdm1cvOkByBgAkg0UZ_xwkdHrFDZFc1IaP8xOevfX1MG3EUr6hZEKANuiGuocyHQpn7aglxtTM_cJDDnKggtyc0QXKOXjBdOmh83XZAm_/s1600/sidebar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJtWnJ9MycDDHXChyphenhyphen9hTXH1KyjhWgdN7S9t4PTdm1cvOkByBgAkg0UZ_xwkdHrFDZFc1IaP8xOevfX1MG3EUr6hZEKANuiGuocyHQpn7aglxtTM_cJDDnKggtyc0QXKOXjBdOmh83XZAm_/s1600/sidebar.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCACs6XBuqXLWJL18u-w56ABgQiEvtGHC5ZMaD6NKICaIWQSaU9YXN5XpppTd6yyvtqo3Y27UI26QYQYZmuHmebAw-hDglgsZo0pvQ3TsMnQqIsZxHmNNWLECX_yr-RwFXsC5BceXwgotg/s1600/auto-wrapper.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9i1vblbhYPuZYmB7-mx9lZnvevLm6RdxuDMPNEcF0IJnzF3v1qhXiigS1wgfLvL65exp9ESu9rX2E97AbIN5apPBTonI6Ga2GF0oTF2fCVkE4nyL6UgNdg3rRI20dsh3eOJTSmpCUFVlB/s1600/footer.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="31" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9i1vblbhYPuZYmB7-mx9lZnvevLm6RdxuDMPNEcF0IJnzF3v1qhXiigS1wgfLvL65exp9ESu9rX2E97AbIN5apPBTonI6Ga2GF0oTF2fCVkE4nyL6UgNdg3rRI20dsh3eOJTSmpCUFVlB/s320/footer.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKqnVdTlwh_7XYrJx9gzUvU_fX7NovOULJy6ihi_2fKK3249bYrRs8yVpHCn6YCQU6WBy19oARxlTWX-ds0F5GEjmBlPnTttGfArIel8DG4wWDqaAT_DZqCcAOxGjNHI9-Skmc1VXWdguE/s1600/auto-wrapper.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKqnVdTlwh_7XYrJx9gzUvU_fX7NovOULJy6ihi_2fKK3249bYrRs8yVpHCn6YCQU6WBy19oARxlTWX-ds0F5GEjmBlPnTttGfArIel8DG4wWDqaAT_DZqCcAOxGjNHI9-Skmc1VXWdguE/s320/auto-wrapper.jpg" width="47" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>Syarqowi Dzofirhttp://www.blogger.com/profile/07282260596668781931noreply@blogger.com